Skip to main content

Lingkungan Inklusif untuk Penyandang Disabilitas di Kota Wina, Austria

Pagi itu stasiun tampak lebih lengang dari biasanya. Wajar saja, waktu sudah beranjak  lewat dari jam 8.30. Biasanya saya berangkat jam sekitar jam 7.15 - 7.30, dimana semua orang sibuk berlalu lalang menuju tempat kerja atau mengantar anak-anak ke sekolah. Kondisi yang sepi ini membuat saya lebih bisa menikmati perjalanan, termasuk mengamati kondisi sekitar.

 


Seorang ibu paruh baya sedang berjalan perlahan dengan bantuan tongkat. Beliau menyusuri guiding block atau jalur penuntun yang tersedia sepanjang jalan stasiun. Rupanya beliau menuju ke arah eskalator yang mengarah ke lantai atas. Pada kesempatan lain saat berada di dalam kereta, saya mengamati akses untuk para pengguna kursi roda. Beberapa tahun lalu saat saya masih menggunakan kereta dorong untuk anak kedua yang masih batita, saya menjadi menyadari begitu pentingnya keberadaan lift di setiap stasiun kereta bawah tanah. Ada kalanya kondisi lift di satu stasiun rusak, sehingga pengguna kereta dorong perlu berpindah jalur lain untuk mendapatkan akses transportasi. Dan kesulitan serupa tentu juga dialami oleh penyandang disabilitas fisik yang menggunakan kursi roda. Meskipun kondisi tersebut dapat diminimalkan dengan mengecek aplikasi transportasi kota yang selalu diperbarui. Saya makin tersadar pentingnya sarana publik yang ramah untuk semua masyarakat. Dengan sarana yang memadai sebagai salah satu faktor, penyandang disabilitas memiliki lingkungan yang inklusif sehingga dapat beraktivitas dengan nyaman.


Ada beberapa versi jenis-jenis disabilitas, salah satunya saya mengutip dari situs Sistem Perlindungan Anak Berkebutuhan Khusus. Bahwa ada beberapa jenis penyandang disabilitas, yaitu disabilitas mental, disabilitas fisik dan disabilitas ganda. Disabilitas mental terbagi menjadi mental tinggi, mental rendah dan berkesulitan belajar spesifik. Sedangkan disabilitas fisik terdiri dari tunadaksa, tunanetra, tunarungu dan tunawicara.

Dalam rangkaian acara bootcamp Ibu Inklusif yang sedang saya ikuti, salah satu materi yang sempat saya simak adalah penuturan mba Widi Utami, seorang ibu dengan Hard of Hearing (HoH) atau keterbatasan pendengaran. Beliau menyampaikan beberapa tips cara berinteraksi dengan difabel. Antara lain :

  • Gunakan kata difabel, ketimbang cacat, budheg dan sebagainya
  • Sebut „non difabel“ bagi yang bukan penyandang disabilitas, ketimbang orang normal atau sehat
  • Tidak bertanya penyebab
  • Jika ingin membantu, bertanya terlebih dahulu
  • Hindari memuji dengan term „meskipun penyandang disabilitas“
  • Saat berinteraksi langsung, pastikan mata sejajar, terutama untuk teman daksa

Karena jam daring yang terbatas ditambah perbedaan zona waktu, saya tidak bisa mengikuti setiap kegiatan dari Bootcamp ini. Meski semua rangkaian kegiatannya bagus, mulai dari diskusi interaktif di grup WhatsApp, live webinar dua kali dalam sepekan, juga sharing seru dari para peserta, saya perlu memilih mana yang bisa saya jalankan dari seluruh agenda menarik tersebut. Maka saya menentukan prioritas dan mengambil strategi untuk fokus ke pengerjaan challenge-nya terlebih dahulu. Semoga sedikit ilmu yang sampai ke saya, bisa menjadikan diri lebih baik dari hari ke hari dan teraplikasikan dalam setiap langkah. Aamiin.

#gerakanibuinklusif

#bootcampdutainklusif

#inklusif

#budayadifabel

#temandifabel

#womensupportwomen

#IP4ID2022

Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di