Skip to main content

Catatan Belajar selama Mengikuti Pelatihan Pengajaran Mutqin yang Diselenggarakan Rumah Tajwid

Bismillahirrohmanirrohim…

dokumentasi dari tim panitia


Alhamdulillah dua pekan belakangan, Allah berikan kesempatan untuk mengikuti Pelatihan Pengajaran Mutqin untuk Pengajar Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA). Acara ini menjawab kebutuhan diri selama ini terkait amanah sebagai pengelola TPA Masjid As-Salam Warga Pengajian Austria (WAPENA) dua tahun belakangan ini. Acara ini diinisiasi oleh Yayasan Rumah Tajwid Indonesia cabang Luar Negeri.

Pada mulanya, panitia mengirimkan surat undangan ke ketua pengurus masjid Indonesia di berbagai wilayah kemudian informasi tersebut diteruskan ke tim TPA untuk ditindaklanjuti dengan pendataan dan pendaftaran. TPA Masjid As-Salam WAPENA mengirimkan dua orang pengurus untuk mengikuti sesi pelatihan ini. Biaya yang dikenakan untuk mengikuti pelatihan ini terbagi menjadi biaya per TPA dan biaya per peserta. Pelatihan diselenggarakan sebanyak empat sesi (yang kemudian saat hari H diperpanjang menjadi lima sesi) dengan durasi per sesi selama dua jam.

Saat undangan untuk mengikuti pelatihan ini sampai pada saya, saya tertegun. Ini merupakan kesempatan belajar yang sangat bagus. Tantangan menjadi pengajar TPA di luar negeri adalah seringkali para pengajar tidak disiapkan untuk mengajar. Bukankah mengajar itu memang perlu ilmu? Namun jika bukan kita yang menyatakan kesediaan untuk mengajar anak-anak di TPA, siapa lagi? Maka saat tawaran tersebut disambut dengan kesediaan, maka dengan mengucap basmalah, perjalanan belajar pun dimulai. Bukankah sebuah aksi solusi dimulai dengan empati? Sembari basmalah dan berharap pada Allah, agar senantiasa Allah tunjukkan jalan untuk mengiringi perjalanan dengan ilmu sebagai pasokan perbekalan. Dengan harapan, proses bisa berjalan penuh berkah dan senantiasa dalam rida Allah.

Setelah mantap mendaftarkan diri dan mengajak tim untuk turut serta, saya menyusun strategi bagaimana agar bisa mengikuti pembelajaran dengan kondusif. Saya perlu mengosongkan jadwal di kelima sesi tersebut, menggeser beberapa jadwal pertemuan. Menunaikan tugas domestik lebih awal, menyiapkan makanan untuk keluarga lebih pagi dan berbagi jadwal membersamai anak dengan suami serta melakukan briefing pada anak-anak. Saya juga menjelaskan urgensi saya belajar hal tersebut dan mengikuti pelatihan ini. Betapa besar manfaatnya bagik bagi diri saya pribadi, keluarga maupun pembelajaran TPA ke depan, InsyaAllah. Izin dari suami dan anak-anak memantapkan saya untuk melangkah mendaftarkan diri.

Pelatihan terbagi menjadi lima sesi, yaitu sesi pertama pada hari Sabtu, 16 Januari 2021 jam 10.00-12.00 CET, sesi kedua pada hari Sabtu, 16 Januari 2021 jam 14.00-16.00 CET, sesi ketiga pada hari Ahad, 17 Januari 2021 jam 10.00-12.00 CET, sesi keempat pada hari Ahad, 17 Januari 2021 jam 14.00-16.00 CET, dan sesi tambahan yaitu sesi kelima pada hari Sabtu, 23 Januari 2021 jam 10.00-12.00 CET. Ya, biasanya pelatihan pengajaran Mutqin ini hanya berjalan empat sesi saja. Namun karena peserta sangat antusias sehingga sesi tanya jawab pun selalu berlangsung interaktif, maka materi belum tuntas tersampaikan di sesi keempat sehingga ada penambahan sesi di hari Sabtu pekan berikutnya. Alhamdulillah... senang rasanya, kesempatan belajar jadi lebih panjang.

Buku Mutqin sendiri merupakan buku pegangan yang biasa digunakan di proses pembelajaran program tahsin online Rumah Tajwid. Bagi peserta yang sekaligus merupakan peserta kelas tahsin online, buku ini sudah tidak asing. Dan pemaparan dari Ustadz Hartanto menjadi sebuah kesempatan untuk mendalami setiap bab secara detail dan menyeluruh. Wajar kan kalau bisa jadi kita sudah lupa materi-materi yang sudha pernah tersampaikan pada kita sebelumnya. Nah, pelatihan ini jadi sesi pengulangan dan pendalaman.

Di awal, Ustadz Hartanto mewanti-wanti untuk senantiasa meluruskan niat, lillahi ta’ala. Belajar dan mengajarkan Al Qur’an merupakan kegiatan yang perlu senantiasa dijaga kelurusan niatnya, hanya untuk Allah. Bukan untuk kebanggaan diri atau bahkan penilaian orang lain. Ustadz juga merekomendasikan adanya kolaborasi antara pengajar dan orang tua. Dimana akan sangat baik jika orang tua dan pengajar belajar membaca Al Qur’an dengan metode yang sama, sehingga tidak membingungkan anak-anak karena diajar dengan versi yang berbeda antara orang tua dan pengajar di TPA.

Selain membahas materi di buku Mutqin, banyak hal seputar teknis pengajaran yang juga disampaikan Ustadz dan menjadi bahan diskusi bersama. Ustadz menyampaikan bahwasanya pengajar sangat berpengaruh pada proses belajar anak, pengajar diibaratkan sebagai cetakan. Karenanya, perlu berhati-hati dan senantiasa mengajar dengan ilmu. Yang juga tak kalah penting, jaga semangat belajar anak. Apresiasi sekecil apapun pencapaian dan lakukan perbaikan sembari terus melanjutkan perkembangan dalam belajar membaca. Jangan sampai membuat anak berputus asa.

Saya juga sempat mengajukan pertanyaan seputar tantangan penyelenggaraan TPA online. Ustadz memberikan masukan bahwa idealnya kelas online maksimal adalah sejumlah sembilan orang kemudian dalam satu kelas dikelompokkan anak-anak dengan level kemampuan bacaan yang rata-rata setara. Untuk menjaga fokus, bisa digunakan metode sambung ayat sehingga anak-anak bisa menyimak bacaan teman sembari bersiap mendapatkan gilirannya.

Dan kejutannya, saya bertemu teman komunitas di ruang belajar ini. Beliau dan teman-teman yang berdomisili di Inggris sedang menginisiasi TPA  dan berencana mengadakan TPA online untuk anak-anak di sana. Kami pun bertukar pikiran dan saya pun menceritakan teknis yang sedang dijalankan TPA Masjid As-Salam WAPENA. Memang prosesnya tidak mulus, selalu ada tantangan yang mengiringi. Pandemi COVID-19 ini memang hal sulit bagi semua pihak. Namun Allah pun mendatangkan bantuan dari arah yang tak disangka-sangka. Bertemu dengan teman sevisi, juga bentuk nyata pertolongan Allah untuk menjaga semangat lillah dalam bergerak. MasyaAllah...

Secara umum, saya sangat bersyukur bisa mengikuti pelatihan ini. Ustadz Hartanto menjelaskan materi bab demi bab dari buku Mutqin dengan sangat jelas, detail dan disertai contoh baik secara lisan maupun tulisan. Pemakaian alat bantu dalam menjelaskan ini sangat membantu saya dalam memahami penyampaian materi. Sesi belajar dengan total durasi sepuluh jam dan dibagi per dua jam setiap sesi pun cukup sesuai bagi saya. Jeda istirahat bisa digunakan untuk sholat, makan dan memenuhi kebutuhan keluarga. Terima kasih Rumah Tajwid Indonesia.

Wina, 26 Januari 2021

 

 

 

 

 

 

 

Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di