Skip to main content

Karakter : Pondasi bagi Setiap Jiwa Merdeka

Bismillahhirrohmanirrohim...

Membangun pemahaman mengenai karakter

Kata kunci penulisan jurnal pekan ini yang saya garis bawahi adalah mencari referensi sebanyak-banyaknya seputar Character to Nation. Hmm… susah? Tentu! Namun tantangan ini justru sebagai jalan pembuka untuk melatih sikap skeptis dalam diri. Ya, di era derasnya arus informasi saat ini, skeptis menjadi sebuah sifat yang perlu dibiasakan. Agar tak mudah percaya pada kebenaran sebuah informasi atau materi baru sebelum mengulik dan mencari referensi dari berbagai sumber. Maka, kata kunci tersebut justru menjadi awal petualangan kami untuk mengulik seputar karakter. Eits, tentu perlu disesuaikan dengan alokasi waktu belajar yang dimiliki agar tak berlebihan dan mengganggu keseimbangan peran lainnya.

Untuk memahami lebih dalam seputar karakter, saya memilih untuk membaca buku Pendidikan Karakter yang ditulis Sri Narwanti, S.Pd, buku Tur Karakter yang ditulis Melly Kiong, kedua buku tersebut saya pinjam versi digitalnya melalui aplikasi iPusnas. Selain itu saya membaca sebuah ­e-book mengenai Pendidikan Karakter Disiplin. Sehingga, materi yang disampaikan di kelas Bunda Produktif menjadi kata kunci dalam menemukan beragam informasi seputar karakter yang kemudian diramu untuk membuat sebuah rencana aksi dalam pengerjaan Project Passion dengan pondasi karakter yang kuat.

Dari buku Pendidikan Karakter, saya menemukan irisan, bahwasanya materi mengenai karakter yang disampaikan di kelas Bunda Produktif pekan ini, selaras dengan pernyataan Ir. Soekarno mengenai pentingnya “Nation and Character Building” bagi sebuah negara yang merdeka. Bukankah kota Hexagon ini juga merupakan kota virtual yang sedang dibangun?

Karakter berasal dari bahasa Yunani kharakter yang berakar dari diksi “kharassein” yang berarti memahat atau mengukir. Dalam bahasa Indonesia, mengacu pada KBBI, karakter adalah tabiat, sifat-sifat kejiwaan atau watak. Sejak masa sebelum Masehi peta karakter telah dibuat oleh Hipocrates. Dalam kajian psikologi, character merupakan gabungan segala sifat kejiwaan yang membedakan seseorang dengan lainnya. Karakter dapat dipandang sebagai kesatuan seluruh ciri/sifat yang menunjukkan hakikat seseorang. Ada banyak kualitas karakter yang harus dikembangkan, namun ada sembilan pilar karakter utama menurut INDONESIA HERITAGE FOUNDATION yaitu :

  1. Cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya
  2. Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandiria
  3. Kejujuran
  4. Hormat dan sopan santun
  5. Kasih sayang, kepedulian dan kerjasama
  6. Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah
  7. Keadilan dan kepemimpinan
  8. Baik dan rendah hati
  9. Toleransi, cinta damai dan persatuan

Sementara menurut Character Counts di Amerika, karakter diidentifikasikan menjadi sepuluh pilar, yaitu :

  1. Dapat dipercaya (trustworthiness)
  2. Rasa hormat dan perhatian (respect)
  3. Tanggung jawab (responsibility)
  4. Jujur (fairness)
  5. Peduli (caring)
  6. Kewarganegaraan (citizenship)
  7. Ketulusan (honesty)
  8. Berani (courage)
  9. Tekun (diligence)
  10. Integritas (integrity)

Ari Ginanjar Agustian dalam teori ESQ memaparkan bahwa setiap karakter positif merujuk pada sifat mulia Allah, yaitu al-Asma al- Husna. Beliau merangkum dalam tujuh karakter dasar, yaitu :

  1. Jujur
  2. Tanggungjawab
  3. Disiplin
  4. Visioner
  5. Adil
  6. Peduli
  7. Kerjasama

Memahami tentang karakter moral

Dalam Playbook Hexagon City dipaparkan bahwa karakter moral merupakan kumpulan kualitas perilaku moral dari para warga Hexagon City (Hexagonia) yang bisa menyatukan dan mendefinisikan secara budaya sebagai perbedaan dari warga lain. Karakter moral Hexagon City sama dengan karakter moral Ibu Profesional, yaitu :

  1. Never stopped running, the mission alive
  2. Don’t teach me, I love to learn
  3. I know, I can be better
  4. Always on time
  5. Sharing is caring

Dengan demikian, saat saya memutuskan untuk menjadi bagian dari Ibu Profesional dan Hexagon City maka saya menyepakati untuk memahami, merasakan dan menjalankan lima karakter moral tersebut.

Dari pemaparan bu Septi saat live, saya memahami bahwasanya karakter moral adalah karakter yang dimiliki oleh suatu kelompok yang menjadi ciri khas dari kelompok tersebut.

Hal ini mengingatkan saya mengenai karakter seorang muslim. Nabi Muhammad SAW memiliki empat sifat yang melekat dalam diri beliau yaitu : shiddiq, fathonah, tabligh dan amanah. Para sahabat dan sahabiyah pun memiliki keunggulan yang menjadi ciri diri masing-masing. Kita terinspirasi oleh Khadijah binti Khuwailid yang amat sukses dalam bidang perniagaan, Hafshah binti Umar yang sangat cerdas hingga menjadi tempat bertanya, Ummu Salamah yang matang dan bijaksana, dan masih banyak lagi. Ciri diri setiap muslim dibalut oleh 10 karakter muslim. Abdur Rosyid dalam tulisannya memaparkan sepuluh karakter muslim sebagai berikut :

  1. Aqidah yang lurus
  2. Ibadah yang benar
  3. Akhlak yang kokoh
  4. Fisik yang kuat
  5. Berwawasan luas
  6. Pengendalian diri
  7. Disiplin waktu
  8. Teratur dalam setiap urusan
  9. Mandiri
  10. Bermanfaat bagi orang lain

Hal ini menjadi pengingat diri untuk terus melakukan perbaikan menuju karakter muslim tersebut. InsyaAllah.

Saatnya berdiskusi kelompok

Setelah mengumpulkan referensi sebagai bahan diskusi dan berpikir maka melaju ke agenda berikutnya, berdiskusi kelompok. Diskusi pekan ini dimulai dengan masing-masing Hexagonia menetapkan satu karakter yang ingin dilatihkan dalam diri selama menjalankan Project Passion di kelas Bunda Produktif ini. Wah, pas sekali! Ada satu hal yang ingin saya latihkan agar menjadi karakter diri, yaitu disiplin.

Belakangan ini saat berdiskusi dengan suami, saya mendapatkan masukan bahwasanya saya perlu menguatkan dorongan internal dalam mencapai sebuah target. Evaluasi dari suami, acapkali target yang tercapai adalah target yang berasal dari luar diri. Sedangkan target yang berasal dari diri saya pribadi seringkali terlewat atau belum saja tercapai melebihi tenggat waktu yang ada.

Hmm... saya merenung. Sebenarnya hal tersebut amat saya sadari dan akui. Salah satu kekuatan dalam dinamika bakat diri saya adalah maximizer, dimana lingkungan eksternal sangat mempengaruhi saya. Karena itulah salah satu strategi saya dalam menyasati keterbatasan diri adalah dengan bergabung di komunitas yang membuat saya senantiasa bertumbuh dan belajar. Namun sembari itu, saya perlu terus menguatkan dorongan dari dalam diri. Karena itulah dalam kelas Bunda Produktif ini saya mantap memilih karakter DISIPLIN untuk dilatihkan pada diri saya. Bismillahhirrohmanirrohim...



Hari Sabtu jam 15.00 CEST, seperti biasa Co-House kami mengadakan diskusi via Zoom. Saya bertekad untuk hadir tepat waktu usai mengerjakan tugas domestik. Alhamdulillah Allah mudahkan. Dalam diskusi yang berdurasi selama 90 menit tersebut, kami membahas karakter apa saja yang berpotensi menjadi pendorong, penghambat dan penghenti project passion yang sedang kami mulai jalankan. Daftar karakternya adalah sebagai berikut :

Karakter yang mendorong kesuksesan project passion LiterAksi Tematik :

  1. Komitmen yang juga dipilih oleh mba Nurul dan mba Yesi
  2. Konsisten yang juga dipilih oleh mba Iis
  3. Disiplin yang juga dipilih oleh Mesa
  4. Fast Learner  yang juga dipilih oleh mba Lia dan mba Kiki
  5. Empati yang juga dipilih oleh mba Elok
  6. Toleran yang juga dipilih oleh Ummu Sofwa
  7. Responsibility yang juga dipilih oleh mba Sari
  8. Persistent yang juga dipilih oleh mba Endah dan mba Wita

Sedangkan karakter yang berpotensi memperlambat jalannya project passion  kami antara lain :

  1. Prokrastinasi
  2. Tak Acuh
  3. Angin-anginan
  4. Ragu-ragu

Selain karakter yang mendorong dan memperlambat, ada juga karakter yang berpotensi menghentikan laju perjalanan project passion, yaitu :

  1. Membanding-bandingkan
  2. Kritik tanpa solusi
  3. Tidak bertanggungjawab
  4. Meremehkan
  5. Putus asa
  6. Suka memerintah

Setelah tuntas berdiskusi mengenai karakter, kami beralih ke bahasan tujuan. Tujuan yang ingin dicapai dengan mengerjakan project passion  LiterAksi Tematik adalah :

  1. Memberikan ruang aktualisasi para Hexagonia CH 3 untuk berkarya sesuai passion  yang dimiliki
  2. Membantu orang tua untuk mengenalkan dan menumbuhkan karakter baik pada anak
  3. Menjadi rekan orangtua untuk mengenalkan bahasa asing dan meningkatkan kecintaan anak terhadap buku
  4. Menguatkan kelekatan orangtua dan anak dengan proses yang dijalankan bersama LiterAksi Tematik



Setelah usai berdiskusi kelompok, saatnya kembali memikirkan seputar karakter yang dipilih. Sebuah karakter ternyata dikembangkan melalui tiga tahapan, yaitu pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting)  dan kebiasaan (habit). Artinya, jika sudah menentukan karakter yang ingin dilatihkan dalam diri, maka berikutnya adalah membuat rencana aksi, melakukannya secara rutin hingga menjadi sebuah kebiasaan baru. Menurut Zubaedi (2011), diperlukan tiga komponen karakter baik (component  of good character) yaitu :

  1. Moral Knowing (pengetahuan tentang moral) yang meliputi kesadaran moral, pengetahuan tentang nilai-nilai moral, penentuan sudut pandang, logika moral, keberanian mengambil sikap, dan pengenalan diri.
  2. Moral Feeling (perasaan atau penguatan emosi  tentang moral( yang meliputi kesadaran akan jati diri, percaya diri, kepekaan terhadap derita orang lain, cinta kebenaran, pengendalian diri, dan kerendahan hati.
  3. Moral Action (perbuatan moral) merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil dari dua komponen karakter lainnya.

Bagaimana penjabaran karakter yang saya pilih untuk dilatihkan dalam diri?

Saya sudah memilih karakter disiplin. Menurut KBBI, disiplin merupakan tata tertib, ketaatan, kepatuhan kepada peraturan. Sedangkan menurut Husdarta (2010), disiplin adalah kontrol diri dalam mematuhi aturan baik yang dibuat diri sendiri maupun di luar diri. Maka bismillah...berikut Hexa Character saya :



Catatan penting :

Jika karakter yang dipilih bisa berasal dari karakter yang memang sudah melekat kuat maupun yang ingin dilatih, maka saya memilih opsi pertama. Arti dari twibbon ini bagi saya adalah saya sedang melatihkan karakter tersebut selama berada di Hexagon City ini selama kurang lebih enam bulan ke depan. Terlebih berkaitan dengan pengerjaan ide solusi di Passion Canvas pribadi di bidang belajar bahasa Jerman dan Project Passion bersama kelompok Co-House seputar literasi keluarga.

Bismillah, mari berlatih bersama J

Salam Ibu Profesional,

Wien, 25 Oktober 2020

Referensi Belajar :

Anonim. 2018. Pendidikan Karakter Disiplin. http://repo.iain-tulungagung.ac.id/7241/5/BAB%20II.pdf. Diakses tanggal 25 Oktober 2020

Husdarta, H.J.S. 2010. Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung. Alfabeta

Narwanti, Sri. 2014. Pendidikan Karakter. Yogyakarta. Familia

Rosyid, Abdur. Sepuluh Karakter Muslim Sejati. http://menaraislam.com/akhlaq/10-karakter-muslim-sejati. Diakses 26 Oktober 2020

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta. Kencana

 

 


Comments

  1. Mba Lailaaaa...makasih banyaaaak...

    ReplyDelete
  2. Maasyaallah....Kajian yang yang mendalam Mbak Mesa.
    Rancak Bana
    lengkap genap mbak👍.

    ReplyDelete
  3. Ummicaa, kereen! Jadi ikut belajar juga baca blognys, keep posting 😍😘

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di