Skip to main content

Menyusuri Keindahan Alam Grüner See di Tragöß-Sankt Katharein, Steiermark


Alhamdulillah, kemarin kami sekeluarga berkesempatan untuk berkunjung ke Grüner See di Steiermark. Sebenarnya sudah lama penasaran dengan danau ini sejak empat tahun lalu, di awal kedatangan kami di Wina. Tapi qodarullah baru berjumpa dengan kesempatan berkunjungnya di musim panas kali ini. Dua hingga tiga tahun pertama kami di Wina memang jalani dengan tidak bepergian keluar kota sama sekali. Banyak keterbatasan dari segi beban sekolah suami, waktu luang hingga finansial. Setiap kejadian seringkali ada momentumnya masing-masing, bukan?

Di perjalanan kali ini kami menggunakan Einfachraus Ticket, yang mana harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan tiket biasa, sekalipun tiket biasa sudah dipotong diskon Vorteilscard Family ÖBB. Mengapa tiket Einfachraus ini bisa lebih murah? Karena menggunakan kereta lokal sehingga lebih lambat, perlu ganti kereta beberapa kali dan waktu tempuh yang lebih panjang. Namun karena perjalanan kami kali ini terbilang santai, hanya satu tempat yang dituju, maka kami memutuskan untuk mencoba menggunakan tiket tersebut.

Dari rumah, kami berangkat jam 6.50 CEST. Sebenarnya kami berangkat cukup kesiangan dari jadwal yang direncanakan, tapi alhamdulillah masih keburu mengejar kereta berangkat. Untuk menuju ke Grüner See, rute yang kami tempuh adalah kereta Wien ke Mürzzuschlag dengan waktu tempuh sekitar dua jam, kemudian ganti kereta dari Mürzzuschlag ke Bruck/Mur Bahnhof sekitar empat puluh menit. Kemudian pindah menggunakan Bus dari Bruck/Mur Bahnhof ke Tragöß Grüner See dengan waktu tempuh sekitar empat puluh menit.

Sepanjang perjalanan Bus menuju Tragöß Grüner See, penumpang sudah disuguhkan pemandangan yang indah khas pedesaan Austria. Pegunungan yang membentang dikelilingi dataran hijau cantik. Beberapa kali kami menjumpai kerumunan sapi dan kuda yang sedang bersantai di alam bebas. Sesampainya di halte Tragöß Grüner See, kami singgah dulu sejenak sembari bergantian ke toilet. Karena untuk menuju ke lokasi wisata, kami akan berjalan kaki meskipun tidak terlampau jauh, yaitu sekitar 1,2 kilometer.  

Rute perjalanan cukup menanjak, tapi tidak terlalu menantang. Karena agenda hari itu terbilang cukup santai, maka kami pun berjalan kaki dengan cukup santai sambil menikmati pemandangan yang terhampar. MasyaAllah, sungguh indah setiap jengkal bumi ciptaan Allah. Tak lama berjalan kaki, kami pun sampai di lokasi Grüner See. Di samping lokasi ada akses restoran dan WC umum, sehingga tak perlu khawatir jika lapar atau kebelet buang air. Tapi karena kami membawa perbekalan cukup banyak (karena memang niat akan piknik di Grüner See), maka kami pun tak mampir-mampir dulu.

Tak hanya danaunya yang cantik, tapi juga karena pemandangan sekeliling yang tak kalah menawan. Alhamdulillah juga didukung oleh cuaca yang sejuk. Relatif mendung, namun juga tak turun hujan. Sesekali matahari menampakkan sinar teriknya, namun tak lama setelahnya, kembali sejuk. Kami tiba sekitar jam 11 CEST kemudian memulai aktivitas dengan membuka perbekalan dan menyantap makan siang. Anak-anak bermain bebatuan dan air. Kami berjalan menyusuri danau, duduk dan bercengkerama di atas bebatuan, mengamati biota danau yang terlihat dari pinggiran, bercengkerama hingga bermain donal bebek. Saat jam salat, kami pun menunaikan salat di atas  Tak lupa mengabadikan beberapa momen di pinggir danau cantik ini.

Ada satu hal pertanyaan yang menggelitik, kami bertanya-tanya dan berspekulasi mengenai asal mula nama danau ini. Mengapa danau ini dinamakan Grüner See? Tentu karena warna danaunya yang hijau jernih ini ya. Nah, mengapa danau ini bisa berwarna demikian? Mengutip dari situs https://www.hausamgruenensee.at/ disampaikan bahwa hijaunya danau ini berasal dari beberapa komponen yang berinteraksi, yaitu air yang sangat jernih menyerap komponen cahaya merah dari sinar matahari yang datang. Semakin tinggi kedalaman air, maka semakin hijau pula warna yang ditampakkan. Letak danau yang berada di cekungan di tengah pegunungan membuatnya terlindung dari angin. Oleh karena itu hampir tidak membentuk gelombang air di permukaan juga muncul permukaan air yang jernih seperti cermin yang memungkinkan dasar danau pun terlihat oleh pengunjung. Sejak 1 Januari 2016 muncul larangan berenang dan menyelam di danau ini karena alasan perlindungan alam.

Kami belajar untuk memenuhi setiap anggota keluarga dalam kesempatan bepergian. Anak-anak ternyata ingin lebih banyak alokasi waktu untuk bersantai dan bermain bersama sehingga di kesempatan ini kami mencoba memenuhinya dengan membuat jadwal kegiatan yang santai. Suasana yang tenang, pemandangan yang luar biasa indah, cuaca yang sejuk dan agak mendung membuat pikiran pun menjadi rileks. Dan syukur alhamdulillah, saat anak-anak diminta memberikan feedback, harapan mereka terpenuhi di agenda kali ini. Jam 16 CEST kami bergerak perlahan meninggalkan lokasi danau dan bersantai menunggu keberangkatan bus sekitar dua puluh menit. Jam 21.30 CEST alhamdulillah sampai kembali di Wina dengan selamat.

Wien, 15.August 2022

 

Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-...

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m...

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapa...