Skip to main content

Family Strategic Planning ala Griya Riset Hometeam



Family Strategic Planning yang kami jalankan dimulai dari diri saya secara pribadi. Bakat discipline dan futuristic dalam diri, membuat saya rutin membuat rencana tahunan, bulanan, pekanan hingga harian. Namun jangan dikira praktiknya berjalan mulus. Target digeser ke hari berikutnya karena belum tercapai di hari tersebut, sering terjadi. Target yang tidak berjalan sama sekali pun ada, karena ternyata target tersebut tidak menjadi prioritas selama setahun lalu. Namun bagi saya yang mudah terdistraksi, membuat rencana aktivitas dan target capaian sangat membantu diri untuk fokus pada target yang sudah direncanakan.
Sejujurnya, FSP ini sudah saya gaungkan ke suami dan anak-anak sejak pergantian tahun baru Hijriyah. Namun ternyata kami belum memiliki cukup energi dan alokasi waktu untuk benar-benar membahasnya secara mendalam. Perlu ada waktu jeda dari aktivitas rutin yang tak cukup beberapa jam saja. Dan kesempatan itu baru ada di pekan libur pergantian tahun ini. Si sulung libur sekolah selama dua pekan, kursus bahasa Jerman yang saya jalani pun sedang jeda hingga Februari, aktivitas di komunitas dan kelas belajar yang saya jalani libur selama kurang lebih sepekan. Suami bisa mengalokasikan waktu dua hari tanpa memegang pekerjaan. FSP keluarga kami pun bisa dimulai.

Bagaimana teknisnya?
Sebenarnya materi Family Branding yang kami dapatkan di Mini Perak tahun 2016 lalu cukup menuntun kami dalam hal teknis. Rangkuman materinya bisa disimak di sini. Saya memulainya dengan membuat Mastermind diri sendiri terlebih dahulu, yang mencakup :
Apa yang sudah tercapai di tahun 2019?
Apa yang belum tercapai di tahun 2019?
Apa yang tidak tercapai di tahun 2019?
Secara garis besar, aktivitas saya sepanjang 2019 didominasi oleh kebutuhan belajar bahasa Jerman baik melalui kursus intensif maupun aktif mengikuti kegiatan-kegiatan baik untuk dewasa maupun anak-anak. Selain itu, berkomunitas baik secara luring maupun daring di Taman Pendidikan Al Qur’an Masji As-Salam WAPENA maupun di komunitas Ibu Profesional Non Asia. Dua kegiatan ini mengambil porsi dominan selama tahun 2019.
Terkait menulis, alhamdulillah bersama teman-teman komunitas saya berkontribusi di enam buku antologi bertema pendidikan keluarga dan manajemen rumah tangga.
Untuk mengawali, saya menyampaikan apa yang sudah saya tulis mengenai tiga poin tersebut ke suami dan anak-anak. Suami menanggapi, memberikan masukan juga kritik yang membangun. Oh iya, selama kami menjalani FSP ini, kami meliburkan diri dari aktivitas lain, termasuk tugas domestik. Kami sepakati untuk membiarkan rumah berantakan sementara waktu, makan di tempat makan (tak jauh-jauh dari biasanya, stand kebab dan sejenisnya :D) dan mencari suasana baru di luar rumah. Bagi kami, FSP merupakan bahasan yang cukup sensitif, perlu pikiran yang jernih dan hati terbuka juga kestabilan emosi. Dan kesepakatan diatas merupakan upaya untuk mencapai kondisi tersebut.

Saat giliran suami, beliau mengutarakan dua hal saja. Singkat dan padat. Saya yang menuliskan detailnya. Kami saling menggali, dukungan apa saja yang dibutuhkan untuk mencapai target masing-masing? Bagaimana bentuk kolaborasi satu dengan yang lain? Dan seterusnya.
FSP kami tutup dengan yel-yel sederhana namun penuh semangat,
FSP Griya Riset 2020, SUKSES!


 Semoga Allah mudahkan dan senantiasa tuntun langkah bersama ini. Aamiin.






Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di