Skip to main content

Bukan Beli Lagi, Tapi Ayo Kita Coba Perbaiki


Tantangan hari pertama ini, ummi dan kakak belajar mengenai memperbaiki barang sebagai wujud rasa syukur atas rezeki yang Allah titipkan.

“Lhooo…mainannya lepas, mi… Gimana dong? Nanti beli lagi ya mi?”
“Ummiii….buku kakak disobek adik… Nanti beli lagi ya mi?”

Belakangan ini ucapan tersebut terdengar akrab di telinga. Jika ada barang yang rusak, tidak utuh seperti semula, kakak minta untuk dibelikan kembali. Wajar, bahkan ummi pun saat mengetahui ada barang milik ummi yang tidak utuh, ingin barang tersebut utuh seperti semula.

Kali ini yang rusak adalah buku. Saat kakak sedang membaca buku, adik datang dan memegang buku dengan kuat. Kakak mempertahankan buku yang sedang dipegangnya sedangkan adik bersikukuh memegang salah satu halamannya.

“Brrrttttt….” Satu halaman tersobek. Lalu terdengar ekspresi kecewa dari kakak.
“Yaaaaaaah..bukunya sobek miiiiiii…beli lagi ya mi?”

Waaaah…AHA moment ini. Ummi mengajak kakak berdialog untuk meluruskan pemahaman kakak. Bahwa tidak semua barang yang rusak, bisa segera kita beli penggantinya. Barang yang rusak bisa kita lihat dahulu, memungkinkan untuk diperbaiki atau tidak? Jika ya, mengapa tidak kita coba perbaiki? Bagaimana kalau kita selotip saja buku ini? Yuuuuk…

Ajakan ummi disambut dengan antusias. Kakak mencari selotip dan gunting. Kami perbaiki buku 
tersebut bersama-sama. Dengan perlahan dan hati-hati, supaya bekas sobekan samar terlihat. Sembari memperbaiki buku, kami pun berdiskusi. Kebetulan yang sobek adalah buku yang kami pinjam dari sebuah taman baca. Karena milik orang lain, ummi perlu menanyakan dulu bagaimana prosedur pertanggungjawabannya. Apakah perlu kami ganti dengan buku baru, atau cukup dengan kami perbaiki?

Pengelola taman baca menjawab, cukup dengan memperbaiki saja. Karena pengunjung dan peminjam buku taman baca mayoritas anak-anak, maka buku koleksi taman baca sering sobek dan cukup diperbaiki saja. Ummi pun menyampaikan hal ini ke kakak. Kakak dengan sigap menyiapkan selotip yang akan ditempel. Konfirmasi ke pihak taman baca ini penting, karena terkait dengan ridho orang lain atas kita. Apakah pihak yang bersangkutan memaafkan dan ridho atas kesalahan kita? Sebagai orang yang bersalah, kita harus meminta maaf dan bersedia untuk bertanggungjawab. Sikap ksatria ini penting untuk diteladankan pada anak. Karena rezeki itu pasti, kemuliaan yang dicari.

Dari kejadian ini, ummi dan kakak belajar banyak hal. Dengan memperbaiki barang yang rusak, kita bisa belajar apa saja ya?
  • Berhemat
  • Bertanggungjawab atas kesalahan yang dilakukan (jika rusaknya barang disebabkan oleh diri kita)         
  • Bersyukur atas rezeki dari Allah, dengan cara menjaga barang tersebut supaya tetap berfungsi meski kondisinya sudah tidak sempurna
Rezeki Allah itu luas Nak… bersikap ksatria dan berinteraksi dengan orang-orang yang pemaaf juga merupakan rezeki dari Allah, yang tak berbentuk materi. 

Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di