Skip to main content

Hanashimasyou : Bebenah ala KonMari, Our Family Project

Kamis, 19 April 2018 adalah jadwal saya mengisi sesi hanashimasyou di kelas intensif KonMari level Shokyuu – Jawa 1. Saya akan berbagi mengenai perjalanan saya dalam mengenal, memahami dan menerapkan KonMari bersama keluarga serta melakukan tidying festival yang masih terus berjalan.

Ohayou sensei, minna san…

Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…

Perkenalkan, saya Mesa Dewi, domisili di Jombang – Jawa Timur. Ada yang pernah atau sedang berdomisili di Jombang?

Saat memutuskan untuk belajar KonMari dan mendaftar kelas intensif level Shokyuu, saya bertekad menjadikan proses bebenah ala KonMari ini menjadi sebuah family project. Ada dua alasan yang menjadi pijakan saya,

Alasan pertama, karena hidup kami yang sedang nomaden. Pertengahan tahun 2016 kami pindahan dari Bandung ke Jombang dan harus mengosongkan kontrakan. Proses pindahan membuka mata saya bahwa ada banyak barang yang tidak sempat kami pakai. Bahkan memilikinya saja pun kami lupa. Barang-barang seisi rumah pun ada yang kami buang, ada yang kami carikan pemilik berikutnya, ada juga yang kami bawa ke rumah orangtua. Untuk yang kami bawa ke rumah orangtua, kami usahakan yang sudah tersortir bahwa memang benar-benar penting. Berangkat dari proses pindahan tersebut dan rencana kami ke depan untuk tinggal di rantau selama beberapa tahun ke depan, membuat saya merasa perlu untuk membangun pola pikir yang ringkas serta dapat bebenah dengan benar.    

Alasan kedua, bebenah merupakan sebuah ketrampilan hidup. Saya bukanlah orang yang suka bebenah. Ibu saya lah yang suka bebenah dan menyimpan. Namun, justru dari situ saya merasa bahwa saya perlu memiliki cara agar proses bebenah rumah dapat saya lakukan dengan cepat dan ringkas. Banyaknya barang yang ada di rumah dan banyaknya tempat penyimpanannya membuat saya merasa waktu untuk bebenah mengambil porsi yang besar dalam keseharian. Dan saya tak ingin terjebak disitu. Saat ini tepatnya sejak 1.5 tahun lalu saya tinggal di rumah orangtua, bersama dua anak saya yang berusia 4 tahun dan 1.5 tahun. Sejak Juli 2017 suami melanjutkan studi ke Austria dan keluarga belum bisa langsung ikut karena adanya tantangan terkait proses administrasi. Dengan posisi berjauhan dengan suami, praktis urusan pengasuhan anak secara fisik saya lakukan sendiri. Di rumah orangtua juga tidak ada ART, maka praktis urusan domestikpun kami lakukan bersama-sama sekeluarga. Dengan kondisi demikian, saya merasa amat perlu untuk dapat bebenah dengan benar, demi menghemat waktu dan tenaga juga melegakan pikiran. 

Indikator sebuah proses layak menjadi family project adalah setiap anggota keluarga dapat menjalankannya dengan bahagia. Dan jika project tersebut tuntas dijalankan, akan meningkatkan level kebahagiaan kami. Bukan hanya salah satu anggota keluarga, tapi seluruhnya. Siap berbahagia dengan berKonMari? Ya!


Apa yang menjadi catatan kami selama proses KonMari dan tidying festival ?

Children see, children do

Tidak ada pilihan lain bagi saya selain melibatkan anak-anak dalam proses tidying festival.  Karena selama mata tak terpejam, mereka terus beraktivitas bersama saya. Maka, tidying festival pun kami lakukan bersama-sama. Kakak membantu saya mensortir pakaian-pakaiannya. Yang sudah kekecilan atau tak disukai dimasukkan ke kardus donasi. Dia turut memberi ide kepada siapa kira-kira pakaiannya cocok diberikan. Saat proses melipat baju, tak jarang lipatan-lipatan yang sudah berjajar rapi menjadi tak berbentuk kembali. Namun justru dari proses melipat tersebut, kakak menjadi ikut melipat ala KonMari.


Saat tidying festival buku, kami menemukan beberapa buku anak yang masih bersegel. Rencananya, buku-buku tersebut akan kami donasikan atau berikan pada teman-teman dari anak-anak. Awalnya, kakak merasa keberatan, kakak ingin membaca dan memiliki semua buku tersebut. Lalu kemudian, ada teman ummi yang datang ke rumah, memiliki putri seumuran kakak yang tak ikut serta. Sebagai oleh-oleh kami membawakannya sebuah buku. Sesampainya teman ummi di rumah, teman ummi cerita, kalau putrinya amat menyukai buku tersebut. Dari situ, kakak menjadi semakin bersemangat untuk berbagi dan melepaskan barang untuk orang lain.


Bisa jadi tidying festival kami memang berjalan lambat, namun kami bersyukur proses tersebut berbonus kebiasaan-kebiasaan baik yang berjalan alami. Dengan menata pakaian ala KonMari, kakak lebih mudah menemukan pakaian miliknya dan adik. Sehingga dengan senang hati menolong ummi mengambilkan pakaian adik saat dibutuhkan. Anak pun menangkap pola keteraturan yang mudah diadaptasi oleh mereka. Karena setiap barang sekarang sudah ada “rumahnya” maka anak-anak dengan mudah mengembalikan setiap hal ke tempatnya juga menjadi alarm otomatis saat melihat anggota keluarga yang lain tidak meletakkan barang pada tempatnya. 



Two in one Tidying Festival

Karena kami berencana menemani studi suami di tahun ini, maka packing pun menjadi agenda utama kami. Saat tidying festival, barang-barang yang sudah tersortir dan lulus sparks joy segera kami pilah. Mana yang kami simpan di rumah dan mana yang kami bawa merantau. Sekaligus membuat daftar kode penyimpanannya. KonMari amat memudahkan kami dalam bebenah. Terimakasih KonMari Indonesia :)

Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di