Skip to main content

Helm itu Alat Pengaman Kepala, Kan?


Sebuah helm kecil berwarna hitam, bergambar hello kitty terpasang manis di stang sepeda kakak.

Helm ini kakak miliki karena berawal dari rasa ingin tahu kakak. Pengamatan – rasa ingin tahu – proses mencerna jawaban oleh kakak, membuahkan kesimpulan bahwa mica perlu membeli helm untuk kakak.

Waktu itu, mica ajak kakak untuk pergi mengendarai motor. Kakak dibonceng ummi di bagian depan sehingga otomatis kakak bisa mengamati kondisi sekeliling selama perjalanan. Saat berhenti di traffic light obrolan bergulir,

Kakak : Ummi, itu masnya kayak kakak ya. Duduk di depan bapaknya. Tapi masnya pakai helm loh mi. Kenapa mi?
Mica : Menurut kakak kenapa?Pakai helm itu biar aman kak. Kalau tiba-tiba jatuh, kepala kita terlindungi.”
Kakak : Kalau gitu kakak pakai helm juga dong mi, biar aman.

Oke, maka selepas urusan selesai, sebelum pulang ke rumah kami mampir ke toko helm untuk membeli helm pilihan kakak. Sejak saat itu, setiap kali kami keluar rumah dengan mengendarai motor, jarak dekat sekalipun, kami memakai helm. Ini kebiasaan baik, tapi kalau bukan karena ingin memberikan bukti komitmen pada kakak, sepertinya mica sulit memegang komitmen. Seringnya berpikir, “Kan nanggung, keluar ke tetangga dekat aja koq.” Dan lambat laun, niat untuk menjaga keamanan diri pun menepis rasa malas dan berat.

Dan rupanya hari ini, Allah izinkan kakak untuk belajar fungsi lain dari sebuah helm.
Pagi tadi kakak bermain bersama tetangga sebaya. Karena temannya adalah laki-laki, maka permainannya adalah sepak bola. Saat mica masuk ke rumah sebentar untuk menemani adik, tiba-tiba terdengar suara tangisan kakak. Kakak menangis, karena kepalanya terkena bola.

Kakak : Huwaaaa…sakit mi. Kena bola yang ditendang mas.
Mica : (Bersiap memeluk) Iya, sakit ya. Kita berdoa yuk biar sakitnya cepet ilang. (Sembari menengadahkan tangan, mengajak berdoa)
Kakak : Aamiin…(sambil meringis kesakitan)
Mica: Eh, kita cari tahu yuk, kira-kira gimana ya biar kepala terlindungi? Biar kalau kena bola lagi, kakak ngga kesakitan lagi.
Kakak : (perlahan tangisnya mereda) Pakai apa ya mi
Mica : Gimana kalau pakaaaaai, helm?
Kakak : Waaaah…..mau miiiii…. Kakak pakai helm dulu ya biar ngga sakit lagi kalau kepalanya kena bola

Maka beberapa menit kemudian, mica dapati anak kecil sedang bermain bola dengan helm di kepala, dan kaca pelindung yang menutupi wajahnya. Mica riang, kakak senang :D

Aktivitas sederhana hari ini, mengantarkan mica pada beberapa poin pembelajaran :
  • Saat menghadapi tantangan, kita coba fokus pada solusi dan pemecahannya. Kesakitan, kekecewaan, boleh dirasakan terlebih dahulu. Toh, itu artinya kita sedang belajar menerima perasaan kita. Setelah itu mereda, kita cari bersama pemecahan masalahnya. Supaya hal tersebut tidak terulang kembali.
  • Membersamai anak dengan rileks, masuk ke dunia anak, berupaya menjadi teman main anak, itu menyenangkan. Semakin menikmati, maka semakin terasa keseruannya.
  • Banyak hal yang bisa dieksplorasi oleh anak. Tak perlu neko-neko. Cukup memberdayakan yang ada di sekitar. Seringkali justru mica yang sering terpaku oleh fungsi tunggal sebuah barang. Kurang eksplorasi nih :D




Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di