Skip to main content

Ein 60-Tage-Sommerprojekt : Proyek Solutif Keluarga yang Terinspirasi dari Perkuliahan Institut Ibu Profesional

Gugus Bintang Penjelajah merupakan program seru yang diinisiasi tim Selasar Institut Ibu Profesional sebagai tempat berkumpulnya para mahasiswa Institut Ibu Profesional yang mengejawantahkan hasil belajarnya di kelas IIP menjadi sebuah proyek karya baik berupa buku, jurnal ilmiah, kegiatan daring maupun luring dan juga produk. Saya bergabung di salah satu gugus bintang yang spesifik pada ranah kegiatan daring. Dari program ini, saya berjejaring dengan sesama mahasiswa yang sudah, sedang dan akan menghasilkan karya-karya hebat. Tidak menutup kemungkinan, ke depan bisa terjalin kerjasama satu sama lain dengan menggagas sebuah proyek bersama.

Proyek karya yang sudah tuntas saya kerjakan dan saya bagikan di program ini adalah proyek keluarga yang kami kerjakan saat masa liburan musim panas lalu, bertajuk “Ein 60-Tage-Sommerprojekt” yang merupakan dokumentasi kegiatan Home Education yang kami lakukan secara konsisten selama 60 hari baik secara luring maupun daring berturut-turut. Dokumentasi perjalanan lengkapnya saya tuliskan di sebuah album khusus di akun Facebook pribadi di tautan ini.  

Perjalanan bintang penjelajah membuat saya berefleksi diri. Tujuan bergabungnya saya di Institut Ibu Profesional adalah meningkatkan kapasitas dan kualitas diri dalam menjalankan peran sebagai seorang perempuan, istri, ibu dan agen perubahan dan masyarakat. Dan proyek Home Education  “Ein 60-Tage-Sommerprojekt”  ini merupakan langkah saya menjawab tantangan yang hadir saat itu.

Apakah tantangan yang saya rasakan?

Layaknya kebiasaan yang berlangsung di negara Eropa lainnya, musim panas adalah waktu untuk berlibur keluarga baik di luar kota maupun luar negeri. Mayoritas teman melakukannya dan tak jarang pertanyaan terkait pun menghampiri, “Kapan liburan? Kemana?”.  Tahun lalu saya menjawab dengan senyum tipis dan ada keinginan juga untuk bepergian keluar kota. Wajar saja banyak teman yang bepergian ke luar kota atau luar negeri. Dengan izin tinggal yang kami semua pegang, bepergian ke luar kota bahkan luar negeri selama masih dalam kawasan Uni Eropa merupakan hal yang mudah dengan biaya tiket yang cukup terjangkau jika dipesan sejak jauh hari. 

Namun kondisi studi suami memang cukup hectic sehingga tak memungkinkan bagi kami untuk bepergian keluar kota barang beberapa hari saja. Akhir pekan saja beliau seringkali bekerja. Dulu sempat ada masa di mana saya membandingkan kondisi studi suami dengan rekan mahasiswa lainnya. “Mengapa? Apa yang berbeda?” begitu pikir saya kala itu. Hingga kemudian ada suatu momen yang saya saksikan sendiri hingga meyadarkan saya untuk tidak membandingkan kondisi dengan pihak lain dan fokus bergerak solutif di lintasan sendiri. Studi lanjut suami ke sii adalah sebuah proyek keluarga. Maka bersama-sama kita sukseskan proyek ini, sesuai pembagian tugas masing-masing. Saling menjadi support system.

Di tahun ini, saya tidak mau terlarut dalam opini kebanyakan orang dan memilih untuk menciptakan kebahagiaan. Kami mencoba mengambil langkah nyata untuk switch dan memulai bergerak dengan persepsi baru. Mulailah saya membuat mindmap rencana proyek kegiatan selama musim panas yang seiring perjalanan diberi nama“Ein 60-Tage-Sommerprojekt”. Saat merencanakan proyek ini, kami jadi banyak berdiskusi sekeluarga dan menyadarkan diri bahwa ada banyak hal dan tempat di kota Wina yang belum kami eksplorasi. Berikut mindmap proyek ini :



Target yang ingin dicapai dalam pelaksanaan proyek ini alhamdulillah tercapai. Saya ingin meningkatkan bonding dengan anak-anak, mengambil jeda dari kegiatan daring yang beruntun, lebih mindfulness daam berkegiatan bersama dan silaturahim luring dengan beberapa pihak yang belum bisa dijalankan saat belum masa liburan. Pasca terlaksananya proyek ini saya merasa memiliki energi positif yang lebih besar karena berhasil menjalankan proyek yang muncul dari hadirnya sebuah tantangan diri.

Dari perjalanan gugus bintang penjelajah saya menemukan bahwasanya sebuah proyek yang didasari oleh kebutuhan belajar diri akan memunculkan energi besar dan menularkan kebahagiaan ke pihak lain. Tak hanya saya, anak-anak dan suami pun merasakan kebahagiaan selama liburan musim panas ini karena menjalankan banyak ragam aktivitas, memperoleh aneka wawasan baru dan banyak mengeksplorasi berbagai tempat. Ini adalah langkah awal dari sebuah gerakan inside out. Jika proyek itu memang gerak ikhtiar kita menjawab tantangan yang sedang dijalani, maka saat menjalankannya pun lelah beriringan dengan rasa bahagia dan mata berbinar. 

Gugus bintang penjelajah membuat saya berkontemplasi. Saat berdiaspora, seringkali saya mendapat tantangan yang berbeda kondisi dengan saat saya tinggal di Indonesia. Maka ternyata, saya cukup berfokus menghadapi tantangan itu saja dengan seoptimal mungkin. Tak perlu berkecil hati dengan  menakar besaran atau luasan dampak yang dimunculkan, itu takkan pernah ada ujungnya. Selama tantangan di depan mata tersolusikan, cukuplah hal tersebut menjadi penentram hati dan pijakan untuk melangkah di proyek berikutnya. 

Untuk semesta karya yang akan dilakukan di tahun 2021, saya ingin menulis sebuah buku solo. Membagikan pengalaman hidup di bumi Eropa ini sehingga menjadi jejak perjalanan yang tak lekang oleh waktu. Adapun bekal potensi diri dan dukungan yang dibutuhkan antara lain manajemen diri yang semakin baik, juga jejaring yang luas dengan pihak editor dan penerbit.

Terima kasih tim Gugus Bintang Penjelajah, dari proses ini saya belajar banyak hal.

Wina, 14 Oktober 2020

Salam Ibu Profesional,

Mesa Dewi Puspita

 

 

Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di