Skip to main content

Perjalanan Belajar Ibu Menjelang Ujian Ausbildung di Masa Liburan Sekolah Anak

Pekan ini adalah Semesterferien atau libur semester bagi anak-anak. Pekan ini pula, adalah pekan terakhir persiapan Prüfung untukku. Kejutannya, bahwa ternyata Prüfung Fachgespräch yang tertanggal 17 Juni 2023 di undangan yang kudapatkan bulan lalu, salah ketik dan dikoreksi menjadi 17 Februari 2023, berselang satu hari setelah praktische Prüfung. Maka jadinya pekan depan ujianku jadi dua hari, bukan satu hari saja. 

Kejutan ini baru kudapatkan di hari Senin lalu, berupa balasan e-mail dari WKW atas pertanyaanku di hari Jum‘at pekan lalu. Karena tadinya aku percaya saja bahwa ujian Fachgespräch-ku memang berlangsung di bulan Juni, sesuai yang tertulis. Tapi sejak Jum‘at lalu aku menanyakan jadwal ujian seorang teman dan ia menyampaikan bahwa jadwal ujian ia ada di tanggal 16 dan 17 Februari, perasaanku mulai ngga enak dan merasa perlu mengkonfirmasi tanggal ujianku ke WKW. Benar saja, salah ketik. Kaget? Pasti. Apalagi bisa dibilang perlu banyak persiapan untuk menghadapi Fachgespräch ini. Karena tesnya berupa lisan, dan Prüfer atau pengujinya bertanya sampai cukup detail. Ditambah dengan kosakata bahasa Jermanku dalam bidang pengolahan pangan yang masih pas-pasan. Masih sering menyebut kochen untuk menjelaskan Garmethode, ketimbang diksi spesifik seperti sautieren, pochieren atau dünsten.  Jadi, yok mari kita kejar! Waktu yang sempit ini mari dioptimalkan sebaik mungkin. 

Bagaimana dengan anak-anak? Jujur, ada perasaan bersalah menyelimuti diriku dan suami, pada anak-anak. Suami memang sedang amat hectic. Di awal bulan, beliau sudah menyampaikan padaku tantangan beliau menjalani kerja sekaligus menyelesaikan studi. Anak-anak tentu saja mendengarnya karena kami berbincang di meja belajar. Bahkan sejak pekan lalu, suami kurang fit karena kurang istirahat di cuaca yang sangat dingin dan berangin kencang ini. Di awal pekan, kami membuka diskusi dengan anak-anak. Mendengarkan harapan mereka selama libur semester, menyampaikan kondisi ummicha dan abiya dan menggali beragam ide aktivitas selama libur.  Anak-anak justru memilih untuk berada di rumah saja selama libur semester. Mereka menyampaikan, mereka bahagia karena bisa berkegiatan di dalam rumah tanpa harus bersegera bersiap ke sekolah. Maka di awal pekan aku pun mengajak anak-anak ke Action, untuk berbelanja bahan basteln dan peralatan yang mereka butuhkan untuk membuat prakarya dan berkegiatan produktif di rumah. 

DIY Squishy karya putri sulung di masa liburan

Alhamdulillah, aku lega. InsyaAllah aku bisa menggunakan satu pekan ini untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi ujian. Tiga hari lalu aku fokus pada mencari dan membaca satu persatu ragam olahan pangan untuk bisa memahami gambaran besarnya dan tahap pengolahannya. Itu pun belum selesai, jadi hari ini aku putuskan untuk melanjutkannya hingga tuntas. Semoga terkejar sebelum siang. Kemudian saat nanti berkegiatan dengan teman di perpustakaan, sembari menunggu teman datang atau mengisi waktu luang, aku mengagendakan untuk membaca seputar HACCP dan Umweltschutz. 

Di momen ini aku belajar, bahwa dengan menggeser sudut pandang sedikit saja, kita akan memperoleh lebih banyak makna dalam suatu peristiwa atau kondisi. Aku yang di awal merasa amat bersalah pada anak-anak, setelah mendengar respon mereka bahkan aneka ide aktivitas yang bermunculan dari mereka saat kami berdiskusi, menjadi lega dan bersyukur. Diskusi keluarga pekan ini mengantarkan definisi liburan ke pemaknaan yang lebih luas. Bukan hanya bermakna masa libur atau vakansi seperti yang tertulis di KBBI, tapi juga membuat prakarya di rumah, bermain bersama keluarga dengan lebih santai dan bahkan mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian dengan jadwal keseharian yang lebih fleksibel. Semoga kegiatan keluarga di pekan liburan ini menghadirkan semangat produktivitas, membuat tim keluarga semakin kompak untuk bahu membahu bergerak meraih rida Allah. Aamiin. 

Wina, 10 Februari 2023

 

 

Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di