Skip to main content

Tinjauan Pembelajaran Jarak Jauh atau Daring untuk Anak dan Implementasinya di Kota Wina, Austria

Pembelajaran Jarak Jauh atau Daring selama Pandemi

Pandemi COVID-19 membawa banyak perubahan besar, termasuk sistem pedidikan di seluruh dunia. Di Indonesia, terhitung sejak bulan Mei 2020 proses belajar mengajar di semua satuan pendidikan beralih via daring atau dijalankan secara jarak jauh, hingga saat ini. Di kota Wina, selama lockdown pun pembelajaran mayoritas berjalan secara daring. Sedangkan setelahnya, saat mulai tahun ajaran baru per bulan September 2020 lalu, pembelajaran dilakukan secara tatap muka dengan pemberlakuan protokol kesehatan yang cukup ketat. Namun pihak sekolah tetap siaga dengan menyiapkan aplikasi sistem belajar dan penyampaian informasi melalui aplikasi tersebut untuk pembiasaan penggunaan sehingga semua pihak siap jika sewaktu-waktu proses pembelajaran perlu dilakukan melalui daring kembali.

Pembelajaran jarak jauh atau daring merupakan salah satu solusi kunci agar proses pembelajaran yang dilangsungkan sekolah tetap dapat berlangsung selama pandemi. Tentu tak ada pihak yang siap menghadapi pandemi ini, karenanya proses pembelajaran via daring terus berjalan dengan penyempurnaan berkelanjutan di segala lini. Sebuah lembaga survey masyarakat, Wahana Visi Indonesia mengadakan sebuah studi penilaian pada bulan Mei 2020 yang menghasilkan temuan yang cukup mengejutkan. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa proses belajar mengajar yang dilakukan selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menyebabkan hanya sekitar 68 persen anak yang mempunyai akses terhadap jaringan. Dimana artinya sisa dari nilai tersebut yaitu sekitar 32 persen anak belum memiliki akses mumpuni terhadap jaringan. Padahal, akses terhadap jaringan merupakan fasilitas kunci pada pembelajaran jarak jauh ini. Wajar saja, Indonesia merupakan negara kepulauan besar sehingga membuat jangkauan akses internet pun belum merata. Ini merupakan PR yang genting dan perlu dcari solusinya segera.

Beruntung, banyak pihak mandiri yang menginisiasi munculnya solusi. Sebut saja salah satunya AHA project yang bisa disimak https://www.ahaproject.id/. Sebuah proyek yang sengaja menjangkau anak-anak di wilayah terpencil, menggerakkan pemuda-pemudi di wilayah tersebut untuk menjadi fasilitator belajar dan mediator penyampai bahan ajar yang dibuat oleh tim pusat yang kompeten. Menghubungkan berbagai pihak untuk mencipta sebuah solusi dari sebuah tantangan dalam sistem pendidikan yang terdampak pandemi. Di proyek ini pembelajaran yang berlangsung bersifat tatap muka namun dalam skala kecil kecil atau person to person.

Aspek yang Tercakup dalam Pembelajaran Jarak Jauh

Pembelajaran Jarak Jauh identik dengan kondisi tanpa bertatap muka dan dilakukan dalam jaringan (daring). Proses ini tentu tak lepas dari penggunaan perangkat elektronik. Terdapat beragam istilah bergantung pada tujuan, konsep dan instrumen yang digunakan. Namun secara umum, semuanya memiliki empat fitur utama, yaitu :

1.    Multimedialitas (integrasi berbagai media seperti , audio, video, gambar dan lain-lain)

2.    Multimodalitas (menangani organ sensori yang berbeda, terutama di sini pendengaran dan visual)

3.    Multikodalitas (integrasi berbagai kode informasi seperti hyperlink, animasi, dan simulasi)

4.    Interaktivitas (ketersediaan berbagai pilihan kontrol dan intervensi).

Keunggulan dan Keterbatasan Pembelajaran Jarak Jauh

Keunggulan

Disadari atau tidak, pembelajaran jarak jauh memiliki beberapa keunggulan, antara lain :

Keleluasaan waktu dan tempat

Pembelajaran jarak jauh memiliki fleksibilitas tinggi terkait waktu dan ruang. Jumlah peserta dalam satu kelas, durasi waktu yang diberikan untuk menyimak materi dan mengerjakan tugas bisa disesuaikan denga keluangan waktu pengajar dan peserta. Dengan keunggulan ini, terbuka peluang belajar lintas zona waktu. Video pelajaran bisa dibuka berulang kali oleh peserta untuk semakin memahami materi yang pengajar sampaikan.

Penghematan biaya

Dengan pembelajaran secara daring, baik pelaksana maupun peserta dapat menekan pengeluaran sehingga biaya yang diperlukan pun bisa menjadi sangat hemat. Alokasi biaya untuk biaya perjalanan ke lokasi acara, konsumsi, penyewaan tempat dapat dipindah-alokasikan untuk pembelian data internet. Meskipun jumlah peserta dalam suatu kelas itu banyak, kelas dapat dijaga agar tetap kondusif dengan memanfaatkan fitur platform yang tersedia.

Kualitas yang konsisten

Pembuatan media belajar oleh pengajar untuk sebuah tema, bisa dilakukan satu kali saja namun dapat digunakan oleh seluruh kelas. Dengan demikian, standar kualitas yang diterima setiap peserta menjadi cukup seragam dan merata.

Interaktivitas

Sama halnya dengan pengajaran melalui tatap muka, pembelajaran jarak jauh pun membutuhkan kreativitas untuk menjaga antusiasme peserta. Di sinilah kreativitas, imajinasi dan kecanggihan teknologi berpadu menyajikan sebuah pembelajaran daring yang interaktif, seperti menggunakan konten animasi sebagai sebuah games ice breaking.

Multibahasa

Seringkali kita belajar bahasa asing dengan menyenangkan justru dari hal-hal yang kita sukai. Misalnya dari film, lagu atau komik. Pembelajaran jarak jauh membuka kesempatan untuk mengikuti kelas dari berbagai Universitas ternama di dunia, dari para tokoh yang bukunya bahkan sering menginspirasi kita. Ah, artinya penguasaan bahasa asing memegang peranan kunci. Jika hal tersebut merupakan impian kita, bukankah kita akan benar-benar mengupayakannya?

Keterbatasan

Selain keunggulan, pembelajaran jarak jauh tentu memiliki keterbatasan. Apa sajakah itu

Minimnya Validasi Didaktik

Sistem pengajaran sebelum pandemi, relatif identik melalui tatap muka. Sehingga masih jarang sekali pihak yang memberikan materi pengajaran secara daring. Pembuatan video masih didominasi oleh orang yang berkecimpung di dunia teknologi dan hiburan, sehingga konten-kontennya pun ringan, menghibur dan subjektif. Belum banyak video pengajaran yang dipersiapkan dan dibuat dengan mengacu kaidah teknik pengajaran yang mendetail.

Membutuhkan keahlian khusus

Mempelajari teknologi bukanlah suatu hal yag mudah, apalagi untuk para generasi Baby Boomers (1946-1960) atau generasi X (1961-1980) yang baru terpapar denga kecanggihan teknologi komunikasi saat dewasa atau belakangan ini. Perlu waktu untuk membekali generasi Baby Boomers dan generasi X keterampilan multimedia, di samping penolakan karena kesulitan dalam beradaptasi dalam waktu singkat.

Disiplin diri

Pemakaian gawai saat pembelajaran jarak jauh perlu disertai dengan manajemen waktu dalam meggunakan gawai. Tak jarang berselancara di dunia maya menyebabkan manusia terlena, lupa waktu dan abai akan bahaya sinar radiasi untuk kesehatan diri. Maka penting untuk membuat alokasi waktu dan jadwal pemakaian gawai harian dengan menjadikan target belajar sebagai acuan, kemudian disiplin dalam menjalankannya.

Sedikit ruang untuk bertanya

Berbeda halnya dengan pembelajaran tatap muka yang memberi kesempatan lebar bagi peserta untuk bertanya, pembelajaran jarak jauh seringkali bersifat satu arah (seperti pemaparan materi berupa video), atau jika berbentuk forum diskusi, maka kesempatan bertanya biasanya terletak di akhir sesi dengan alokasi waktu yang terbatas,baik melalui video maupun tulisan di kolom komentar. Hal ini menyulitkan peserta untuk beriteraksi intensif untuk mengkonfirmasi pemahaman yang diserap atau mengajukan pertanyaan yang beruntun. Padahal bisa jadi pertanyaan itu lah yang membawa peserta pada pemahaman yang komprehensif.

Paparan radiasi dari layar

Pembelajaran jarak jauh tentu membuat seseorang lebih banyak terpapar degan layar gawai. Dan ini cukup membuat mata lelah. Saya teringat jawaban seorang teman mahasiswa S3 yang saya ajak untuk mengajar TPA online, saat itu beliau menolak dengan alasan matanya cukup lelah dan perlu beristirahat setelah mengikuti perkuliahan yang semuanya saat itu beralih via daring. Dan saya memahaminya. Ya, kita tetap perlu menjaga keseimbangan ritme hidup.

Setelah mempelajarai keunggulan dan keterbatasan dari sebuah pembelajaran jarak jauh atau daring, kita akan beralih ke pengaruh positif dan negatif dari proses pembelajaran jarak jauh. Apa saja? Yuk, kita simak bersama.

Pengaruh Positif dan Negatif dari Pembalajaran Jarak Jauh

Positif

Pemanfaatan teknologi  untuk hal yang bermanfaat  

Mari kita hitung, berapa banyak aplikasi baru yang kita install pada gawai sejak diberlakukannya pembelajaran jarak jauh? Mulai dari aplikasi platform Meeting seperti Zoom, Skype, Google Meet, aplikasi untuk meng- edit gambar maupun video seperti Canva, Photogrid, Remove Background,juga aplikasi kelas atau forum daring seperti Google Classroom, Trello, SchoolFox.

Sebelumnya kita mungkin sudah lama memiliki Smartphone namun banyak aplikasi maupun fitur-fitur yang belum optimal digunakan. Dan kini fitur-fitur canggih tersebut satu persatu kita kulik untuk menghasilkan sebuah karya yang sebelumnya belum pernah kita buat.

Kelekatan dengan orangtua yang semakin erat.

Ada di pundak siapakah tanggung jawab pendidika seorang anak? Betul, orangtua. Selama pandemi, pembelajaran dilakukan di dalam rumah, dimana melibatkan orangtua secara aktif. Maka ini momen yang tepat untuk menjalin dan menguatkan kelekatan orangtua dengan anak. Terbuka lebar kesempatan bagi orangtua untuk belajar menjadi fasilitator anak, bekerja sama dengan pihak sekolah dan guru.

Negatif

Terancamnya kesehatan mental berbagai pihak

Ada anak yang depresi karena mendapat tekanan besar oleh orangtua selama menjalani pembelajaran jarak jauh, ada orangtua yang kewalahan menghadapi perilaku anak di rumah, ada guru yang tertekan karena memiliki beban pembelajaran yang berat juga aneka protes dari orangtua.

Peluang Solusi yang dapat Diupayakan untuk Mengoptimalkan Pembelajaran Jarak Jauh

Keterlibatan orangtua dalam pembelajaran jarak jauh anak tentu akan sangat membantu pihak sekolah dan anak sebagai peserta didik.

Di sisi lain, adanya sistem yang toleran, menetapkan standar capaian yang realistis dengan kondisi yang ada, akan membuat para orangtua membersamai anak-anak di rumah dengan rileks dan optimis Guru pun tak tertekan dari berbagai sisi. Anak-anak pun bisa menjalankan pembelajaran dengan bahagia dan merasakan suasana yang guyub dan penuh kehangatan.

Manajemen waktu dalam penggunaan gawai bagi para orangtua menjadi sangat mendesak. Anak melihat langsung teladan dari para orangtua, sekalipun sebenarnya orangtua menggunakan gawai juga untuk kepentingan kerja. Jika anak sudah memiliki gawai sendiri, maka orangtua perlu memberikan arahan dan kesepakatan bersama di keluarga terkait penggunaan gawai di rumah.

Penyajian materi yang kreatif dan inovatif oleh para guru akan membuat peserta menerima esensi materi sekalipun via daring. Selain itu, durasi pengumpulan tugas yang cukup panjang juga cukup membantu peserta dan orangtua mengerjakan tugas dengan rileks namun mengena.

Implementasi Pembelajaran Jarak Jauh Sekolah di Kota Wina, Austria

Pembelajaran jarak jauh atau via daring kami rasakan dua kali dalam situasi yang berbeda.

Yang pertama adalah saat terjadi lockdown pertama karena pandemic COVID-19 selama bulan April hingga Juni 2020 lalu. Saat itu Raysa, anak sulung kami masih berada di Kindergarten atau Taman Kanak-Kanak. Karena konsep belajar di Kindergarten masih seputar bermain, keterampilan hidup, kemandirian dan pra-keterampilan calistung, maka tidak ada pembelajaran khusus yang harus dikerjakan si sulung selama belajar di rumah. Kami menjalankan pendidikan rumahan seperti biasanya, tak ada hal khusus. Justru kami membuat beberapa proyek yang tak sempat kami kerjakan saat masa sekolah seperti biasanya. Proyek yang kami kerjakan antara lain membuat dekorasi rumah dalam menyambut Ramadan, melatih kebiasaan baik dan ibadah selama Ramadan serta meminjam banyak buku dari perpustakaan.

Bagaimana koordinasi dengan pihak Kindergarten?

Kindergartenpaedagogin saat itu menelfon sepekan sekali. Beliau menanyakan kabar kami sekeluarga, kondisi kesehatan si sulung dan aktivitas yang si sulung lakukan dalam keseharian. Beliau juga mengirimkan E-Mail berisi aneka lembar kerja namun tak wajib dikerjakan dan dikumpulkan pada beliau. Sifatnya bebas. Karena anak-anak lebih tertarik dengan kegiatan keseharian yang kami kerjakan bersama dan kami tidak memiliki printer untuk mencetak lembar kerja, saya mengirimkan beberapa dokumentasi kegiatan kami di rumah sebagai balasan, seperti ini :

Gambar 1. Surel koordinasi dengan Kindergartenpaedagogin


Lalu bagaimana dengan pengalaman kedua?

Mulai September 2020 lalu, si sulung sudah masuk di Volksschule, setara dengan Sekolah Dasar. Pembelajaran di bulan September hingga 16 November 2020 berlangsung secara tatap muka dengan protokol kesehatan yang ketat. Di awal tahun ajaran, pihak sekolah memberi skema jika sewaktu-waktu terpaksa dilakukan pembelajaran jarak jauh mengingat angka kasus positif yang masih terus meningkat, bahkan saat ini sedang berada di gelombang kedua pandemi. Pihak sekolah meminta kami mengunduh aplikasi SchoolFox dan mencoba mempelajari fitur-fitur yang ada didalamnya serta membuat grup WhatsApp untuk para orangtua. Fungsi SchoolFox ini mirip dengan Google Classroom namun lebih banyak fitur koordinasinya.


Gambar 2. Tampilan Aplikasi SchoolFox
 

Benar saja, mulai 17 November 2020, diputuskan bahwasanya semua anak di jenjang sekolah mana pun dihimbau untuk melakukan pembelajaran daring, terkecuali jika kondisi mendesak seperti kedua orangtua yang terpaksa bekerja di luar rumah terkait profesinya atau anak-anak yang tidak memiliki fasilitas dan kondisi memadai untuk pembelajaran daring, boleh tetap belajar di sekolah. Dengan pertimbangan keamanan dan kesehatan, kami memutuskan untuk mengikuti pembelajaran jarak jauh.

Untuk murid kelas satu Volksschule, guru memberikan tahapan per tahapan secara lengkap kepada orangtua. Kemudian di hari terakhir sekolah, anak-anak membawa pulang buku dan lembar kerja untuk satu pekan dilengkapi dengan timeline tugas per hari. Setiap pagi, guru mengirimkan video cara pengerjaan tugas untuk disimak anak-anak. Guru memberikan juga tautan video seputar alam yang menjadi salah satu fun learning untuk anak. Sebagai pelengkap, anak-anak disediakan akun di sebuat platform belajar di gawai bernama Anton. Guru sudah menandai tema mana saja yang diprioritaskan untuk dikerjakan. Bagi si sulung, mengerjakan permainan pembelajaran dilakukan usai tugas di lembar kerja dan di buku sudah tuntas ia kerjakan.

Gambar 3. Tampilan Aplikasi ANTON

 

Pembelajaran daring memang bukan hal yang mudah untuk semua pihak, terutama untuk anak. Namun yuk, optimalkan peran dalam perjalanan prosesnya, bekerjasama menyiasati keterbatasannya dan bahu-membahu menaklukkan tantangan ini, bersama-sama. Sehingga, anak-anak akan meneladani sikap solutif yang kita lakukan saat menaklukkan tantangan ini. Bismillah... 

 

Sumber referensi :

Alimah, Niken TF dkk. 2013. Bunda Sayang : 12 Ilmu Dasar Mendidik Anak. Jakarta Barat : Halaman Moeka Publishing.

Anonim. 2016. Die Vor- und Nachteile von E-Learning. https://www.lecturio.de/magazin/vor-und-nachteile-e-learning/. Diakses tanggal 24 Oktober 2020.

Antara. 2020. Pembelajaran Daring Pengaruhi Jiwa Anak, Perlu Antisipasi Cepat. https://tekno.tempo.co/read/1367449/pembelajaran-daring-pengaruhi-jiwa-anak-perlu-antisipasi-cepat/full&view=ok. Diakses tanggal 24 Oktober 2020.

Husnufardani, Itsnita dkk. 2019. Jurnal Institut Ibu Profesional : Jejak Langkah Bunda Sayang. Salatiga : KIPublishing.

Ningsih, Ni Koming Widya. 2020. Dampak Pengaruh COVID-19 terhadap Perkembangan Anak Usia Dini yang Menggunakan Sistem Pembelajaran Daring (online) di TK Duta Asih. Proposal. Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Dhyana Pura. Bali

 

 

Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di