Skip to main content

Zona Open Space Kedua, Belanja Pengalaman dengan Mengambil Peran sebagai Speaker di Hexagon City Virtual Conference

Bismillahhirrohmanirrohim…

Alhamdulillah zona Open Space memasuki pekan kedua. Setelah pekan sebelumnya saya sempat oleng karena kehadiran Virtual Conference yang mengejutkan di sela-sela rangkaian Milad ketiga Ibu Profesional Efrimenia dan rapat kerja HIMA 2021, maka pekan ini kondisi berangsur membaik karena sudah mulai bertemu ritme yang pas. Setelah menimbang selama beberapa hari seiring berlangsungnya Virtual Conference, di tahap kedua saya memutuskan untuk menjadi Speaker dengan mengambil topik yang sudah saya jalankan dan bisa saya bagikan dengan versi saya banget.



Di pekan lalu, perjalanan Bumble Bee benar-benar menclok sana menclok sini. Benar-benar hanya poin-poin utama saja yang sempat saya garis bawahi dalam setiap Virtual Conference yang saya hadiri.

  • Di sesi Literasi Keuangan pada Anak saya belajar cara mengajarkan konsep harta pada anak, membedakan kebutuhan dan keinginan melalui permainan juga bagaimana cara yang bijak untuk memberi upah pada anak atas kegiatan ekstra yang ia lakukan.
  • Di sesi Gadget and Mama saya mendapatkan insight bahwasanya manajemen waktu terkait pemakaian gawai bisa efektif berjalan dengan mematikan notifikasi media sosial, menjaga privasi di media sosial, bijak menghadapi ilusi media sosial hingga pengingat bahwa gawai perlu rutin dibersihkan agar sampah di dalamnya tak menumpuk sehingga membuat bingung saat mencari sebuah data.
  • Di sesi Meal Praparation dan Food Preparation saya mendapat suntikan semangat untuk kembali rajin menyusun menu pekanan setelah belakangan ini cukup berpatok pada budgeting saja karena sedang berdamai dengan rutinitas kursus bahasa kembali yang saya jalankan setiap hari.

Sadar bahwasanya saya berada di zona waktu CET yang enam jam lebih lambat daripada WIB, dimana artinya slot waktu yang memungkinkan untuk saya ambil semakin sempit (ngga mungkin kan saya ambil jadwal pagi atau siang WIB, di CET masih dini hari dan pagi hari, waktunya berjibaku dengan tugas domestik juga persiapan sekolah dan kursus) maka saya perlu menjalankan strategi dalam mendaftarkan diri agar bisa mendapatkan jadwal yang sesuai dengan jam daring saya.  Yakin dengan topik yang akan disampaikan saat menjadi Speaker adalah bekal penting dalam pengisian formulir. Selama menunggu pembukaan formulir tahap berikutnya, akan sangat memudahkan diri sendiri jika kita sudah mantap mau berbagi seputar topik apa. Juga merencanakan beberapa pilihan waktu, hari apa jam berapa kita bisa tampil, dan platform apa yang akan dipilih sebagai wadah berbagi. Begitu mendapat pengumuman bahwasanya formulir dibuka, bismillah saya segera mengisi formulir kemudian membagikan informasi tersebut di WAG Co-Housing dan Hexagonia regional. Beberapa jam berselang, jadwal pun segera penuh terisi. Antusiasme Hexagonia dalam berbagi ilmu dan pengalaman sungguh patut diacungi jempol.


Saya memantapkan diri untuk berbagi seputar proses bertumbuh menjadi seorang ibu profesional diaspora. Terdengar aneh? Mungkin, tapi sejak Founding Mothers menyampaikan akan diselenggarakannya Virtual Conference dan ada pilihan peran Speaker, topik refleksi diri langsung muncul di benak saya. Terlepas dari saya sedang belajar apa di kelas Bunda Produktif ini dan bertumbuh di Co-Housing mana. Toh topik yang disampaikan pun tak harus linier dengan bidang yang sedang ditekuni di Hexagon City. Mengambil peran sebagai Speaker saya jadikan momentum untuk sejenak menengok ke belakang, atas sebuah perjalanan yang sudah dimulai dan masih terus berlanjut hingga kini. Untuk dapat semakin mensyukuri setiap langkah dan memperbaiki kekurangan di sana-sini.



Terkait hal teknis, usai mendaftar, proses berikutnya yang harus dilakukan adalah, menghubungi PIC Platform dan melakukan persiapan live. Saya coba detailnya persiapannya ke dalam poin-poin berikut ya,

  1. Menghubungi PIC platform (untuk FB : mba Uli)
  2. Membuat twibbon, meletakkannya di google drive dan memberikan tautannya ke mba Uli.
  3. Membuat e-flyer acara kemudian mengkonsultasikannya ke mba Uli. Jika mba Uli mengkonfirmasi OK, maka e-flyer siap sebar.
  4. Mempersiapkan teknis live. Saya memilih menggunakan Streamyard untuk live di Facebook. Memanfaatkan fasilitas penyewaan Streamyard berbayar dari mba Himmah (Cluster CIA) dengan biaya sewa 20 koin hexa untuk live satu jam (sudah termasuk fasilitasi gratis durasi latihan, durasi ekstra di awal dan akhir).
  5. Mempersiapkan materi presentasi. Sebenarnya ini tidak wajib, tak ada pun tidak masalah. Namun saya tipikal orang yang bakal bicara tidak terarah kalau ngga ada rambu-rambunya. Maka slide presentasi saya persiapkan untuk menjadi rambu dalam menyampaikan materi agar on point dan ngga ngalor ngidul ngetan ngulon saat live.


Hal apa yang baru dan menjadi insight sesi live?

Alhamdulillah bisa menghubungkan Streamyard ke akun Fanspage Facebook, mencoba fitur counting down, mengoperasikan Streamyard sendirian menggunakan dua layar meski membuat scrolling-nya seringkali kelamaan :D, Allah sempatkan untuk membuat slide presentasi di waktu sempit begitu usai kursus siang tadi. Yang sebenarnya kemarin saya bahkan masih bingung merumuskan bagaimana alur penyampaian materi agar sesuai untuk saya jadikan momentum refleksi diri. Alhamdulillah Allah berikan petunjuk dan mudahkan prosesnya. Mba Uli selaku PIC platform dan mba Himmah selaku PIC Streamyard berbayar pun sangat memfasilitasi kebutuhan saya.

Dengan mengambil peran sebagai Speaker, ada banyak pembelajaran yang saya dapatkan. Bukan hanya belajar berbagi ilmu dan pengalaman yang saya miliki kepada orang lain saja, namun juga belajar hal teknis persiapan live yang ternyata printhilan-nya cukup banyak dan penting semuanya. Dengan demikian, masing-masing Speaker dapat merasakan bagaimana riweuhnya Cityt Leader, Tim Formula dan Founding Mothers setiap akan menyampaikan sapaan atau materi untuk warga Hexagon City. Merasakan sensasi deg-degan saat ada kendala teknis, belajar mengambil keputusan dengan cepat dan cermat hingga proses menyampaikan materi yang menempa diri untuk memiliki struktur berpikir yang semakin baik. Video rekaman live tersebut bisa disimak di Facebook Fanspage dengan tautan berikut



Hal apa yang saya pelajari dan perbaiki ke depannya?

Saya sudah beberapa kali menggunakan Streamyard dan dihubungkan ke akun Youtube. Namun kali ini perdana dihubungkan ke akun Facebook dan Fanspage pula. Hal yang belum berhasil adalah, membagikan video. Saya salah persepsi dalam memahami instruksi. Saya kira menayangkan video adalah dengan melakukan share screen dan memutar videonya. Yang ternyata hasilnya, gambarnya saja yang jalan, suaranya tidak terdengar. Lain kali, saya perlu mengunduh dulu videonya, lalu memilih opsi membagikan video. Yang kedua, belum bisa menggunakan background sesuai arahan karena belum ada green screen  di rumah. Belum memungkinkan juga untuk membuat green screen ala-ala. Tak apa, optimalkan yang tersedia dulu, itu sudah lebih dari cukup untuk saat ini.



Menjadi Speaker bukanlah sebuah kewajiban. Peran ini diambil dengan sukarela dan bahagia. Berbagi adalah bentuk empati, berbagi menandakan bahwa kita memiliki, dan dengan berbagi apa yang kita miliki, kebahagiaan dan kepercayaan diri akan tumbuh berlipat, insyaAllah. Kita pun menjadi bisa mengukur kapasitas diri, mulai dari kedalaman pemahaman kita mengenai topik tersebut, kompetensi kita dalam menyampaikan materi di hadapan pihak lain (Public Speaking) dan efektivitas efisiensi waktu yang kita gunakan untuk menjalankan seluruh rangkaian persiapannya. Seorang diri yang merdeka, akan menentukan pilihan dengan bahagia, dan menjalankan konsekuensi atas pilihan yang sudah diambil dengan penuh tanggung jawab.

Jika tahap pertama sudah menjadi Bumble Bee, tahap kedua menjadi Speaker maka saya bersiap untuk menjadi Butterfly di tahap ketiga nanti. Sekaligus mempersiapkan launching untuk Project Passion kami yang sudah digarap dengan sepenuh hati, Literaksi Tematik. Semoga senantiasa dalam rida Allah. Aamiin…

Wina, 16 Februari 2021

  

Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di