Skip to main content

Mengurus Pembuatan Paspor di Kantor Imigrasi Bandung

Yuk, bikin paspor. Siapa tahu jadi bonus travelling :)

Beberapa minggu lalu kami berkesempatan mengurus pembuatan paspor jalur online. Tepatnya di awal bulan Juni kemarin. Apa yang kami alami, kami upayakan rangkum dalam catatan singkat ini.
Dokumen apa saja yang perlu dibawa?
Setelah berkunjung ke webnya, dan mempelajarinya, kami membawa dokumen berikut dan memberikan copyannya sebagai lampiran persyaratan :
  1. Kartu Tanda Penduduk (KTP) diri (untuk anak-anak, KTP ayah ibu dan copy keduanya menyatu dalam 1 halaman)
  2. Kartu Keluarga (KK)
  3.   Akte Kelahiran/Surat Nikah/Ijazah (membawa semuanya)
  4.  Paspor/SPLP lama
  5. Bukti pembayaran

Mau hemat waktu, hemat uang, hemat tenaga? hehe. Yuk bawa peralatan penunjang. Disana memang ada toko stationary dan tempat fotocopy, tapi karena yang membutuhkannya banyak orang, maka antriannya pun cukup panjang. Lumayan kan waktunya bisa untuk mengisi berkas dan mengantri. Lebih baik kalau peralatan penunjang berikut bisa dibawa dari rumah :
  1. Pulpen hitam untuk mengisi form
  2. Materai sesuai kebutuhan (antara lain untuk berkas tiap pemohon,untuk surat keterangan orangtua kalau membuat paspor anak, dan untuk mengambil paspor lama)
  3. Lem (untuk menempel materai)

Alur mengurus pembuatan paspor jalur online (sudah mengisi form secara online dan melakukan pembayaran di bank) kurang lebih sebagai berikut :

Datang ke Kantor Imigrasi

Kali ini kami bertiga (saya, suami dan anak) datang untuk mengurus pembuatan paspor saya dan anak. Suami sudah mengurus beberapa bulan lalu. Atas rekomendasi suami, kami niatkan untuk berangkat pagi-pagi sekali. Waktu itu kami datang sekitar jam 06.30, langsung masuk dan memaparkan keperluan ke petugas. Kemudian mendapat nomor antrian dan diarahkan untuk mengisi berkas. Bagi pemohon yang kekurangan peralatan maupun copy lampiran persyaratan untuk mengisi form, bisa ke toko stationary di bagian belakang kantor Imigrasi (dekat parkiran motor)

Pengisian Berkas

Berkas berupa map yang berisi 2 lembar form, lembar pertama adalah surat pernyataan yang nanti perlu dilengkapi dengan materai sedangkan lembar kedua berisi kolom-kolom identitas.
Untuk pembuatan paspor anak, ditambah 1 lembar isian berupa surat keterangan orangtua yang nantinya perlu dilengkapi dengan materai juga.

Pengecekan Berkas

Jam buka pelayanan kantor Imigrasi adalah jam 07.30. Maka begitu jam dinding menunjukkan pukul 07.30 tepat, pemanggilan nomor antrian sudah mulai dilakukan. Bahkan sebelum jam tersebut, sudah ada pengumuman alur antrian oleh petugas. Pelayanan mendahulukan pemohon yang lansia dan balita. Jadi alhamdulillah si Mentari Pagi bisa didahulukan. Kami antri bertiga saat pengecekan berkas, alhamdulillah berkas lengkap. Kemudian dia mendapat nomor antrian untuk foto dan beralih ke jalur  loket antrian. Suami membersamainya sedangkan saya antri kembali di jalur online untuk pemeriksaan berkas saya. Saat itu saya mendapat nomor antrian 8, sehingga alhamdulillah tidak terpaut terlalu jauh. Saat di meja pengecekan, petugas terheran-heran karena saya tidak sekaliyan saja tadi mengurusnya, bersamaan dengan pengecekan berkas anak. “Oh, boleh ya pak? Karena tadi khusus balita, saya beranggapan kalau terpisah. Karena saya bukan balita dan harus sesuai dengan nomor antrian yang saya dapatkan.” Jawab saya. Tapi petugas pun memiliki alasan logis. Karena jika bersamaan, pengecekannya juga akan lebih cepat, sekali jalan dan tidak dua kali kerja. Baiklah, jadi pembelajaran.

Sesi Foto dan Wawancara

Di sesi foto ini, saya dan Megi memiliki nomor antrian yang terpaut cukup jauh. Megi di loket 1 sedangkan saya dipanggil ke loket 7. Tidak memakan waktu lama di proses ini, cukup cek identitas, foto dan menjawab beberapa pertanyaan seputar rencana perjalanan. Untuk anak kecil, khusus menggunakan loket 1. Petugas di loket itu cukup komunikatif dan ramah anak. Bagi balita seumuran Megi, cukup berdiri saja di kursi di hadapan petugas. Kemudian nanti petugas akan mengarahkan posisi dibantu dengan orangtua. Lucu, anak-anak kecil tiba-tiba menunjukkan mimik tegang saat sesi foto ini. Hihi
Setelah itu, pemohon akan diberikan kertas tanda bukti pengambilan paspor. Paspor bisa diambil 3 hari setelah rangkaian proses diatas.

Pengambilan Paspor

Saat pengambilan paspor, kami berangkat agak siang. Jam 07.00 baru sampai di kantor Imigrasi. Langsung menuju petugas yang berwenang (akan ditunjukkan tempatnya oleh petugas), dengan menunjukkan surat tanda pengambilan. Setelah surat dikumpulkan, kita tinggal menunggu panggilan. Saat dipanggil, petugas akan memberikan nomor antrian pengambilan paspor di loket seberangnya. Pemohon dipersilahkan menunggu panggilan sesuai nomor antrian. Pemanggilan dimulai dari jam 07.30. saat dipanggil, cukup membawa pulpen saja untuk membubuhkan tanda tangan. Oya, bagi yang sebelumnya sudah memiliki paspor, paspor yang sudah tidak berlaku bisa diminta ke petugas, cukup dengan mengisi form yang dilengkapi dengan materai. Pasporpun bisa dibawa pulang dan siap digunakan.

Alamat Kanim Kelas I Bandung : Jalan Suropati no.82 Bandung 40122

Semoga bermanfaat, :)

#griyariset
#menguruspaspor
#ODOPfor99days

#day13

Comments

  1. Senangnyaaa....
    Melakukan perjalanan kluar negriii...😊😊

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di