Skip to main content

Lima Cara yang Bisa Dilakukan agar Tetap Bisa Bersilaturahmi Meski Berhalangan Mudik

Silaturahmi adalah salah satu nilai penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya dalam momen Idul Fitri. Berkunjung ke rumah sanak saudara, berkumpul bersama keluarga besar, makan hidangan khas lebaran menjadi bagian dari perayaan yang penuh makna. 

Gambar 1. Momen Idul Fitri di KBRI Abu Dhabi


Namun, bagi kami sekeluarga, tradisi mudik saat Idul Fitri ternyata menjadi hal yang tidak mungkin kami lakukan saat ini. Kondisi tinggal di luar negeri membuat kami memiliki jadwal mudik di luar momen Idul Fitri. Tentu kami tak mengalaminya sendiri. Ada para keluarga rantau lain, para profesional yang harus tetap bekerja di hari lebaran seperti tenaga medis, jurnalis atau masinis, juga orang-orang yang memiliki keterbatasan kondisi lainnya sehingga tidak memungkinkan untuk mudik ke kampung halaman saat Idul Fitri. Sedih? Tentu saja. Namun silaturahmi tetap dapat diupayakan, terlebih dengan mengoptimalkan kecanggihan teknologi saat ini. Berikut adalah beberapa cara yang kami coba upayakan untuk menjaga silaturahmi meski tidak bisa mudik.

1. Menggunakan Teknologi untuk Silaturahmi Virtual

Masih jelas terekam dalam ingatan saya, memori tahun 90-an, bagaimana saya terhubung dengan kakek nenek meskipun berbeda provinsi. Ibu mengajarkan saya menulis surat dan mengirimkannya via pos. Untuk bisa terhubung suara via telfon, kami berkendara ke kota di akhir pekan demi mendapatkan akses ke warung telekomunikasi (wartel). Keberadaan teknologi masa kini, memungkinkan kita untuk saling terhubung melalui video call sehingga bisa bertatap muka, berbincang langsung dan merayakan momen bersama secara virtual. Aplikasi pesan instan yang memungkinkan kita untuk saling berkirim kabar, foto dan video secara intens, juga cukup meringankan rasa rindu.  

2. Mengikuti Momen Idul Fitri di Komunitas Setempat

Di rantau, sesama Warga Negara Indonesia ibarat keluarga dan saudara. Merayakan Idul Fitri di perantauan bersama sesama WNI seringkali mengobati rasa rindu dengan keluarga besar. Bertemu dengan orang-orang dari akar serumpun, merayakan hari kemenangan dengan budaya Indonesia, menikmati makanan khas lebaran seperti opor dan lontong sayur cukup menghangatkan hati. Dengan tetangga sesama muslim yang kami kenal, kami juga saling mengucapkan Eid Mubarak.

3. Menjaga Silaturahmi melalui Kegiatan Sosial

Silaturahmi memiliki makna menyambung tali kasih sayang. Tentu saja hal ini tidak hanya berlaku untuk keluarga dekat, tetapi juga untuk saudara sesama muslim di sekitar kita. Saat mengamati sekeliling lokasi tempat tinggal, kami melihat banyak pekerja bangunan yang juga sesama muslim. Mayoritas berkebangsaan India, Bangladesh, atau Pakistan. Sebagai langkah berbagi di lingkungan terdekat yang sekiranya membutuhkan, kami mencoba menyiapkan paket iftar sederhana. Anak-anak menyiapkan, mengemas hingga mendistribusikannya.

4. Mengenal Tradisi Idul Fitri di Persatuan Emirat Arab

Tinggal di rantau menghadirkan kesempatan untuk mengenal tradisi lokal setempat dalam merayakan Idul Fitri. Berbeda dengan kebiasaan di Indonesia, di sini, di malam menjelang Idul Fitri tidak ada takbiran yang menggema di segala penjuru. Sholat Idul Fitri pun dimulai cukup pagi, yaitu sekitar jam 6.30 GST. Yang mana setelahnya, umat muslim saling bersalam-salaman dan membagikan permen atau cokelat pada anak-anak. Anak-anak pun dengan sukacita membagikan bingkisan permen atau cokelat kepada anak lainnya. Melihat hal ini, saya jadi teringat dengan istilah “Zuckerfest“ dalam bahasa Jerman, yang artinya “Festival Gula“, yang sering digunakan untuk menyebut perayaan Idul Fitri.

5. Merencanakan Jadwal Mudik

Momen Idul Fitri tentu menghadirkan kehangatan tersendiri di hati. Melihat keluarga besar berkumpul, saling berkabar kemacetan di jalan, tentu menghadirkan kerinduan dan keinginan untuk mudik dan bersilaturahmi langsung. Kami jadi semangat untuk menabung, mengalokasikan anggaran untuk bisa mudik ke tanah air meskipun bukan di momen Idul Fitri.

Bagi perantau, mudik merupakan momen spesial yang amat dinantikan. Bertemu keluarga besar dan saling bercerita perjalanan kehidupan, tentu saja sembari bernostalgia memori masa kecil. Bagi anak-anak, mudik adalah momentum untuk menguatkan akar darimana mereka berasal. Memahami silsilah keluarga melalui pertemuan langsung, meskipun mungkin tidak semuanya. Apalagi jika durasi mudiknya terbatas dan domisili keluarga besar yang berpencar di berbagai kota. Hal ini bisa disiasati dengan melakukan pembuatan agenda untuk setiap jadwal mudik.

Nah, ternyata ada banyak hal menarik yang bisa dilakukan untuk bisa bersilaturahmi optimal meskipun tidak bisa mudik ya. Semoga tulisan ini bermanfaat dan semakin menambah keberkahan dan rasa syukur di hari kemenangan ini ya. 


Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-...

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m...

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapa...