Skip to main content

Posts

Showing posts from 2019

Meningkatkan Indeks Kebahagiaan dengan Mengasah Keterampilan Diri

Materi kedua di kelas Bunda Cekatan ini menjadi salah satu jawaban atas gejolak yang sempat saya rasakan. Menjadi seorang ibu merupakan peran yang diambil secara sadar oleh seorang perempuan, yang membuatnya berkesempatan menjadi madrasah pertama dan utama untuk anak-anaknya. Sebuah peran istimewa yang berpotensi membuka ragam jalan kebajikan untuk dirinya. Lalu, apakah karena peran mulia tersebut, adalah wajar jika seorang ibu mengorbankan kebahagiaannya? Namun jika tidak, bagaimana beliau bisa menjalankan beragam peran diri beriringan dengan menjalankan aktivitas yang beliau suka dan bisa? Kata kuncinya adalah, Temukan aktivitas suka dan bahagia, kemudian asah keterampilan sehingga indeks kebahagiaan akan naik. Mengasah keterampilan di sini, bukan hanya keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas di ranah bisa dan suka. Namun juga keterampilan menyelesaikan faktor tambahan yang berpotensi mengganggu keseimbangan peran dan kebahagiaan dalam mengerjakan aktivitas bisa dan suka

Lima Aktivitas Prioritas, Pijakan Menuju Merdeka Belajar

Mengawali menulis kembali di blog, dengan jurnal Bunda Cekatan Institut Ibu Profesional. Kelas Bunda Cekatan merupakan kelas lanjutan bagi IPers yang memilih jalur Institut sebagai wadah belajarnya dan telah lulus kelas Matrikulasi dan kelas Bunda Sayang. Sebenarnya, kelas Bunda Cekatan sendiri sudah saya kenal sejak awal bergabung di Komunitas Ibu Profesional, yaitu sekitar tahun 2015. Saat itu kami mengenal dua belas materi yang perlu dipelajari untuk menjadi seorang Bunda Cekatan. Namun, di kelas Bunda Cekatan kali ini ternyata sangat berbeda dengan apa yang saya dapatkan dulu. Pola belajar dua belas materi yang saya dapatkan dulu merupakan menu belajar yang berasal dari kebutuhan belajar bu Septi belasan tahun lalu. Pola belajar tersebut dirasa kurang relevan dengan perkembangan zaman saat ini dan kebutuhan belajar para ibu masa kini.  Maka kelas Bunda Cekatan kali ini mengusung tagline,  Merdeka Belajar, Belajar Merdeka.  Para peserta tak akan disuapi, melainkan akan menca

Sepenggal Hikmah Harian : Tentang Waktu

Kemarin terasa lain dari hari biasanya. Mungkin anak-anak akan menyebutnya sebagai Hari Ayah. Kemarin Abiya mengambil libur dan beliau memanfaatkannya untuk membersamai anak-anak seharian. Di pagi hari, kami membuat penawaran ke anak-anak, yang hasilnya pun sudah bisa ditebak. Raysa ingin diantarjemput sekolah oleh Abiya sedangkan Ahsan ingin bermain di Spielplatz (taman bermain) yang ada mobil-mobilannya dengan Abiya. Maka kemarin Ahsan tak menemaniku berangkat Deutschkurs (les bahasa Jerman), aku pun tak perlu menjemput Raysa di Kindergarten (TK) sepulang Deustchkurs seperti biasanya. Deutschkurs berdurasi total 3.5 jam, termasuk sesi pause ( istirahat) 10 menit sebanyak dua kali. Sesi pause ini biasanya kugunakan untuk membersamai Ahsan di Kinderbetreuung ( Kids Corner ) untuk makan camilan atau bermain bersama. Waktu yang singkat, namun ternyata selama ini cukup untukku dan Ahsan. Karena kemarin aku berangkat sendirian, maka sesi pause menjadi bonus waktu yang bisa kugun

Every Mother is a Changemaker, Insight dari Konferensi Ibu Profesional 2019

Sapaan bu Septi pada perwakilan peserta teleconference Konferensi Ibu Profesional Konferensi Ibu Profesional menjadi sebuah event yang memberikan suntikan semangat bagi diri saya secara pribadi, untuk tetap keep on track dalan menjalankan peran sebagai istri, ibu dan agen perubahan dengan bahagia. Bukankah bahagia itu harus diciptakan? Dan ini adalah satu cara saya untuk recharge energy. Tidak semua sesi bisa saya ikuti dengan optimal. Selisih waktu antara CEST dan WIB yang mana di sini lebih lambat lima jam.Tapi tak mengapa, rekaman video full session  akan didapatkan oleh peserta teleconference  secara lengkap. Tugas saat ini adalah mengikuti sebaik-baiknya sesi yang bisa saya ikuti dengan mengantongi izin dari suami dan anak-anak. Sesi yang sempat saya ikuti antara lain : Every Mother is a Changemaker    Pergerakan Perempuan Indonesia Cahaya Saujana : Pamella Swalayan Cahaya Saujana : Konseling Berperspektif Gender Tangan Terampil : Eco Enzyme Sesi Changema

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di

Sebuah Kontemplasi, Mengasah Peran Diri dalam Komunitas

Alhamdulillah, atas izin Allah, kuliah WhatsApp perdana di grup Magang Internal Ibu Profesional Non ASIA telah terlaksana dengan baik. Program ini bermula dari kebutuhan diri untuk semakin profesional dalam mengemban peran dan amanah baik sebagai diri, dalam keluarga maupun komunitas. Yang kemudian dirasa perlu untuk membuat sebuah sesi pembekalan bagi para pengurus Ibu Profesional Non ASIA sehingga memiliki pijakan yang kuat, pemahaman yang terintegrasi sebelum melangkah menjalankan amanah kepengurusan. Gambar 1. Flyer Program Magang Internal  Kuliah WhatsApp sesi pertama mengambil tema “Mengasah Peran Diri dalam Komunitas” dengan menghadirkan narasumber Direktur Resource Center Ibu Profesional, mba Nesri Baidani. Materi yang disajikan bisa jadi terkesan tidak banyak, namun justru itu ciri khas mba Nesri. Beliau menyampaikan sesuatu dengan singkat dan padat, kemudian melanjutkannya dengan lontaran pertanyaan yang membuat diri merenung dan mengasah logika berpikir. Mak

Ide Belajar untuk Anak yang Tercetus dari Buku Shahabat Rasulullah

Gambar 1. Sampul Buku yang Menjadi Sumber Inspirasi Awal tahun 2019 ini, saya membuka kembali sebuah buku berjudul Karakteristik Peri Hidup Enam Puluh Shahabat Rasulullah. Buku ini pernah tuntas saya baca di tahun 2015 saat masih tinggal di Bandung, dan kemarin di masjid As-Salam kota Wina-Austria, saya menjumpainya kembali dan tergerak untuk membaca ulang. Penuturan penulis mengisahkan perjalanan para shahabat terasa begitu syahdu. Melukiskan kegigihan dalam perjuangan, kekokohan dalam memegang aqidah dan ketulusan sebuah pengorbanan.  Setelah membaca kembali buku ini, saya teringat anak-anak. Sulung yang meginjak usia lima tahun, amat menyukai kisah-kisah yang kami tuturkan. Dengan tekun ia menyimak penuturan kami dan menanyakan hal-hal diluar ekspektasi. Kisah shabata Rasulullah tentu akan menjadi stimulan yang baik untuk fitrah keimanannya. Pertanyaan berikutnya yang muncul adalah, bagaimana menyampaikannya pada anak dengan metode yang menyenangkan untuk mereka? Kami