Silaturahmi adalah salah satu nilai penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya dalam momen Idul Fitri. Berkunjung ke rumah sanak saudara , berkumpul bersama keluarga besar , makan hidangan khas lebaran menjadi bagian dari perayaan yang penuh makna. Gambar 1. Momen Idul Fitri di KBRI Abu Dhabi Namun, bagi kami sekeluarga, tradisi mudik saat Idul Fitri ternyata menjadi hal yang tidak mungkin kami lakukan saat ini. Kondisi tinggal di luar negeri membuat kami memiliki jadwal mudik di luar momen Idul Fitri. Tentu kami tak mengalaminya sendiri. Ada para keluarga rantau lain, para profesional yang harus tetap bekerja di hari lebaran seperti tenaga medis, jurnalis atau masinis, juga orang-orang yang memiliki keterbatasan kondisi lainnya sehingga tidak memungkinkan untuk mudik ke kampung halaman saat Idul Fitri. Sedih? Tentu saja. Namun s ilaturahmi tetap dapat di upayakan, terlebih dengan mengoptimalkan kecanggihan teknologi saat ini . Berikut adalah beberapa cara yang ...
Beberapa waktu lalu kami sekeluarga berkesempatan mudik ke Indonesia, tepatnya saat libur musim dingin dan pergantian tahun. Tiga pekan untuk mudik ke Indonesia dengan dua kota destinasi memang singkat, apalagi jika dibandingkan libur musim panas yang sampai dua bulan ya. Tapi kami coba optimalkan durasi waktu tersebut. Momen mudik tersebut ternyata menghadirkan insight mengenai proses adaptasi kami terhadap cita rasa makanan. Bagi kami saat ini, rasa masakan Indonesia hanya ada dua versi, yaitu, enak dan enak banget. Jadi saat ke Indonesia dan pilih menu makan, kami tidak terlalu dipusingkan dengan tempat makan mana yang terkenal enak. Karena yang namanya masakan Indonesia, bagi kami semua enak. Concern kami justru di pengaturan porsi dan jadwalnya agar tetap menyehatkan. Beberapa tahun tinggal di bumi Eropa memang membuat saya terbiasa menggunakan rempah seadanya. Ketumbar, sereh, laos, merica versi bubuk. Daun jeruk, daun pandan, daun pisang, tempe dalam kondisi beku ( frozen). Sant...