Skip to main content

Zona Open Space Pertama, Semarak Virtual Conference di Hexagon City, Sudah Belajar Apa Saja?

Bismillahirrohmanirrohim...



Kembali membuat jurnal di kelas Bunda Produktif. Kelas belajar di Institut Ibu Profesional merupakan kelas yang sungguh dinamis dan penuh dengan kejutan. Saya teringat di sebuah grup beberapa waktu lalu, ada yang menebak makna zona O dengan sebutan Opportunity. Karena setiap zona berurutan dan membentuk kata HEXAGON, sedangkan zona yang sudah terlewati adalah zona Habit, 4E, X-tra miles, Agility, Growth, maka masuk akal juga jika huruf O ditebak kepanjangannya adalah Opportunity. Namun ternyata Open Space.

Apa itu zona Open Space?

KEJUTAN! Di zona ini dihelat Hexagon City Virtual Conference! Seperti halnya diskusi panel dalam sebuah konferensi, Hexagonia ditantang untuk berkontribusi layaknya seorang peserta konferensi. ada empat peran yang bisa dipilih dan dijalankan secara bergantian, yaitu :

Speaker : berbicara di depan khalayak umum, dengan platform yang bebas dipilih, kemudian menyiapkan materi presentasi atau diskusi dan menampilkannya ke peserta yang hadir menyimak.

Participant : menikmati sajian-sajian speaker dengan seksama

Bumble bee : hadir di banyak forum namun kesemuanya tidak sampai tuntas. Hadir 10 menit di forum, lalu berpindah ke forum B, beberapa menit kemudian beralih ke forum C. Mengumpulkan ide-ide dari setiap forum yang diikuti.

Butterfly : hadir ke salah satu forum kemudian merefleksikan materi yang didapatkan.

Empat peran yang disodorkan sebagai pilihan membuat saya semakin memahami arti dari "Setiap pilihan senantiasa diiringi dengan konsekuensi". Memilih menjadi speaker tentu tantangannya adalah mempersiapkan materi untuk berbagi sepaket dengan persiapan teknisnya. Sedangkan menjadi Bumble bee yang notabene hobi belanja ide, konsekuensinya ya masuk ke kolam info menarik untuk bisa memilih dan memilah yang sesuai dengan kebutuhan diri. Lalu apa yang memilih menjadi Butterfly yang anteng berefleksi itu aman, tak ada tantangannya? Tidak juga menurut saya. Seorang butterfly ditantang untuk bisa fokus berefleksi sesuai dengan peran yan sudah dipilihnya. Ya, sesudah memilih peran, kita memiliki konsekuensi untuk menjalankan peran dengan performa terbaik. 

Wah, ini acara yang seru sekali! Saya sangat mengapresiasi kinerja tim formula dan City Leader yang mempersiapkan teknis dan alur konferensi sehingga tertata apik dan rapi. Saya membayangkan bahwasanya jam tidur beliau-beliau jauh berkurang untuk menyiapkan acara ini. Dan pengorbanan tersebut berbuah manis, semarak acara terdengar membahana di media sosial. Menyebarkan berita baik dan aksi konkrit sebuah alternatif solusi dari kondisi sulit masa kini. Semoga usai acara ini, tim formula dan city leader tergantikan waktu istirahatnya ya. Pengerjaan proyek ini pun menghasilkan binar bahagia di mata banyak ibu, luasnya dampak yang diberikan menghangatkan hati ini. Semoga tim formula dan City Leader senantiasa terjaga kesehatan, baik secara fisik maupun psikis. Aamiin...

Manajemen waktu saya kembali dilatih. Jika selama sepekan menjelang zona O dimulai, jam jelang Shubuh yang saya alokasikan untuk menjalankan peran sebagai Hexagonia berjalan dengan cukup baik, maka sekarang saya perlu mengubah strategi. Tiga hari pertama (Rabu hingga Jum’at) di zona O saya gunakan untuk menyimak pemaparan bu Septi dan Walikota dengan seksama dan mengajukan pertanyaan. Hari keempat (Sabtu), saya gunakan untuk menyimak pengumuman terkait dengan hal teknis.Hari kelima (Minggu) saya offline dari Hexagon City sekaligus saya gunakan untuk jeda. Hari keenam saya merasakan keriuhan kota dengan mindful dan bahagia lalu dari situ saya memutuskan bahwa di pekan ini saya akan menjadi Bumble Bee. Belanja ide sembari memberi apresiasi dan dukungan lalu melanjutkan perjalanan dengan terbang dari satu forum ke forum lainnya. Karena zona waktu CET terpaut enam jam lebih lambat dari WIB, maka saya hadir tidak secara live namun dengan menyimak rekaman. Memang nuansa dan sensasinya berbeda ya dengan jika live, namun aksi tersebut saya rasa sudah optimal dengan kondisi saat ini. Lagi-lagi saya belajar, bahwasanya rasa syukur dan penerimaan atas ketidaksempurnaan seringkali menghadirkan kedamaian dalam hati.



Saya berbisik pada diri, terima kasih ya, sudah belajar untuk tenang dalam keramaian. Membuat keputusan dengan mindful, jeda dulu untuk tenang meski di luar terasa ramai. Secara pribadi, ini penting bagi saya. Mengapa? Saya menyadari bahwa maximizer saya tinggi. Artinya, pengaruh lingkungan luar memiliki andil cukup besar pada diri saya. Namun, saya menyadari bahwa penting bagi diri saya menghasilkan keputusan dengan mendengarkan suara hati. Mempertimbangkan dengan objektif, mendengarkan semua bisikan diri dari beragam arah. Jeda sejenak dari keramaian, ambil keputusan, baru setelahnya keluar dan berbaur lagi dengan kondisi keputusan yang sudah digenggam di tangan.  

Tentang bidang yang sedang diasah di kelas Bunda Produktif ini, yaitu bahasa Jerman. Bagaimana progress-nya? Hmm….kursus daring yang saya jalankan sejak pekan lalu ternyata membuahkan tugas rutin yang cukup banyak. Asyik memang, dan menyadarkan saya untuk lebih banyak mengalokasikan waktu untuk belajar. Kemarin, saya mencoba untuk mengikuti sebuah Minikurs. Daftar sudah sejak lama, namun awalnya yang ada di bayangan adalah, saya duduk manis menyimak penjelasan. Namun ternyata, itu adalah sesi konsultasi. Saya hanya bersama satu peserta lainnya, konsultasi dengan satu Beraterin. Beliau menyediakan lembar isian yang perlu peserta tulis jawabannya selama lima belas menit, kemudian didiskusikan. Durasi total Minikurs tersebut adalah 100 menit. Sangat menantang, namun menarik, ada banyak insight yang saya dapatkan dan saat saya sampaikan pada suami, beliau pun seperti mendapatkan sebuah perspektif baru. 

Saya juga praktik belajar berbagi dengan membuat IG live mengobrol bersama Mona, teman dari Mesir di IG live @ibuprofesional.efrimenia menggunakan bahasa Indonesia dan Jerman. Feedback  yang Mona sampaikan usai IG live membuat saya terharu. Beliau sangat senang bisa berbagi dan mengobrol bersama teman-teman sesama perempuan dari Indonesia. Kami juga sempat lanjut mengobrol sebentar mengenai kebiasaan menulis untuk menjaga kesehatan psikis juga manajemen waktu menggunakan buku agenda. Dan beliau berharap kami bisa lebih sering bertemu untuk bisa bertukar pikiran. Ah, ingin rasanya beliau juga bisa merasakan hal baik yang saya rasakan sepanjang mengikuti pembelajaran di kelas-kelas Ibu Profesional. 

Di hari ketujuh ini, sembari mengetik jurnal, saya membagikan informasi jadwal Virtual Conference ke WAG HIMA Efrimenia, sekaligus memanjat chat diskusi di WAG KaHIMA. Tiga kegiatan dilakukan bersamaan namun karena bahasannya berada di ruang lingkup yang sama maka memungkinkan untuk saya lakukan secara multitasking. Beda cerita kalau ruang lingkup beberapa kegiatan tersebut berbeda.



Alhamdulillah, senang sekali bisa berpartisipasi di Virtual Conference Hexagon City, kota virtual yang menghadirkan solusi nyata bagi tantangan yang dirasakan para ibu Indonesia di seluruh penjuru dunia. Di pekan pertama ini saya masih menyesuaikan jam sekolah anak-anak yang sudah mulai luring kembali dengan jam kursus bahasa Jerman saya yang masih daring. Saya juga berpartisipasi di rangkaian acara milad Ibu Profesional Efrimenia. First things first. Sinkronisasi antara kebutuhan luring dan daring. Urutkan to do list berdasarkan skala prioritas dan urgensi. Maka pekan pertama ini belanja ide dulu sebagai Bumble bee. Mau ambil peran apa yang di pekan kedua nanti? 

Salam Ibu Profesional kebanggaan keluarga,

Wina, 9 Februari 2021

 

 

 

 

 

Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di