Skip to main content

Posts

Showing posts from 2017

Belajar Menjadi Ibu yang Asyik, Aliran Rasa Materi 10 Kelas Bunda Sayang

Suatu waktu, saya pernah bertanya pada Raysa. "Kakak, kakak ngga suka kalau ummi ngapain?" Dengan cepat dia menjawab, "Kalau ummi marah-marah" Lalu, kalimat pertanyaan berikutnya adalah, "Terus, kakak suka kalau ummi ngapain?" Dia berpikir sejenak,  sembari tersenyum malu, dia berujar, "Kalau ummi main sama kakak" Sesi bermain dan bercerita merupakan momen yang efektif untuk menyampaikan pesan kebajikan, nilai moral, dan karakter baik pada anak. Apakah saya sudah melakukannya dengan optimal? Saya pun mengilas balik, di momen apakah saya seringkali bertutur pada anak? Aaaah...saat anak melakukan kesalahan di mata kita, saat dia melakukan sesuatu tidak sesuai harapan kita, seringkali emosi menggelegak dan mengalirlah tutur panjang sarat nasehat. Padahal di momen itu, anak sedang merasa sedih atas kebelumberhasilannya. Jika ditimpali dengan nasehat-nasehat panjang, bukankah penolakannya akan besar? Maka, saya perlu mengubah strategi. Bertut

Pingu dan Salju

Parade Dongeng Griya Riset by Mesa Dewi Hai…Assalamu’alaykum…namaku Pingu. Aku bersama temanku, Beri si beruang akan mengajak kalian berkeliling di tempat tinggal kami, yaitu Kutub Utara. Bagaimana rasanya? Dingin? Semakin lama semakin dingin? Disini memang amat dingin. Bayangkan saja, suhu udara disini bisa mencapai -45 C. Jangan heran kalau sejauh mata memandang, yang terlihat adalah es batu dan es batu  J Lalu, adakah manusia yang tinggal di Kutub Utara? Yang bisa bertahan di suhu sedingin ini? Atas izin Allah, ada sebuah suku yang mampu bertahan hidup disini,  loh.  Mereka menjejakkan diri, mencari bahan makananan dan menjalankan kehidupan sehari-hari disini. Mereka adalah suku Eskimo. Lihatlah, mereka selalu memakai jaket yang amat tebal dan kuat, bernama armor. Selain membantu untuk bertahan di suhu dingin, armor juga melindungi orang Eskimo dari serangan binatang buas. Apakah mudah bertahan hidup disini? Tentu tidak, bagi manusia ini tentu hal yang s

Semangat Memperbaiki Diri dan Mengajak pada Kebaikan

Menjadi fasilitator dalam sebuah kelas belajar sesama ibu, bagi saya bukanlah hal yang mudah. Dari segi pengalaman menjadi ibu, tentu ibu yang memiliki anak yang sudah berusia aqil baligh jauh lebih berpengalaman daripada saya. Dari segi keilmuan, ibu dengan latar belakang pendidikan, humaniora maupun psikologi tentu jauh lebih mumpuni daripada saya. Lalu, mengapa saya menjadi fasilitator? Institut Ibu Profesional sudah saya ikuti sejak akhir tahun 2013, sejak kehamilan anak pertama. Hingga saat ini, saya merasakan banyak perbaikan yang terjadi dalam keluarga kami, melalui materi-materi dari Institut Ibu Profesional yang perlahan kami aplikasikan dalam kehidupan keluarga kami. Saya membayangkan, akan sangat baik jika banyak ibu mengetahui dan mempelajari hal ini. Alhamdulillah, pembelajaran di Institut Ibu Profesional saat ini tersusun secara runtut dan sistematis. Untuk dapat menjangkau banyak ibu, tentu perlu banyak kelas belajar yang dibuka dan keterlibatan banyak pihak peran

Merasa Bukan Emak yang Kreatif? Sama. Ini Pengalaman Seru Saya Belajar Kreativitas di Institut Ibu Profesional

Membaca kata diatas sebenarnya saya sudah ciut nyali duluan. Kalau boleh jujur, saya merasa jauh dari kata kreatif. Mengapa? Karena saya tidak bisa menggambar, tidak menyukai hal-hal yang berbau seni dan kerajinan tangan, berkeringat dingin kalau diminta untuk menyampaikan ide yang out of the box, serta merasa imajinasi saya tidak cukup untuk bisa berinovasi dan berimprovisasi. Itulah definisi kreatif bagi saya. Dulu. Hingga kemudian di tahun 2016 lalu  Allah pertemukan saya dengan teh Sri, founder Hayat School di Rumah Belajar Institut Ibu Profesional Bandung wilayah Cikutra. Saat itu beliau menjadi narasumber diskusi parenting kami bertema Kreativitas Anak. Beliau adalah founder flexischool dan Majelis Kreativitas Hayat School, dan pemikiran beliau banyak didominasi oleh otak kiri. Sebuah konsep yang beliau tularkan dan mengubah paradigma saya saat itu adalah, kreativitas adalah milik semua orang, tak terbatas hanya pada orang-orang berotak kana

Hanya Mengamati dan Mendengar Saja. Memberi Ruang pada Anak-anak untuk Menyampaikan Gagasannya.

Asumsi kita kadang berbeda jauh dengan asumsi anak-anak, maka jangan terburu-buru membuat pernyataan, perbanyaklah membuat pertanyaan agar anak-anak bisa menyampaikan idenya secara utuh (CLEAR) dan tugas kita hanya mengklarifikasi saja (CLARIFY)). Slide materi Kreativitas kelas Bunda Sayang IIP Hari ini saya mengamati kejadian yang terjadi pada saya dan anak-anak. Membuka telinga lebih tajam lagi, membuka mata lebih teliti lagi. Untuk dapat membaca kondisi, membaca maksud anak-anak dalam sebuah kejadian. Beberapa hari ini kami sedang tinggal di rumah mertua. Kebetulan ayah mertua sedang memiliki project membersihkan dan mengecat kandang burung yang dirawatnya. Sejak menjelang siang, Raysa asyik mengamati apa yang dilakukan oleh ayah mertua. Setelah beberapa jam bersama yangkungnya, dia mendatangi saya dengan semangat R : Ummi, kakak habis nemenin yangkung ngecat kandang sama mandiin burung S : Ooooh….seru bangeeeet…. Kakak belajar apa aja dari situ? R : Belaja

Mengepel Lantai Dadakan

Usai jeda liburan cawu, kami kembali belajar di kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional. Materi yang kami pelajari adalah mengenai kreativitas. Namanya juga belajar kreativitas, penyajian materi yang kami dapatkan pun lain dari biasanya. Usai materi kami dapat, kami diberi tantangan 10 hari sebagai durasi awalan untuk mengamalkan materi kreativitas dalam aktivitas keluarga sehari-hari. Dan tantangan kali ini, membuat kami untuk berpikir kreatif. hihihi Apa tantangan di level #9 ini? Kami diminta untuk membuat solusi kreatif dari tantangan sehari-hari Yang bagaimana? Yang berbeda dari biasanya Pilih yang lebih menarik Temukan yang lebih meningkatkan bonding dalam keluarga Cari yang lebih efektif dan efisien Dan hari ini, kami mulai mengerjakan tantangan hari pertama. Agenda hari ini adalah memperbarui SKCK di POLDA Surabaya. Diantar ibu dan bapak mertua, kami bisa berangkat sesuai rencana, pukul 05.30. Di kendaraan, anak-anak menikmati perjalanan dengan ter

Ayah Bunda, Ingin Mendukung Gerakan Literasi Sekolah Dasar dari Rumah? Terapkan Jam Produktif Keluarga dan Jadilah Keluarga Literasi

Secara fitrah, anak menyukai belajar karena sudah tertanam fitrah belajar dan bernalar dalam dirinya. Setiap anak adalah pembelajar tangguh, tidak ada anak yang tidak suka belajar kecuali fitrahnya telah terkubur atau tersimpangkan. Tengok saja anak-anak kita, terlebih yang masih berusia balita. Bukankah kita seringkali kewalahan karena mereka merengek minta dibacakan buku terus menerus? Dari buku yang satu beralih ke buku berikutnya, padahal suara kita sudah serak dan mata amat sangat ingin terpejam. Saat melihat kakak atau anak yang lebih besar sedang mengeja bacaan, mereka menirukan seolah-olah tak mau kalah, supaya juga terlihat sudah mahir membaca. Apa yang ada di dalam buku, selalu menarik perhatian mereka. Mengamati halaman demi halaman, dan menanyakan pada ayah bunda temuan-temuan yang mereka belum paham maksudnya. Bukankah ini sebuah indikasi kecintaan mereka pada buku bacaan? Tahapan dalam Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Anak Ada empat tahapan untuk meningkatkan

Tak Semuanya Langsung Dihabiskan

Camilan berupa kue kering adalah salah satu hal yang disukai anak-anak. Jika ada dalam jumlah yang banyak, kakak akan tergoda untuk mengambil lagi dan  lagi. Sedangkan ummi membeli dalam jumlah banyak dengan tujuan untuk stok di rumah selama beberapa hari. Dan lagi, camilan jika tidak dibatasi tentu membuat perut menjadi kenyang. Hal ini dapat mengganggu selera dan pola makan utama anak. Memori masa kecil ummi menyeruak. Pertama kali ummi mencicipi rasa jajanan sekolah, adalah di bangku SMP. Ketika TK dan SD, bekal selalu disiapkan dari rumah. Perbekalan itu pun dibeli dengan sistem stok. Pernah ada rasa kurang, namun ibu mengajarkan untuk bersabar. Tahan keinginan dan menanti jatah esok hari. Semua ada porsinya.  Pagi tadi kakak menemani ummi berbelanja kebutuhan makanan. Salah satu yang perlu kami beli adalah camilan kakak. Camilan yang dibeli ada beberapa macam. Namun ummi sengaja membeli camilan dengan kemasan kecil-kecil, bukan kemasan besar. Sehari satu kemasa

Jangan Beli Lagi, Pinjam Saja Dulu

Ini adalah buah kontemplasi ummi hari ini. Tantangan cerdas finansial untuk diri sendiri. Ada banyak buku bertebaran dan seolah melambai-lambai menawarkan diri untuk dibeli. Baiklah, mari merenung sejenak untuk menentukan sikap. Ummi, masih ada beberapa buku baru yang belum ummi baca. Bagaimana kalau ummi habiskan dulu buku yang ada, baru kemudian membeli boleh membeli buku baru? Ummi, apakah ummi sudah mengamalkan ilmu yang ummi dapatkan? Bagaimana jika fokus ummi ke hal tersebut dulu? Ummi, apakah ummi benar-benar butuh buku tersebut? Apa urgensi buku itu untuk dibeli saat ini? Usaha ummi menjawab tiga pertanyaan diatas, alhamdulillah bisa membuat diri mengurungkan niat untuk membeli buku baru. Terlebih saat ummi menanyakan isi sebuah buku pada teman yang sudah memilikinya, dia menjawab “Pinjam aku saja dulu, nanti baru dipertimbangkan perlu punya atau tidak.” Sebenarnya meminjam buku ini adalah langkah yang sudah kami lakukan namun baru untu

Sabar Sejenak, Ada Makanan di Rumah

Hari ini hari Jum’at. Seperti biasa, yangkung menitipkan pada ummi laporan keuangan masjid yang nantinya perlu disampaikan saat sholat Jum’at. Ummi perlu menyerahkannya pada petugas takmir masjid. Di rumah hanya ada ummi, kakak dan adik. Maka usai aktivitas pagi, ummi mengajak kakak dan adik ke rumah pak Hardi untuk menyerahkan titipan yangkung. Rumah pak Hardi tidak terlalu jauh, hanya berjarak beberapa blok dari tempat tinggal kami. Sepulang dari rumah pak Hardi, matahari sudah mulai terik. Kami melewati beberapa warung yang menjual makanan. Tiba-tiba, Kakak : Ummiiii..kakak lapar Mi… Ummi : Kakak lapar? Kan kakak baru saja makan kue tadi di rumah. Kakak : Iya, tapi kakak lapar lagi sekarang, Mi… Hmm…kakak paham, bahwa kita keluar rumah adalah untuk pergi ke rumah pak Hardi. Tidak ada tujuan berikutnya termasuk mampir ke warung dan membeli makanan. Maka, kalau kakak langsung meminta untuk beli kue, dia paham kalau hal tersebut akan ummi jawab dengan, “Tadi rencananya k

Bentuk dan Nominal Uang Rupiah

“Kak, beli tempe kak…” Terdengar panggilan yangti pada Raysa, meminta tolong untuk dipanggilkan penjual tempe yang sedang lewat di depan rumah. “Tolong kakak yang beli ya, 1 saja...uangnya ambil di tempat receh” Lanjut yangti dari dapur.   Kakak berlari menuju teras rumah, memanggil penjual tempe.  Setelah penjual tempe berhenti, kakak mencari uang di tempat receh. Namun dia bingung, uang mana yang harus diserahkan dan berapa jumlahnya. Kakak memanggil ummi, mencari bala bantuan, hehe. AHA! Sepertinya ummi perlu mengajak kakak mengenal aneka bentuk dan nominal uang rupiah. Bukan lewat angka-angka yang tertera, namun dari gambar yang ada di uang tersebut.  

Rezeki Berwujud Harta

Di hari ini ummi dan kakak belajar mengenai rezeki yang berwujud harta. Harta tak melulu soal uang. Barang yang kita manfaatkan, kita kenakan dan kita miliki pun adalah harta. Yang kelak tak luput dari pertanggungjawaban kita pada Allah. Hari itu ummi dan kakak mensortir pakaian adik. Pakaian bayi baru lahir, sarung tangan dan kaki, popok, kain lebar untuk bedong sudah tak digunakan adik di usianya kini. Kami menyimpannya dalam satu kardus dan melabelinya untuk memudahkan pencarian. Kakak bernostalgia dengan pakaian-pakaiannya. Dia menemukan sebuah sepatu kecil, kesayangannya dulu. Kakak ambil dan kakak pakai, tiba-tiba dia berucap, “Ummi…sepatunya masih cukup sama kakak. Kakak pakai ya mi.” Nak, ummi paham kakak mengucapkannya dengan menahan sakit. Karena sepatu itu memang sudah kekecilan di kaki kakak. Jika pun kaki kakak masih masuk ke sepatu tersebut, tentu ada bagian kaki yang tertekan dan dipaksa bertahan. Tapi karena cinta dan berat berpisah, kakak bertahan. Ba

Rezeki itu Apa?

Menjelaskan arti rezeki pada seorang anak berusia 3 tahun adalah project ummi di tantangan hari kedua ini. Saat kakak mendapatkan sesuatu, baik itu beli atau pemberian orang lain, maka kami menyampaikan padanya, “Itu rezeki dari Allah, untuk kakak...” yang kemudian kami lanjutkan dengan menyampaikan pencapaian konkrit yang berhasil dia lakukan, “….karena kakak bersedia menemani adik bermain saat ummi sedang menjemur pakaian” dan lainnya. Titik tekan penyampaian kami adalah Allah Maha Pemberi Rezeki. Dia akan memberikan rezeki pada hambaNya dari arah yang tidak disangka-sangka. Allah sangat cinta pada hambaNya, maka kita cinta ngga sama Allah? Kalau cinta, kita wujudkan dengan taat pada perintahNya dan tidak melanggar laranganNya. Apapun yang diberikan oleh orang lain, atau oleh kami, kami sampaikan padanya bahwa itu adalah rezeki dari Allah, melalui ummi, abi, yangti, yangkung, om, bapak pemilik toko dan seterusnya. Allah yang menggerakkan hati orang-orang tersebut u

Bukan Beli Lagi, Tapi Ayo Kita Coba Perbaiki

Tantangan hari pertama ini, ummi dan kakak belajar mengenai memperbaiki barang sebagai wujud rasa syukur atas rezeki yang Allah titipkan. “Lhooo…mainannya lepas, mi… Gimana dong? Nanti beli lagi ya mi?” “Ummiii….buku kakak disobek adik… Nanti beli lagi ya mi?” Belakangan ini ucapan tersebut terdengar akrab di telinga. Jika ada barang yang rusak, tidak utuh seperti semula, kakak minta untuk dibelikan kembali. Wajar, bahkan ummi pun saat mengetahui ada barang milik ummi yang tidak utuh, ingin barang tersebut utuh seperti semula. Kali ini yang rusak adalah buku. Saat kakak sedang membaca buku, adik datang dan memegang buku dengan kuat. Kakak mempertahankan buku yang sedang dipegangnya sedangkan adik bersikukuh memegang salah satu halamannya. “Brrrttttt….” Satu halaman tersobek. Lalu terdengar ekspresi kecewa dari kakak. “Yaaaaaaah..bukunya sobek miiiiiii…beli lagi ya mi?” Waaaah…AHA moment ini. Ummi mengajak kakak berdialog untuk meluruskan pemahaman

Mengambil Jeda Sejenak, Meluruskan Niat dan Menguatkan Tekad

Aliran Rasa Materi #7 Semua Anak adalah Bintang Kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional Semua anak adalah bintang. Allah telah menciptakan manusia dengan peran peradabannya masing-masing. Spesifik, tidak ada yang sama. Untuk mempertemukan mereka dengan peran peradabannya tersebut, dibutuhkan fasilitator yang siap membersamai proses panjang itu. Amanah besar itu ada di pundak kita, para orangtua. Berbekal kepercayaan pada Allah, kesediaan untuk terus belajar dan memperbaiki diri, orangtua dapat menjelma menjadi fasilitator terbaik untuk anak-anaknya. Seorang fasilitator bukanlah yang tahu segala rupa dan bisa menjalankan semua peran. Fasilitator akan bekerjasama dengan para ahli, bersinergi dengan para guru untuk mengasah potensi anak, menguatkan kecerdasannya hingga bertemu dengan peran peradabannya. Terkait hal tersebut, penting bagi orangtua untuk memiliki discovering ability dan child sense . Discovering ability  merupakan kemampuan daya jelajah para orangtua dan

Gambar Kontras dan Jadwal Harian Bergambar

Manajemen waktu dalam memfasilitasi kebutuhan belajar kakak adik menjadi bahan pikiran yang menggelitik bagi ummi saat ini. Dari segi rencana, ummi menyiapkan slot waktu bermain bagi kakak adalah jam 09.00-12.00 WIB, saat adik terlelap tidur pagi. Dengan catatan kakak sudah mandi, makan dan membantu membereskan rumah. Kami menamakannya sebagai jam riset. Karena di jam itulah, kakak melakukan riset kecil-kecilan. Memilih apa yang ingin dibuat, buku apa yang ingin dibacakan atau hal apa yang ingin dibacakan ke ummi. Setiap pilihan tak lepas dari konsekuensi, bukan? Kadang kakak bosan menggunting di tengah-tengah perjalanan gunting-tempel, mengambil mainan puzzle saat balok susun masih berserakan, dan sebagainya. Ah nak, jangankan dirimu yang masih anak-anak. Ummi pun masih mengalaminya. Namun, mari kita belajar bertanggungjawab, memahami konsekuensi atas pilihan kita dan menjalankannya dengan bahagia. Bukankah bertanggungjawab itu sebuah karakter seorang muslim? Bukankah kita ca