Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2017

Gambar Kontras dan Jadwal Harian Bergambar

Manajemen waktu dalam memfasilitasi kebutuhan belajar kakak adik menjadi bahan pikiran yang menggelitik bagi ummi saat ini. Dari segi rencana, ummi menyiapkan slot waktu bermain bagi kakak adalah jam 09.00-12.00 WIB, saat adik terlelap tidur pagi. Dengan catatan kakak sudah mandi, makan dan membantu membereskan rumah. Kami menamakannya sebagai jam riset. Karena di jam itulah, kakak melakukan riset kecil-kecilan. Memilih apa yang ingin dibuat, buku apa yang ingin dibacakan atau hal apa yang ingin dibacakan ke ummi. Setiap pilihan tak lepas dari konsekuensi, bukan? Kadang kakak bosan menggunting di tengah-tengah perjalanan gunting-tempel, mengambil mainan puzzle saat balok susun masih berserakan, dan sebagainya. Ah nak, jangankan dirimu yang masih anak-anak. Ummi pun masih mengalaminya. Namun, mari kita belajar bertanggungjawab, memahami konsekuensi atas pilihan kita dan menjalankannya dengan bahagia. Bukankah bertanggungjawab itu sebuah karakter seorang muslim? Bukankah kita ca

Belajar Bersama Saat Rapat Ulul Azmi

Bukan sekali ini mereka mengikuti forum orang dewasa. Bukan sekali ini mereka dilibatkan dalam forum belajar ummi. Dan dari aktivitas berulang itu, selalu saja ada temuan baru dan menarik yang ummi catat, tentang mereka. Hari ini kakak dan adik mengikuti rapat persiapan acara Gema Takbir dan Sholawat Bersama se-Kabupaten Jombang yang diadakan majlis ta’lim Ulul Azmi. Sebelum berangkat, kami menyiapkan amunisi supaya mereka tetap bisa membersamai ummi dengan nyaman dan tetap dapat bermain seperti biasanya. Harapan ummi, meski mereka membersamai ummi di forum rapat yang notabene formal dan mayoritas terdiri dari orang dewasa, mereka tak kehilangan kenyamanan belajar. Kebetulan mereka baru saja selesai makan siang sehingga mereka berangkat dalam keadaan kenyang. Maka amunisi yang kami siapkan adalah minuman, buku, puzzle , boneka dan mainan. Semua amunisi tersebut ummi masukkan ke dalam tas ransel kakak dan kakak yang bertanggungjawab terhadap isinya, ummi hanya membawakan dari r

Kami dan Para Calon Jamaah Haji

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ “ Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syarika lak (Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan kerajaan bagi-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu)." Sejatinya, belajar adalah sebuah hal yang menyenangkan. Melakukan pengamatan, terjadi serangkaian proses berpikir, memantik keingintahuan mendalam dan membuat pemahaman semakin menguat. Maka, menciptakan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran adalah hal mendasar yang perlu diprioritaskan. Tema belajar bulan ini adalah ibadah haji.  Mengingat saat ramadhan lalu kakak membeli buku busa berisi penjelasan rangkaian ibadah haji. Buku ini kami baca sembari bersenandung bersama sebuah lagu anak-anak yang cukup populer tentang ibadah haji

Rumah Baca dan Jiwa Sosiopreneur

Di hari kemerdekaan ini kakak dan adik menemani ummi mengunjungi Rumah Baca Gang Masjid (RBGM). Rumah baca ini terletak di gang yang bersebelahan dengan Masjid Agung Jombang. Mengendarai motor bersama teman ummi, kami melewati alun-alun Jombang. Disana sedang diadakan upacara detik-detik proklamasi. Suara lantang nan menggetarkan hati menarik perhatian kakak. Pinggiran jalan penuh sesak dengan kendaraan peserta upacara yang terparkir. Beruntung, ada sedikit celah yang cukup disisipi motor yang akan kami parkir. Hari menjelang terik, kami bertiga berjalan kaki menuju RBGM sedangkan adik terlelap tidur di dekapan ummi. Suasana tampak sepi, hanya ada beberapa remaja yang sedang mengerjakan sesuatu dan mempersilahkan kami masuk ke dalam. Ummi mengamati sekeliling. Rumah baca ini baru saja melakukan inventarisasi. Buku-buk berjejer rapi dan masing-masing jenisnya ditandai dengan pembeda warna. Tak lama, suara khas mba Yusnita, sang pengelola rumah baca pun menyapa kami. Meski baru bebe

Sebuah Dialog Keimanan

Pertanyaan-pertanyaan seputar Sang Pecipta menghiasi pembelajaran kami beberapa hari terakhir.  Membuat ummi semakin tersadar bahwa memang benar, sejatinya fitrah belajar dan bernalar sudah terinstall dalam diri anak-anak. Tugas orangtua hanya jangan sampai mencederainya. Hingga yang tersemai itu tumbuh semakin menguat, untuk kemudian kokoh dan mengokohkan. Namun, bukankah tak mencederai artinya memfasilitasi dengan baik? Sehingga tak ada pilihan lain selain memantaskan diri? Ah, ummi tertohok dan tertunduk malu. Usaha apa aja yang sudah ummi lakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban amanah besarNya ini? Betapa semakin bertambah usia anak-anak tak disertai dengan bertambahnya ilmu ummi secara signifikan. Banyak perkara kecil bin printhilan yang menjadi alasan klasik tak berujung. Haaaa….ayo lelah, berubahlah menjadi lillah :D Mi, Allah itu tidur ngga? Pertanyaan ini muncul sewaktu kami sedang membaca buku bersama-sama. Ummi lupa awal mulanya, tapi ummi jadi penasaran

Mini Lomba Agustusan

Pagi tadi, kakak mengikuti lomba tujuhbelasan yang diadakan tetangga depan rumah. Kakak berangkat terlebih dahulu, bermain-main, baru kemudian ummi dan adik datang menyusul. Lomba pertama yang diikuti kakak adalah lomba makan kerupuk. Kerupuk diikat menyesuaikan tinggi badan peserta. Peserta lainnya berusia 4 tahun dan 9 tahun, sehingga dalam sekejap kerupuk yang diikat dapat terlahap. Bagaimana dengan kakak? Kerupuk yang tersisa masih banyak, tapi kakak tetap bersikap tenang dan menikmati prosesnya. Tak ada tanda-tanda kakak mengeluh lelah dan meminta menyerah, atau berupaya memegang kerupuk yang diikat tersebut supaya tidak bergerak kesana kemari mengikuti arah angin. Kakak tidak terpengaruh dengan kondisi sekitar, fokus menyelesaikan tantangan yang sedang dihadapinya. Dari proses ini ummi mencatat adanya potensi bakat focus dan responsibility dalam diri kakak. Acara berlanjut ke lomba menaruh bendera ke botol. Pesertanya hanya dua orang. Di lomba ini, kakak berhasil menun

Berkunjung ke Bazar Buku Jombang

Kemarin malam akhirnya kami berkesempatan juga mengunjungi bazar buku Jombang. Dua kegiatan yang amat kami nantikan sejak pindah domisili ke Jombang adalah bazar buku dan diskusi parenting. Bukannya apa-apa, dua kegiatan ini dulu menjadi rutinitas kami. Bazar buku di Bandung nyaris tak pernah kami lewatkan. Sedangkan diskusi parenting hampir selalu kami ikuti tiap bulan. Susah move on dari acara-acara kece di Bandung, hihi. Nah, karena kami tidak berlangganan koran dan jarang keluar rumah selain weekend, maka informasi pengadaan bazar buku ini pun nyaris terlewat. Satu jam sebelum jam tutup kami sampai di lokasi acara. Kakak tampak antusias berjalan dari parkiran ke arah pintu masuk. Sembari berjalan riang, kakak berceloteh akan memilih buku cerita. Lalu tiba-tiba, “Miiii….sandal kakak putus…” Sorot matanya menunjukkan kekecewaan. Maklum, itu adalah sandal favorit kakak. Khawatir antusiasme kakak pada bazar buku menjadi padam karena sandalnya putus, ummi bersegera mencairkan su

Menyemai Kecintaan dengan Pembiasaan

"Ummi...nanti kalau kakak sudah besar, kakak yang nyuci baju ya. Bajunya kakak, adik, abi sama ummi. Boleh mi?" "Kyaaaa..tentu saja boleh Nak, sangat boleh sekali. Ummi senang sekali kalau begitu." jawab ummi sembari tersenyum lebar. Percakapan ini terjadi setelah kami mencuci bersama, yang mana kakak masih mengenakan pakaian basah. Permintaan kakak diatas cukup sebagai bekal ummi untuk berasumsi bahwa bagi kakak, mencuci adalah hal yang menyenangkan. Bagi ummi dan abi, hasil dari proses ini bukanlah pakaian yang tercuci bersih atau proses yang berjalan sempurna. Karena jika hal-hal tersebut menjadi indikator, tentu proses pagi ini masih jauh dari keberhasilan. Karena yang jelas terlihat adalah justru air yang terpercik kemana-mana, baju yang basah dan butuh diganti, juga cucian yang terserak kemana-mana. Ummi, di hadapanmu ada seorang pembelajar mandiri berusia 3 tahun 3 bulan. Apa kau mengharap cucian yang terbilas sempurna, padahal otot-otot tang

Belajar Bersama di Jam Riset

Hingga hari ini, ummi masih beradaptasi dan mencari pola paling tepat untuk membersamai kakak dan adik. Membersamai pembelajaran keduanya, tanpa ada salah satu pihak yang merasa menjadi korban cuek. Kakak yang kesehariannya telah terbiasa bermain bersama ummi dalam sebuah aktivitas mini project, sempat protes karena ummi sering berhalangan saat diajak bermain bersama. Ummi berhalangan dengan alasan klise, menyusui adik. Ummi pun masih mencari pola bagaimana supaya dalam sehari ummi dan kakak masih bisa beraktivitas bersama dalam sebuah mini project dan adik terkondisikan dengan baik. Setelah berulang kali bongkar pasang jadwal, beberapa hari lalu kami menemukan jadwal yang cukup menyenangkan untuk semua pihak. Yaitu jam belajar ummi dan kakak secara intensif yang kami sebut sebagai jam riset, kami lakukan pada jam 09.00 hingga adzan Dhuhur. Beberapa hal perlu kami kondisikan supaya jam riset dapat berjalan dengan optimal, antara lain : Adik terkondisikan tidur saat jam ris

Mengenalkan Adab Makan pada Adik

Saat adik menjelang usia enam bulan, barang yang paling ummi prioritaskan untuk dibeli adalah booster seat atau kursi makan. Karena kursi makan yang berukuran tinggi harganya terlalu mahal, ditambah kebiasaan keluarga kami adalah makan lesehan, maka booster seat menjadi pilihan tepat untuk adik saat ini. Ini berkaca dari pengalaman kami dalam membersamai si sulung. Kami yang tidak membiasakan kakak untuk duduk di kursi makan saat jam makan, ternyata mengalami tantangan pembiasaan ini hingga saat ini. Belajar dari pengalaman, membeli kursi makan sejak awal pengenalan MPASI dan saat adik sudah bisa duduk adalah hal yang menjadi prioritas. Terlebih, makan dengan posisi duduk adalah termasuk dalam adab makan umat muslim. Dari Anas ra dari Nabi Muhammad SAW, “Bahwa ia melarang seseorang untuk minum sambil berdiri.” Qatadah berkata, “Kemudian kami bertanya kepada Anas tentang makan. Ia menjawab bahwa hal itu lebih buruk.” (HR Muslim). Tak apa jika adik tak tahan duduk hingga makan h

Menghitung Kuantitas dengan Balok Susun

Yeay! Ummi dan kakak masih melanjutkan mengerjakan tantangan 10 hari di kelas bunda sayang materi #6. Ummi dan abi menyadari bahwa banyak orang dewasa yang menganggap matematika sebagai momok. Kami beruntung karena kami menyukai matematika, meskipun juga tidak tergolong mahir. Namun kami merasakan sekali bahwa berpikir secara logis, runut dan sistematis sangat memudahkan kami dalam beraktivitas, menyamakan frekuensi dan berkomunikasi produktif. Maka saat mendapat tantangan mengenai matematika ini, yang menjadi titik tekan kami adalah bagaimana memfasilitasi anak supaya menyukai matematika. Dunia anak adalah dunia bermain, namun mereka tak pernah bermain-main (sekedarnya) dalam bermain. Maka, dalam menjalankan tantangan ini kami memperbanyak stimulasi matematika logis dalam bentuk permainan. Waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 WIB, ini adalah jam riset di pendidikan rumah keluarga kami. Sebelumnya, kami mengondisikan supaya ummi dan kakak sudah siap belajar, adik juga sudah tid