Skip to main content

Mini Project : Mencampur Air Panas dan Air Dingin

[Mini Project]
2 Agustus 2016

Mencampur Air Panas dan Dingin

Hingga hari ini, untuk aktivitas mandi MeGi masih menggunakan air hangat. Memang komposisi air panas yang ditambahkan makin sedikit, tapi dia belum siap jika harus benar-benar menggunakan air dingin saja. Saya maklumi, karena udara di Bandung cukup dingin, terlebih di daerah ini yang tergolong perbukitan. Beda halnya jika sedang mudik ke tempat kedua Yangti Yangkungnya di Jombang, tanpa keberatan dia akan bersedia mandi dengan air dingin.
Belakangan ini, setiap akan mandi dia selalu bertanya, “Mi, air panasnya sudah?” dilanjut dengan celoteh tentang air panas, air dingin menurut imajinasinya. Ada momen dimana saya sempat menyisipkan mengenai air hangat saat dia berceloteh. Bahwa air panas dan air dingin yang bercampur menjadi air hangat yang akhirnya digunakannya untuk mandi. Namun dia menolak, dengan kekeuh dia meyakini kalau dia mandi dengan air panas.



Dari sinilah terpikir ide main yang sangat sederhana. Hanya menyiapkan air panas, air dingin, dan tiga wadah yang masing –masing dilengkapi dengan tulisan “air panas”,”air dingin”,”air hangat”. Kemudian saya memanggil MeGi, “Nduk, main yuk!” Seperti biasa, setiap mendengar kata “main”, matanya langsung berbinar, melonjak kegirangan dan menyambut dengan sangat antusias. Sayapun mengenalkan bahan dan alat yang dibutuhkan, dan mencoba memberi sebuah panduan sederhana.
Saya perlihatkan padanya keterangan di masing-masing wadah. Ya, dia memang belum bisa membaca, tapi dia paham bahwa tulisan di setiap wadahnya menandakan sebuah keterangan. Sama halnya ketika saya menuliskan “Meja Makan MeGi” di sebuah kertas dan saya tempel di dinding atas meja TV yang berubah fungsi menjadi meja makannya, maka setiap kali dia menunjukkan meja makan miliknya, dia akan menunjuk tulisan tersebut supaya orang lain membacanya. Nampaknya dia mulai mengerti pelabelan, hihi. Dari ketiga wadah itu, saya jelaskan bahwa selain air dingin dan air hangat, ada juga air hangat yang merupakan campuran keduanya. Jika air hangat ini dirasa terlalu panas atau terlalu dingin, kita masih bisa menambahkan air untuk mendapatkan komposisi panas yang dirasa pas. Air hangat inilah yang dia gunakan untuk membersihkan badan sehari-hari. Dia pun mengangguk, sepertinya sudah tak sabar bermain air.
MeGi saya minta untuk menuangkan air dingin terlebih dahulu ke wadah kosong yang bertuliskan air hangat. Lalu dia merasakannya. “Dingin” ujarnya. Saya pun meminta dia menambahkan air panas di atasnya. Dia mengernyitkan dahi. Rupanya ada kekhawatiran di benaknya. Saya yakinkan padanya, “Kalau pelan dan hati-hati, insyaAllah bisa. Biar tidak terkena badan, tuangkan dengan posisi badan yang agak menjauh.” Diapun mau mencoba menuang air panas. Lalu dia rasakan lagi air hangatnya, ternyata terlalu panas. Atas inisiatifnya, dia tambahkan kembali air dingin, hingga tak lama dia menemukan komposisi air hangat yang sesuai.
Alhamdulillah, dengan permainan yang sangat sederhana ini, dia lebih mudah memahami mengenai konsep air hangat. Diapun tak lagi menolak kalau disebutkan dia mandi dengan air hangat. Justru sekarang dia berkeinginan supaya air panasnya dituang terlebih dahulu oleh Micha, sehingga dia berkesempatan untuk menambahkan air dingin hingga hangatnya sesuai.

 #griyariset
#miniproject
#ODOPfor99days
#day102
#exploringwater


Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di