Silaturahmi adalah salah satu nilai penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya dalam momen Idul Fitri. Berkunjung ke rumah sanak saudara, berkumpul bersama keluarga besar, makan hidangan khas lebaran menjadi bagian dari perayaan yang penuh makna.
![]() |
Gambar 1. Momen Idul Fitri di KBRI Abu Dhabi |
Namun, bagi kami sekeluarga, tradisi mudik saat Idul Fitri ternyata menjadi hal yang tidak mungkin kami lakukan saat ini. Kondisi tinggal di luar negeri membuat kami memiliki jadwal mudik di luar momen Idul Fitri. Tentu kami tak mengalaminya sendiri. Ada para keluarga rantau lain, para profesional yang harus tetap bekerja di hari lebaran seperti tenaga medis, jurnalis atau masinis, juga orang-orang yang memiliki keterbatasan kondisi lainnya sehingga tidak memungkinkan untuk mudik ke kampung halaman saat Idul Fitri. Sedih? Tentu saja. Namun silaturahmi tetap dapat diupayakan, terlebih dengan mengoptimalkan kecanggihan teknologi saat ini. Berikut adalah beberapa cara yang kami coba upayakan untuk menjaga silaturahmi meski tidak bisa mudik.
1. Menggunakan Teknologi untuk Silaturahmi Virtual
Masih jelas terekam dalam ingatan saya, memori tahun 90-an, bagaimana saya terhubung dengan kakek nenek meskipun berbeda provinsi. Ibu mengajarkan saya menulis surat dan mengirimkannya via pos. Untuk bisa terhubung suara via telfon, kami berkendara ke kota di akhir pekan demi mendapatkan akses ke warung telekomunikasi (wartel). Keberadaan teknologi masa kini, memungkinkan kita untuk saling terhubung melalui video call sehingga bisa bertatap muka, berbincang langsung dan merayakan momen bersama secara virtual. Aplikasi pesan instan yang memungkinkan kita untuk saling berkirim kabar, foto dan video secara intens, juga cukup meringankan rasa rindu.
2. Mengikuti Momen Idul Fitri di Komunitas Setempat
Di rantau, sesama Warga Negara Indonesia ibarat keluarga dan saudara. Merayakan Idul Fitri di perantauan bersama sesama WNI seringkali mengobati rasa rindu dengan keluarga besar. Bertemu dengan orang-orang dari akar serumpun, merayakan hari kemenangan dengan budaya Indonesia, menikmati makanan khas lebaran seperti opor dan lontong sayur cukup menghangatkan hati. Dengan tetangga sesama muslim yang kami kenal, kami juga saling mengucapkan Eid Mubarak.
3. Menjaga Silaturahmi melalui Kegiatan Sosial
Silaturahmi memiliki makna menyambung tali kasih sayang. Tentu saja hal ini tidak hanya berlaku untuk keluarga dekat, tetapi juga untuk saudara sesama muslim di sekitar kita. Saat mengamati sekeliling lokasi tempat tinggal, kami melihat banyak pekerja bangunan yang juga sesama muslim. Mayoritas berkebangsaan India, Bangladesh, atau Pakistan. Sebagai langkah berbagi di lingkungan terdekat yang sekiranya membutuhkan, kami mencoba menyiapkan paket iftar sederhana. Anak-anak menyiapkan, mengemas hingga mendistribusikannya.
4. Mengenal Tradisi Idul Fitri di Persatuan Emirat Arab
Tinggal di rantau menghadirkan kesempatan untuk mengenal tradisi lokal setempat dalam merayakan Idul Fitri. Berbeda dengan kebiasaan di Indonesia, di sini, di malam menjelang Idul Fitri tidak ada takbiran yang menggema di segala penjuru. Sholat Idul Fitri pun dimulai cukup pagi, yaitu sekitar jam 6.30 GST. Yang mana setelahnya, umat muslim saling bersalam-salaman dan membagikan permen atau cokelat pada anak-anak. Anak-anak pun dengan sukacita membagikan bingkisan permen atau cokelat kepada anak lainnya. Melihat hal ini, saya jadi teringat dengan istilah “Zuckerfest“ dalam bahasa Jerman, yang artinya “Festival Gula“, yang sering digunakan untuk menyebut perayaan Idul Fitri.
5. Merencanakan Jadwal Mudik
Momen Idul Fitri tentu menghadirkan kehangatan tersendiri di hati. Melihat keluarga besar berkumpul, saling berkabar kemacetan di jalan, tentu menghadirkan kerinduan dan keinginan untuk mudik dan bersilaturahmi langsung. Kami jadi semangat untuk menabung, mengalokasikan anggaran untuk bisa mudik ke tanah air meskipun bukan di momen Idul Fitri.
Bagi perantau, mudik merupakan momen spesial yang amat dinantikan. Bertemu keluarga besar dan saling bercerita perjalanan kehidupan, tentu saja sembari bernostalgia memori masa kecil. Bagi anak-anak, mudik adalah momentum untuk menguatkan akar darimana mereka berasal. Memahami silsilah keluarga melalui pertemuan langsung, meskipun mungkin tidak semuanya. Apalagi jika durasi mudiknya terbatas dan domisili keluarga besar yang berpencar di berbagai kota. Hal ini bisa disiasati dengan melakukan pembuatan agenda untuk setiap jadwal mudik.
Nah, ternyata ada banyak hal menarik yang bisa dilakukan untuk bisa bersilaturahmi optimal meskipun tidak bisa mudik ya. Semoga tulisan ini bermanfaat dan semakin menambah keberkahan dan rasa syukur di hari kemenangan ini ya.
Comments
Post a Comment