Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2017

Belajar Menjadi Ibu yang Asyik, Aliran Rasa Materi 10 Kelas Bunda Sayang

Suatu waktu, saya pernah bertanya pada Raysa. "Kakak, kakak ngga suka kalau ummi ngapain?" Dengan cepat dia menjawab, "Kalau ummi marah-marah" Lalu, kalimat pertanyaan berikutnya adalah, "Terus, kakak suka kalau ummi ngapain?" Dia berpikir sejenak,  sembari tersenyum malu, dia berujar, "Kalau ummi main sama kakak" Sesi bermain dan bercerita merupakan momen yang efektif untuk menyampaikan pesan kebajikan, nilai moral, dan karakter baik pada anak. Apakah saya sudah melakukannya dengan optimal? Saya pun mengilas balik, di momen apakah saya seringkali bertutur pada anak? Aaaah...saat anak melakukan kesalahan di mata kita, saat dia melakukan sesuatu tidak sesuai harapan kita, seringkali emosi menggelegak dan mengalirlah tutur panjang sarat nasehat. Padahal di momen itu, anak sedang merasa sedih atas kebelumberhasilannya. Jika ditimpali dengan nasehat-nasehat panjang, bukankah penolakannya akan besar? Maka, saya perlu mengubah strategi. Bertut

Pingu dan Salju

Parade Dongeng Griya Riset by Mesa Dewi Hai…Assalamu’alaykum…namaku Pingu. Aku bersama temanku, Beri si beruang akan mengajak kalian berkeliling di tempat tinggal kami, yaitu Kutub Utara. Bagaimana rasanya? Dingin? Semakin lama semakin dingin? Disini memang amat dingin. Bayangkan saja, suhu udara disini bisa mencapai -45 C. Jangan heran kalau sejauh mata memandang, yang terlihat adalah es batu dan es batu  J Lalu, adakah manusia yang tinggal di Kutub Utara? Yang bisa bertahan di suhu sedingin ini? Atas izin Allah, ada sebuah suku yang mampu bertahan hidup disini,  loh.  Mereka menjejakkan diri, mencari bahan makananan dan menjalankan kehidupan sehari-hari disini. Mereka adalah suku Eskimo. Lihatlah, mereka selalu memakai jaket yang amat tebal dan kuat, bernama armor. Selain membantu untuk bertahan di suhu dingin, armor juga melindungi orang Eskimo dari serangan binatang buas. Apakah mudah bertahan hidup disini? Tentu tidak, bagi manusia ini tentu hal yang s

Semangat Memperbaiki Diri dan Mengajak pada Kebaikan

Menjadi fasilitator dalam sebuah kelas belajar sesama ibu, bagi saya bukanlah hal yang mudah. Dari segi pengalaman menjadi ibu, tentu ibu yang memiliki anak yang sudah berusia aqil baligh jauh lebih berpengalaman daripada saya. Dari segi keilmuan, ibu dengan latar belakang pendidikan, humaniora maupun psikologi tentu jauh lebih mumpuni daripada saya. Lalu, mengapa saya menjadi fasilitator? Institut Ibu Profesional sudah saya ikuti sejak akhir tahun 2013, sejak kehamilan anak pertama. Hingga saat ini, saya merasakan banyak perbaikan yang terjadi dalam keluarga kami, melalui materi-materi dari Institut Ibu Profesional yang perlahan kami aplikasikan dalam kehidupan keluarga kami. Saya membayangkan, akan sangat baik jika banyak ibu mengetahui dan mempelajari hal ini. Alhamdulillah, pembelajaran di Institut Ibu Profesional saat ini tersusun secara runtut dan sistematis. Untuk dapat menjangkau banyak ibu, tentu perlu banyak kelas belajar yang dibuka dan keterlibatan banyak pihak peran