Skip to main content

Jurnal 9 Kampus Ibu Pembaharu, Mengidentifikasi Aksi, Berproses Menghadirkan Solusi

Bismillahhirrohmanirrohim....

Jurnal materi kelima ini saya buat di hari terakhir pengumpulan jurnal. Bukan hanya menulis jurnalnya saja, tapi juga memikirkan isi template yang disiapkan oleh tim perumus. Mulai dari Highlights dan Key Updates, analisa SWOT hingga media sosial yang belum terpegang untuk dibuat. Pekan lalu dan pekan ini rasanya hectic sekali. Hari-hari padat dipenuhi dengan kegiatan-kegiatan luring, koordinasi kepengurusan komunitas dan persiapan pindah. Laa hawla walaa quwwata illa billah. Tapi jujur, materi kelima ini sungguh sangat menarik dan membuat diri merasa tertantang untuk bersungguh-sungguh mengerjakannya (bakat maximizer otomatis muncul nih).

Sebenarnya tim kami bukan tidak melakukan apa-apa di dua pekan belakangan. Bahkan sebenarnya justru banyak koordinasi yang dilakukan. Kami memiliki jadwal meeting pekanan di setiap hari Jum'at. Di hari Jum'at pekan lalu pada anggota tim sudah menyampaikan progress pekerjaan sesuai jobdesc masing-masing. Desainer memaparkan beberapa ide logo yang beliau buat sembari menyampaikan filosofinya. Content Creator yang juga jago desain ikut menyetorkan logo dan filosofinya juga. Yang kemudian kami bedah bersama saat rapat dan diskusikan bagaimana hasil akhirnya yang sesuai untuk dijadikan logo gerakan kami. Saya yang lemah di bagian desain logo, takjub melihat hasil karya teman-teman, masyaAllah...

Selain itu, website juga sudah dibuat oleh website creator. Karena website dan media sosial erat kaitannya dengan konten atau isian berita, maka kami pun mendiskusi seputar konten-konten awal yang akan kami sajikan. Terutama kaitannya untuk menyampaikan problem statement kami dan menarik perhatian masyarakat luas untuk kenal dan tahu mengenai gerakan Puan Adaptif ini. 

Di materi kelima ini, saya tak bisa mengikuti program Highlight bersama teh Dian, dekan Bunda Salihah karena bersamaan jadwalnya dengan kegiatan luring yang tak bisa disambi. Materi Deep Learning juga baru diunggah di sore harinya yang mana baru bisa saya cek dini hari keesokan harinya. Esoknya di Forum Ibu Pembaharu, saya mengupayakan untuk hadir, tapi sayangnya dengan kondisi roaming parah karena saya belum menyimak materinya. Ya bagaimana, pagi hari saya berjibaku dengan kegiatan domestik rumah tangga hingga anak-anak berangkat sekolah. Lalu beberapa saat kemudian datanglah jadwal Zoom Forum Ibu Pembaharu. Zona waktu tempat kami tinggal (CEST) memang lima jam lebih lambat dibandingkan zona waktu Indonesia bagian Barat (WIB). Agar bisa menggunakan kesempatan belajar di Forum Ibu Pembaharu dengan optimal, saya memaksakan diri untuk menyimak materi Deep Learning yang video dari Bu Septi, karena materi dalam bentuk tulisannya pun cukup singkat dan bagi saya pribadi memang belum cukup menggambarkan materi secara utuh. Ya karena memang idealnya perlu menyimak materi yang berupa video secara lengkap, sebelum jadwal Forum Ibu Pembaharu ya.

Karena kondisi yang tak nyaman ini, saya berinisiatif untuk bertanya. Kira-kira memungkinkankah jika materi Deep Learning yang berupa tulisan dan video itu, bisa dibagikan lebih awal, misalnya menjelang akhir pekan di pekan sebelumnya, sebelum jadwal Highlight dengan bu Dekan. Ide itu tercetus sebagai alternatif solusi atas kondisi dan keterbatasan waktu daring di awal pekan. Jika skemanya demikian, materi Deep Learning bisa saya dan mahasiswi cicil simak di akhir pekan sehingga sesi Forum Ibu Pembaharu bisa kami ikuti dengan lebih siap dan optimal. Tapi ternyata skema tersebut tidak bisa karena jadwal pemberian materi Deep Learning berkaitan dengan durasi pengerjaan jurnal. Yang mana artinya, jika materi diberikan lebih awal maka jadwal pengumpulan jurnal pun menjadi lebih awal. Wah, ternyata aturan yang berlaku seperti itu ya. Kalau konsekuensinya demikian, tentu saya memilih tetap seperti semula saja. 


Untuk Highlights dan Key Updates, saya memilih untuk fokus pada timeline kinerja tim dalam satu semester pertama, yaitu dari bulan Oktober 2023 hingga Maret 2024. Poin yang akan kami kerjakan antara lain Adaptability, Self Knowledge, Mind-Food-Body, Adaptability Quotient dan Adaptability Check. Lima poin ini berpijak pada milestone pertama dengan topik utama "Diri Adaptif" yang kami tuliskan di bagan SMART pada jurnal sebelumnya. 

Dan di bagan diatas, saya jadikan poin-poin tersebut sebagai judul aksi dan jabarkan menjadi lebih detail dalam deskripsi. Berpedoman pada penjelasan bu Septi di materi Deep Learning, saya merumuskan Highlights dan Key Updates dengan membaginya dalam lima tahapan belajar yang akan menguatkan pondasi dan mengayakan praktik baik para anggota tim. Highlight pertama hingga keempat berdurasi sekitar satu bulan, di mana challenge akan berlangsung selama dua pekan dalam setiap bulannya, kemudian Highlights kelima akan kami jalankan di dua bulan terakhir dalam semester pertama. 


Di dua pekan belakangan, kami juga melakukan fiksasi nama gerakan kami. Kami mencoba menggali ide sebanyak-banyaknya, menghadirkan ruang untuk semua anggota tim untuk turut andil merumuskan nama. Mulai dari mencari filosofi makna wanita dan perempuan, hingga mencari kreasi nama menggunakan chat GPT. Sungguh kekinian dan adaptif sekali para ibu-ibu ini. MasyaAllah... Lalu hadirlah nama Puan Adaptif untuk gerakan ini. 

Tahap berikutnya, kami diajak untuk melakukan analisa SWOT. Analisa SWOT yang saya kerjakan, selain berpijak pada pertanyaan umpan diatas, juga berdasarkan analisa pribadi yang terasa selama perjalanan tim. Sehingga diperoleh data sebagai berikut :


Saya memilih untuk fokus pada kekuatan dan siasati kelemahan. Maklum, praktisi Talents Mapping cabang luar negeri nih, hehe. Ketimbang khawatir terhadap ancaman yang mengintai ataupun kelemahan yang bisa membuat pesimis, saya (juga kami) memilih untuk mencari strategi dalam menghadapi tantangan yang kami alami. Bahkan melakukan switch, memandangnya sebagai sebuah potensi dan kesempatan yang bisa dioptimalkan untuk memperdalam pemahaman dan meluaskan dampak. 


Untuk fundraising, sejauh ini kami belum merencanakannya karena selain belum membutuhkan, juga memilih untuk fokus pada hal-hal prioritas yang sudah kami susun terlebih dahulu. Menyesuaikan ritme di kelas Bunda Salihah dan ritme di gerakan, merupakan sebuah tantangan yang tak mudah. Meski tim perumus dan Bu Septi menyampaikan bahwa timeline materi pertama hingga keempat dibuat slow agar dikulik mendalam karena merupakan pondasi materi berikutnya yang ritmenya akan lebih cepat, saya justru merasa bahwa ritme tersebut masih terlalu cepat. Tapi saya memahaminya karena kelas ini adalah kelas berbatas waktu yang punya target capaian tersendiri. Dan perluasan dampak (yang mudah terhitung) memang akan terbantu dengan adanya momen spesial di hari khusus, seperti pengadaan questival kemerdekaan kemarin yang bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia.

Gerakan ini adalah sebuah gerakan pembaharu yang baru saja lahir, sedang dibangun baik dari segi permasalah yang diangkat, tim kerja maupun jejaring. Maka saya memilih fokus pada pertumbuhannya, meski perlahan. Menumbuhkan akar yang kokoh memang perlu waktu dan energi, bukan? Tak perlu bersegera, yang penting tetap dalam lintasan. Keep on your track!












 




Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di