Skip to main content

Perdana Nge-Bakso Boedjangan, Sembari Menyusun Resolusi Keluarga

Hari libur 1 Januari 2016 kemarin, kami sepakat keluar rumah untuk bikin resolusi keluarga. Pagi hingga siang hari kami habiskan waktu di Taman Lalu lintas. Duduk bersama pulpen dan kertas, berdiskusi seru, mengevaluasi pencapaian di tahun 2015 dan mencanangkan target pencapaian 2016 sembari menemani Raysa bermain.
Sepulang dari Taman Lalu Lintas, matahari sudah meninggi, perut juga sudah minta diisi. Sesuai kesepakatan sebelumnya, kami ingin menjajal Nge-Bakso Boedjangan sebagai menu makan siang. Datanglah kami ke salah satu gerainya yang bertempat di jalan Pahlawan.

Lokasi Bakso Boedjangan di Jalan Pahlawan

Parkiran nyaris penuh, tempat duduk apalagi. Alhamdulillah dengan sigap, pramusaji segera mencarikan dan mengabarkan pada kami bahwa masih ada tempat duduk yang bisa kami isi. Di meja, daftar menu sudah berjajar rapi menanti untuk dipilih. Sang pramusajipun kembali datang untuk bersiap mencatat pesanan kami. Perhatian kami tertuju pada menu bakso super urat. Kamipun memesan 2 porsi, untuk saya dan suami. Saat ditanya memesan menu minuman apa, saya menggeleng. Bukan apa-apa, sudah menjadi kebiasaan sejak kecil, untuk selalu membawa minuman setiap bepergian dan singgah untuk makan. Lagipula, pelepas dahaga paling tepat sebagai teman makan bakso bagi saya adalah air putih.
Sembari menunggu, saya mencari ha-hal yang menarik. Hal pertama yang menarik perhatian adalah daftar menu di hadapan saya. Menu-menu dijelaskan melalui gambar-gambar yang bersebelahan dengan nama unik, lengkap dengan deskripsi singkat dan keterangan harga di bawahnya.


Daftar Menu Bakso Boedjangan

Pandangan saya beranjak ke situasi sekitar. Teriknya mentari nampaknya tak menyurutkan langkah orang-orang untuk kesini. Rombongan satu selesai, rombongan berikutnya segera mengisi. Kipas angin yang diletakkan di titik tengah, bersanding dengan pelantun nada bersuara merdu yang terus mengalunkan lagu, sukses berkolaborasi menyejukkan suasana di tengah kegerahan.
Saya terus mengeksplorasi. Tampilan dinding dihiasi beragam gambar iklan produk jaman dahulu (era sebelum saya lahir sepertinya), beberapa ornamen dan hiasan dinding yang memberikan nuansa vintage yang cukup kental.
Salah satu hiasan dinding 


Ada kamar mandinya ga? 
Buat yang bawa anak kecil, ini kriteria cukup penting. Maklum, anak kecil seringkali mendadak ingin buang air tanpa bisa menunggu lama. Kamar mandi berada di belakang dapur minuman. Cukup luas dan bersih untuk ukuran warung makan.

Makananpun datang. Saking antusiasnya, saya lupa nge-foto, hehe. Semangkok bakso super urat, berisi bakso besar urat, 2 bakso kecil urat, mie kuning, bihun dan sayur. Baksonya lembut, enak, dilengkapi dengan kuah yang ringan, tanpa minyak yang banyak. Secara rasa, saya cocok dengan bakso ini.

Oya, harga yang tertera belum termasuk PPN 10% ya.


Kalau boleh usul ke Bakso Boedjangan, saya mau rekues lesehan. Jarang nih ditemui ada spot lesehan di warung bakso. Siapa tau bisa jadi inovasi dan ciri unik Bakso Boedjangan dibanding warung bakso lainnya. Mewujudkan warung bakso yang ramah anak. hehe.

Akhir kata, buat yang penasaran pengen nyobain juga, Bakso Boedjangan bisa dikunjungi di tempat-tempat di bawah ini ya..

#ODOPfor99days
#day1

Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di