Skip to main content

Belajar Membuat Komitmen dan Mendalami Peran Diri dalam Workshop Perdana A Home Team Efrimenia


Gambar 1. Lomba Mendongeng se-Kabupaten Jombang, Desember 2016

Setelah di bulan November 2022 lalu selesai belajar di kelas rutin dalam program Ausbildung, saya kembali menengok peta belajar diri. Saya ingin mengasah keterampilan diri dalam menjalankan peran sebagai istri dan ibu. Tak berselang lama, Allah tuntun munculnya sebuah ide, 

Mengapa tidak, mengajak belajar bersama dan meminta teman-teman member Efrimenia yang sudah lulus sebagai fasilitator untuk memfasilitasi workshop A Home Team?

Ide itu pun digulirkan di tanggal 30 November 2022. Kemudian mulailah koordinasi hingga alhamdulillah dengan kerja bersama, workshop perdana berhasil terselenggara di tanggal 4 Januari 2023. Bersyukur rasanya bisa mengawali tahun baru Masehi dengan mendalami ilmu dan praktik untuk menjadi tim keluarga yang berkualitas A.

Sebenarnya di Ibu Profesional Efrimenia ada empat orang member yang sudah mengikuti training fasilitator. Tapi karena satu dan lain hal, maka workshop kali ini difasilitasi oleh fasilitator tunggal, kak Rahmatiyah Bakri. Beliau akrab dipanggil kak Tiyah dan saat ini sedang berdomisili di Mesir. Di rangkaian workshop ini, saya memilih untuk mengemban peran sebagai moderator agar bisa lebih optimal memahami materi yang disampaikan fasilitator sekaligus melatih diri agar cekatan mengoperasikan Zoom dengan fitur Breakout Rooms. Kalau moderator, mau ngga mau harus datang tepat waktu, kan? Hehe.

Materi A Home Team sebenarnya memang bukan materi baru untuk saya dan keluarga. Dulu, saat proses pembelajaran di komunitas Ibu Profesional masih menggunakan WIZIQ dan WhatsApp Group, kami para member, sudah pernah mendapatkan materi ini dari Pak Dodik.  Sedangkan saat tahun 2021 dan 2022 lalu dibuka pendaftaran training for Facilitator A Home Team, saya terpaksa skip dulu karena perlu fokus ke studi Ausbildung. Maka, sekaranglah saat yang tepat, insyaAllah. Murid siap, guru datang. Saya yakin akan banyak input yang saya dapatkan, yang bisa membekali keluarga agar semakin kompak dan hangat, mendekat ke spesifikasi A Home Team. Apalagi kak Tiyah juga sesama ibu rantau yang tinggal jauh dari Indonesia. Sehingga tantangan yang kami hadapi bisa lebih banyak dan sering beririsan. Maka saat dalam diskusi di WAG HIMA IP Efrimenia, kak Tiyah menyampaikan kesediaan untuk memfasilitasi workshop A Home Team, saya segera menyambutnya dengan persiapan dan koordinasiUntuk ruangannya, kami mendapatkan fasilitas dari ibu sekreg kesayangan, mba Halida. Alhamdulillah.

 

Gambar 2. E-Flyer acara, hasil karya mba Mardha, Manmedkom HIMA IP Efrimenia

Rangkaian workshop ini terdiri dari empat pertemuan, yang mana insyaAllah kami menjalankannya setiap hari Rabu. Jadi sedianya berlangsung di tanggal 4, 11, 18 dan 25 Januari 2023. Di sesi pertama, kami diajak untuk saling berkenalan dengan menyebutkan tiga fakta seputar diri. Kalau diminta menyebutkan tiga fakta diri, dimana salah satu faktanya dianalogikan sebagai buah, maka kurang lebih begini :

1. Ibarat semangka. Manis, ada dimana saja, segar dan tinggi kandungan airnya. Artinya, bisa menghilangkan dahaga juga ya. Buah semangka juga buah favorit saya.

2. Suka berjejaring.

3. Mudah terdistraksi. Sehingga saat ini sedang belajar untuk lebih fokus dan mindful.

Setelah perkenalan, peserta diajak untuk bercerita strong why atau alasan kuat mengapa mengikuti workshop A Home TeamStrong why ini penting sekali dicanangkan di awal memulai sebuah program belajar, karena efektif dijadikan jawaban saat diri sedang loyo atau malas menyergap.Kalau jawaban saya, adalah karena saya membutuhkannya dan saat ini siap untuk belajar dan mendalami hal tersebut. 

Poin berikutnya adalah berbagi cerita perjalanan diri. Kejadian spesial apa yang membuat kepercayaan diri sebagai seorang perempuan, istri dan ibu muncul? Wah, ini pertanyaan menarik. Untuk bisa mendidik anak-anaknya memiliki karakter percaya diri, seorang ibu tentu perlu menjadi seorang yang percaya diri dulu, bukan? Maka saya teringat suatu peristiwa, yang cukup spesial dan berhasil meningkatkan kepercayaan diri saya.

Gambar 3. Bersama putri sulung, atas izin Allah, berhasil menjadi Juara 1 Lomba Mendongeng

SATE SUPER, SAya TEringat SUatu PERistiwa di tahun 2016. Saat itu saya baru saja pindah dari Bandung ke Jombang. Setelah persalinan anak kedua, saya melihat ada pamflet lomba mendongeng sekabupaten. Terpikir untuk mendaftarkan diri sebagai pengalaman. Menjelang hari H, dihubungi panitia untuk konfirmasi. Mendadak muncul ide untuk bertanya, "Boleh ngga kalau saya mendongeng bersama putri saya yang berusia 2.5 tahun?" Panitia sempat bingung dengan permintaan itu. Tapi saya merasa ini kesempatan untuk momen belajar si kecil. Ternyata permintaan disetujui.

H-2 lomba, saya baru bersiap teknisnya. Alur cerita, lagu improvisasi sampai latihan dg si kecil dijalankan. 

Pas hari H, saya deg-degan, si sulung antusias sedangkan adik bayi digendong ibu saya. Di panggung mencoba bermain lepas dan meluruskan niat awal, sebagai momen belajar anak.

Qodarullah alhamdulillah keluar sebagai juara 1. Dan acara itu kemudian menjadi pintu pembuka jejaring dengan pegiat parenting & literasi di Jombang. Beberapa bulan setelahnya, mengadakan bedah buku antologi di Rumah Belajar penyelenggara lomba mendongeng tersebut, sempat juga IP Jombang mengadakan acara di TK yang dikelola oleh salah satu juri lomba. MasyaAllah. 

Momen itu meyakinkan saya untuk terus memberanikan mencoba hal baru dan tidak terjebak oleh stigma negatif yang menempel pada label Ibu Rumah Tangga. Mengemban peran sebagai seorang ibu adalah peran mulia, maka kesungguhan pun perlu senantiasa terpatri dalam setiap laku. Inilah salah satu momen yang meningkatkan kepercayaan diri sebagai perempuan, istri dan ibu.

Selanjutnya, kami diminta untuk mengerjakan tugas berupa membuat tiga komitmen yang dituangkan dalam gambar dan kata. Tiga komitmen diri ini perlu dilatihkan dan terus dijalankan selama rangkaian workshop. Tiga komitmen yang saya canangkan adalah :

 

Gambar 4. Tiga komitmen yang dilatihkan selama workshop A Home Team

Dengan penjelasan sebagai berikut : 

1. On time

Saat mempersiapkan workshop ini bersama teman-teman HIMA Ibu Profesional Efrimenia, saya mengajukan diri sebagai MC. Pada praktiknya, saya juga berperan sebagai operator. Menarik, karena saya jadi belajar membuat breakout rooms, membagi kelompok, mentransfer fasil untuk berkunjung ke tiap BOR dan memasang timer. Karenanya, saya ingin melatih diri untuk on time atau tepat waktu sehingga workshop bisa berjalan lebih efektif dan efisien.

2. Inside out

Saya ingin agar dampak dari mengikuti workshop ini bergerak inside out. Pihak pertama yang menjalankan praktik baik dan merasakan manfaatnya adalah diri sendiri, kemudian suami dan anak-anak, baru melingkar mekar ke circle luar terdekat seperti teman dan komunitas.

3. Communicative

Belajar menjadi komunikator dan komunikan yang baik, menerapkan komunikasi produktif. Belajar mendengarkan dengan empati, menyampaikan gagasan dengan runut dan sistematis. Bergerak bersama mencapai tujuan tim.

Gambar 5. Binar antusiasme di wajah peserta workshop pertemuan pertama

Semoga tulisan ini menjadi dokumentasi pembelajaran pertemuan pertama yang cukup memudahkan pembaca untuk memahami alurnya dan cukup runut sebagai pegangan dalam praktik dalam keseharian. Aamiin...

 

Wina, 7 Januari 2023

 

 

 

Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di