Skip to main content

Jurnal A Hometeam Pekan Ketiga : Kunci dalam Membangun Sebuah A Hometeam

 Bismillahhirrohmanirrohim...

Pekan ini pembelajaran di A Hometeam Basic Training #3 memasuki pertemuan ketiga. Fasilitator yang mengampu sesi pekan ketiga ini adalah kak Rahmatiyah Bakri atau yang akrab disapa dengan panggilan kak Tiyah yang berdomisili di Mesir. Kami sudah saling mengenal cukup dekat, selain karena kami berada di satu regional yaitu Ibu Profesional Efrimenia, kami juga sempat bekerjasama intensif saat menyelenggarakan online workshop A Hometeam circle Efrimenia awal tahun lalu. Saat itu kak Tiyah berperan sebagai fasilitator sedangkan saya sebagai operator dan penanggung jawab teknis.  

Check In

Kami memulai pertemuan kali ini dengan melakukan check in. Fasilitator menyiapkan beberapa kartu dalam kondisi tertutup. Kemudian satu peserta ditunjuk untuk memilih salah satu kartu, dan menjawab pertanyaan yang terdapat di dalamnya dalam kurun waktu satu menit. Jika sudah, maka beliau berhak untuk menunjuk peserta lain untuk mendapatkan tantangan serupa. Beberapa pertanyaan yang disodorkan secara acak di forum check in yang sempat saya catat antara lain :

1. Yuk cerita masa dimana kamu berhasil melewati kesulitanmu.

2. Sebutkan satu hal tentang dirimu, yang sangat ingin kamu ubah

3. Apa yang membuatmu bangga dengan dirimu

Saya sendiri juga kebagian mendapatkan pertanyaan mengenai hal dalam diri yang sangat ingin saya ubah. Dengan spontan, saya menjawab prokrastinasi atau menunda-nunda pekerjaan. Saya merasa masih kurang efisien dalam mengerjakan sebuah hal. Mudah terdistraksi merupakan salah satu penyebabnya. Maka strategi yang sedang saya ikhtiarkan untuk mengubah kebiasaan buruk tersebut adalah dengan mengurangi informasi yang saya terima dan membuat daftar skala prioritas pekerjaan. Dengan demikian, fokus dan energi saya bisa tercurahkan di hal-hal yang menjadi prioritas utama. Melalui forum ini juga saya jadi mengenal lebih dekat sosok beberapa anggota keluarga circle Mentari. Ada mba Dwi, mba Kiki atau Riefki Amalia, mba Novianti, mba Tami, mba Linda dan mba Nina.

BOR pertama

Bagaimana perkembangan komitmen Anda?

Sesi berikutnya adalah diskusi kelompok di ruang breakout rooms (BOR). Di pertemuan ketiga ini saya berjodoh dengan mba Ayu, mba Novi dan mba Yeni. Topik yang pertama didiskusikan di ruang BOR adalah perkembangan komitmen. Di ruang BOR kali  ini saya mengasah bakat input yang memang dominan pada diri dengan mempersilakan teman-teman untuk berbagi cerita dahulu lalu saya menyimak dan mencatatnya. Berikut ringkasannya :

Mba Novi : komitmen yang dicanangkan adalah semangat, menulis catatan dan hadir tepat waktu. Alhamdulillah hingga saat ini terus mengalami kemajuan.

Mba Yeni : komitmen yang dicanangkan adalah tepat waktu, fokus dan semangat mengikuti serta berbagi insight-nya dengan keluarga. Alhamdulillah hingga saat ini juga terus mengalami perkembangan signifikan.

Mba Ayu : komitmen yang dicanangkan adalah tepat waktu, semangat dan anak-anak bahagia. Tantangannya adalah energi yang menurun karena harus mengerjakan project dan amanah yang lain juga. Tapi alhamdulillah hingga saat ini terus mengalami kemajuan.

Mesa : komitmen yang dicanangkan adalah inside out, family first and completeness. Sepekan ini banyak beraktivitas bareng dengan keluarga, dan untuk completeness ternyata sulit juga menulis jurnal lengkap (versi saya) dengan durasi waktu yang ada. Jadi kemarin saya sempat mengerjakannya dalam dua tahap. Pertama, dengan menuliskan poin-poin pentingnya saja kemudian mengumpulkannya, lalu di hari Selasa melengkapinya kembali. Alhamdulillah saya puas dengan hasilnya.

BOR kedua

Hasil pengamatan keluarga masing-masing, lebih condong ke tim atau kerumunan?

Baik mba Ayu, mba Yeni dan mba Novi merasa sudah condong ke sebuah tim daripada kerumunan. Namun memang belum optimal. Sudah ada komitmen bersama yang diupayakan, ada kepemimpinan yang sudah berjalan, ada tujuan bersama. Saya pun merasakan bahwa keluarga Griya Riset sedang bergerak menuju menjadi sebuah tim. Nah, dua kunci yang saya rasa perlu ditingkatkan agar keluarga menjadi sebuah hometeam adalah terus berkomunikasi, open minded dan memiliki growth mindset.

BOR ketiga

Apa tantangan yang dirasakan oleh keluarga selama membangun sebuah tim?

Komunikasi, apa penyebabnya?

Ada denial atau penolakan saat memperoleh masukan atau saran. Masih kurangnya kesediaan untuk mendengarkan dengan empati.

Tujuan tidak tercapai, apa penyebabnya?

Tujuan masih abstrak sehingga perlu dibuat lebih konkret. 

Tujuan terlalu tinggi, sehingga perlu dipecah menjadi lebih sederhana sehingga lebih realistis untuk dicapai. 

Challenge

Bagaimana dengan praktik dalam keluarga?

Di pekan ketiga ini, peserta mendapatkan challenge untuk main bareng lanjut ngobrol bareng dan beraktivitas bareng. Kami memulainya dengan aksi dalam keseharian. Sejak beberapa hari lalu suami sudah memesan lapangan bulutangkis dan mengajak anak-anak bermain pada Jum'at malam. Maka kemarin kami mengeksekusinya.



Beberapa teman suami pun ikut main bersama. Anak-anak sangat gembira sepulang dari main bulutangkis. Mereka bercerita dengan sangat antusias. Agenda olahraga bareng yang semula dijadwalkan selama dua jam, berlangsung lebih panjang hampir dua kali lipat dari rencana semula. 

Refleksi 

Ada beberapa hal menarik yang saya rasakan dari pertemuan kali ini. Yang pertama, saya merasa mendapatkan banyak teman baru sekaligus mengenalnya dengan lebih dekat. Hal ini disebabkan karena adanya sesi check in di berlanjut dengan tiga kali diskusi di ruangan BOR bersama tiga orang teman yang sama.

Yang kedua, sesi check in di awal acara menurut saya adalah strategi jitu untuk mengenal antar peserta atau anggota keluarga circle Mentari lebih mendalam namun secara singkat. Mengapa? Karena pertanyaan-pertanyaannya spesifik dan durasi berceritanya pun terbatas, hanya satu menit setiap peserta. Dengan demikian, para komunikator (penyampai pesan) ditantang untuk menceritakan pengalamannya dengan spontan, dalam kalimat yang padat dan mengena sehingga pesan dapat diterima oleh komunikan (penerima pesan). Bukankah ini merupakan sebuah praktik komunikasi produktif?

Yang ketiga, saya merasa jika setiap anggota keluarga atau tim paham dan terbiasa berkomunikasi secara produktif, maka tujuan bersama akan cepat tercapai. Dalam ruangan BOR, saya merasa diskusi berjalan secara efektif dan efisien. Setiap peserta bisa menyampaikan ide dan pendapatnya dalam waktu singkat. Diskusi di pertemuan ketiga ini juga berlangsung efektif dengan penggunaan virtual timer dan ketegasan fasilitator dalam memandu sesi diskusi. 

Poin yang sudah saya pahami dari pertemuan ketiga ini antara lain : 

1. Dalam menjalankan sebuah komitmen, perlu diiringi konsistensi dan manajemen energi untuk hasil yang optimal.

2. Penting untuk menjadikan keluarga sebagai sebuah tim. Maka untuk menuju hal tersebut, sebuah keluarga perlu memiliki tujuan bersama, yang untuk mencapainya diperlukan strategi dan aturan yang disepakati bersama. Juga ada kepemimpinan dan pembagian peran yang terkomunikasikan dengan lancar. 

3. Untuk bisa mencapai tujuan besar, tak cukup sekadar komunikasi saja. Perlu sebuah komunikasi produktif dan efektif yang dijalankan setiap anggota.

Yang ingin diterapkan di keluarga adalah memperbanyak ngobrol ngga penting,yang penting ngobrol. Karena dari kelekatan dalam keseharianlah sebuah A Hometeam dapat terwujud. Dari obrolan-obrolan "ngga penting", anggota keluarga terbiasa untuk saling bercerita tentang apapun, karena merasa nyaman, ngga khawatir dianggap "ngga penting" lalu disepelekan. Lalu ada rindu yang menyeruak saat rutinitas mengobrol itu belum terlaksana. Pola yang sama juga berlaku di main bareng dan beraktivitas bareng. 

Pertanyaan yang muncul di pikiran :

Jika kerumuman diibaratkan sebagai orang-orang di pasar, sedangkan tim divisualisasikan dengan sebuah tim sepakbola, maka saya mencoba menggali ide contoh lainnya. Rasa-rasanya setiap ada orang yang berkumpul tanpa tujuan yang jelas, semisal orang-orang di pusat perbelanjaan atau di jalan, termasuk sebagai kerumunan, bukan? Lalu untuk bidang perekonomian (seperti halnya pasar), apakah koperasi bisa dikategorikan sebagai sebuah tim? Mengingat di dalamnya ada struktur kepemimpinan, tujuan bersama, program kerja juga tata nilai yang berlaku. 

A Hometeam, ini baru keluarga :)

Abu Dhabi, 1 Juni 2024





Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di