Skip to main content

Belajar Menulis Cerita Anak : Aku dan Keluargaku

Halo teman-teman, namaku Chika. Aku ingin mengajak kalian berkenalan dengan keluargaku. 
Yuk, aku perkenalkan satu persatu ya.
Hai, sebelum kuajak berkenalan dengan keluargaku, kita harus saling kenal dulu ya. Namaku Chika, umurku 3 tahun. Aku suka dibacakan cerita dan bermain air. Aku anak pertama, dan belum punya saudara. Eh, tapi kata ibuku, sebentar lagi aku akan punya teman bermain yang bisa kupanggil adik. Sekarang dia masih tumbuh di perut ibu. Aku rutin mengingatkan dan menyiapkan multivitamin untuk ibu loh! Geli rasanya melihat perut ibu bergoyang-goyang karena gerakan adik. Hmm…sepertinya di dalam perut ibu terasa hangat, tapi apa tidak sempit ya? Kata Ibu, aku kan dulu juga disana sebelum lahir ke dunia. Tapi, aku sudah lupa bagaimana rasanya, hihi… Nah, sekarang giliranmu berkenalan ya. Siapa namamu?
Karena aku tadi seringkali menyebut kata ibu, aku kenalkan dulu pada ibu ya. Nama ibuku Desi. Ibu sering bercerita kalau beliau yang melahirkan aku, makanya aku memanggilnya ibu. Tapi ternyata ada banyak panggilan nama serupa ibu. Ada ummi, mama, mami, bunda dan lainnya. Semuanya memiliki arti yang sama dengan panggilan ibu. Dulu aku sempat heran, mengapa Tasya memanggil ibunya dengan panggilan Bunda dan Luna memanggil ibunya dengan panggilan Ummi. Ternyata sama saja toh, hehe. Oya, setahu aku, baru aku yang dilahirkan oleh ibu. Tapi, pak tukang sayur, petugas bank, atau teman-teman ibu juga memanggil dengan panggilan Bu atau Ibu, ya? Bukankah anak ibu hanya aku? Huhu… Dengan wajah sedih, aku menanyakan ini pada ibu. Ternyata oh  ternyata, panggilan ibu itu juga diperuntukkan bagi wanita dewasa sebagai bentuk penghormatan. Jadi biasa digunakan dalam interaksi sehari-hari. Wajahku pun kembali sumringah sembari garuk-garuk kepala menutupi malu. Aku sempat berpikir kalau ibu berbohong padaku. Sekarang, siapa nama ibumu?
Selanjutnya, aku akan kenalkan pada kalian sosok pria berkacamata dan berjenggot di sebelahku. Ya, beliau ayahku. Ayahku bernama Andri. Kami mirip tidak? Banyak orang yang bilang bahwa kami punya banyak kemiripan. Tapi, akupun tak paham apa yang mirip dari kami. Lihatlah, bukankah aku tidak memiliki jenggot? Tidak berkumis? Berkacamata juga tidak. Apanya yang mirip? Hmmm.. Eh, tapi aku merasa bangga mirip dengan ayah. Bagaimana tidak, beliau jago menggambar dan bercerita. Sepulang beliau kerja, kami selalu bermain bersama hingga kantuk menyerang.  Beliau ayah yang menyenangkan. Jika mirip dengan beliau, itu artinya aku adalah anak yang menyenangkan, bukan? Kalau nama ayahmu, siapa?
Ibu sering menyebut kami sebagai keluarga inti. Yaitu, keluarga yang paling dekat denganku, atau lebih mudahnya yang tinggal satu rumah denganku. Yang sehari-hari selalu kutemui. Semoga kapan-kapan kita bisa saling berkenalan dengan keluarga besar masing-masing ya. Ada kakek, nenek, om dan tante yang selalu kurindukan. Mereka baru bisa kutemui kalau kami pulang ke Jawa Timur, hehe…
#griyariset
#ODOPfor99days

#day113

Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Momen Refleksi Seorang Bunda (menuju) Produktif

Bismillahirrohmanirrohim… Refleksi saya adalah bahwasanya kelas Bunda Produktif ini sangat identik dengan kerja kelompok. Untuk sukses melaluinya, setiap Hexagonia perlu memiliki sikap proaktif, inisiatif, dan project ownership yang tinggi sebagai kunci sukses dalam membangun kota bersama-sama. STOP Proses apa saja yang selama ini tidak bekerja untuk project passion kita? Apa saja yang harus kita “stop” dan tidak dikerjakan lagi, apabila project passion ini akan berlanjut? Alur kerja yang tidak end to end. Analisa pribadi diri : Penyebab bisa tidak terjadi end to end salah satunya adalah karena tsunami informasi yang terjadi di WAG koordinasi Co-Housing . Jika saya amati, dalam satu hari saja bisa beragam bahasan berseliweran. Mulai dari pengumuman jadwal live, umpan bahan diskusi seputar project passion, hingga bahasan tugas jurnal yang perlu dikerjakan berkelompok. Padahal jam daring seorang ibu sangat terbatas dengan jadwal yang berbeda-beda antara satu ibu dengan ibu