Skip to main content

Menjelajah Keindahan Alam di Naturpark Sparbach, Niederösterreich

Bismillahhirrohmanirrohim...


Di tulisan kali ini saya akan kembali membagikan catatan perjalanan kami menggunakan NÖ (Niederösterreich) Card. Kemana? Ke Naturpark atau taman alam Sparbach. Tempat ini sengaja kami pilih sebagai destinasi karena anak-anak sedang tertarik dengan hewan-hewan yang bisa dibelai dan berinteraksi dalam jarak dekat. Kami berangkat dari Wina sekitar jam 11, karena memang menunggu saya selesai mengikuti kelas tahsin. Waktu perjalanan yang kami tempuh sekitar 90 menit, dengan dua kali pindah moda transportasi.

Kami sengaja memilih waktu di musim gugur untuk menjelajah taman ini. Selain karena agar cuaca tidak terlalu panas, juga sekaliyan menikmati cantiknya daun-daun yang menguning di hutan. Tapi konsekuensinya adalah, kami perlu membawa jas hujan dan payung. Karena qodarullah di hari tersebut diprediksi akan turun hujan meski rintik-rintik saja. Alhamdulillah rintik hujan hanya menyapa sesekali saja, sehingga tak mengurangi kenikmatan wandern atau jelajah alam yang kami lakukan.

Setibanya di lokasi, belum sampai ke pintu masuk, kami duduk di sebelah taman bermain untuk membuka perbekalan. Ya, kami perlu makan siang terlebih dahulu karena jam sudah menunjukkan tengah hari. Usai makan siang dan pergi ke toilet, kami mulai masuk ke kawasan Naturpark. Begitu membuka pintu, kami disuguhi pemandangan alam yang luar biasa indahnya. Daun-daun menguning keeemasan menyapa cakrawala dengan lembut. Kami memilih rute wandern yang untuk keluarga, sehingga jarak tempuh dan medannya masih bersahabat dengan anak.

Baru berjalan sekitar 500 meter, anak-anak sudah bertemu dengan kambing, keledai, juga domba. Sontak saja mereka antusias mendekat ke kandang, membelai setiap hewan yang mendekat. Pengunjung dilarang memberi makan apapun pada hewan-hewan tersebut untuk menghindarkan hewan-hewan tersebut dari sakit perut dan keluhan lainnya. Di sini kami bisa menghabiskan waktu hingga dua puluh menit sebelum melanjutkan perjalanan.

Setelah sekitar 500 meter berjalan kaki kembali, kami bertemu dengan danau. Pantulan cahaya membuat cerminan pemandangan di permukaan air sedemikian cantiknya. Anak-anak kembali bermain, kali ini bermain air di pinggiran danau. Di titik lokasi ini, ragam warna yang disuguhkan pepohonan sekitar amatlah beragam.  Betah rasanya lama-lama duduk dan menikmati alam di sini.

Perjalanan pun kami teruskan. Kami melanjutkan perjalanan, menuju ke Burgruine Johannstein. Setelah berjalan sekitar tiga puluh menit, sampailah kami di lokasi. Alhamdulillah kawasan tersebut sedang sepi. Hanya ada dua pengunjung lain, sepasang kakek nenek yang singgah namun juga tak lama. Kami menaruh tas, mengeluarkan termos air panas dan membuat wedang, sekaligus sholat di sana. Dari Burgruine, kami bisa melihat Naturpark dari atas. Lamat-lamat terdengar suara babi hutan dari kejauhan. Hingga sampai di lokasi ini, kami belum menemui kawanan babi hutan yang konon sering berpapasan dengan pengunjung di Naturpark ini. Kalau boleh berharap, meski katanya tak mengganggu pengunjung, saya ingin tak perlu bertemu saja dengan mereka, soalnya takut. Hehe.

Dua jam sebelum jadwal kedatangan bus yang akan mengantarkan kami pulang, kami memutuskan untuk turun dan melanjutkan perjalanan. Kali ini melewati jalan yang berbeda ketimbang jalan berangkat. Namun anak-anak mengajukan permintaan, agar melewati kembali domba, kambing dan keledai yang mereka jumpai tadi. Karena kawasan itu juga dekat dengan pintu masuk/keluar, maka kami menyanggupinya. Bagi kami sebagai orangtua, bisa jadi hal tersebut terasa membosankan. Kan tadi sudah dilalui, saat berangkat. Bukankah lebih menyenangkan jika kita mencoba rute yang baru saja? Itu pikiran dari sudut pandang orangtua ya. Tapi dari sudut pandang anak-anak, bertemu dengan hewan-hewan, berinteraksi dengan mereka, jauh lebih menyenangkan ketimbang jalan menanjak dan berkunjung ke Burg.

Nah, perjalanan seperti ini seringkali mengompakkan keluarga. Dimulai dari berbagi tugas mengenai persiapan. Siapa yang memesan tiket perjalanan, siapa yang menyiapkan perbekalan, berdiskusi akan melakukan kegiatan apa saja di sana nanti hingga diturunkan ke aktivitas mendata barang apa saja yang perlu dibawa. Saling berkomunikasi apa harapan masing-masing anggota keluarga di lokasi tujuan, di area mana masing-masing ingin berdiam dan menikmati suasana kemudian membagi alokasi waktu yang ada dengan merata sehingga kebutuhan masing-masing pun terpenuhi. Semoga setiap perjalanan mengantarkan pada rida Allah, menguatkan ikatan tim keluarga ini dan menjadi sebuah ibadah yang meningkatkan produktivitas. Aamiin.

Wina, penghujung Oktober 2022

 

 

 

 

 

 

 

Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Praktik Cooking Class : Bubur Sumsum Lembut

Apa yang pertama kali terbayang saat melihat bubur sumsum? Jika pertanyaan itu menghampiri saya, saya akan menjawab “kondisi sakit”. Saat sakit, biasanya nafsu makan kita berkurang, susah menelan dan lidah terasa pahit. Tak heran jika makanan ini seringkali menjadi asupan bagi orang sakit. Teksturnya yang lembut dan cita rasa optimal selagi hangat tentu memudahkan pemenuhan kebutuhan energi saat kondisi tubuh kurang prima. Saat sehatpun, mengonsumsi bubur ini terasa nikmat, apalagi jika di luar sedang diguyur hujan dan cuaca dingin menyelimuti. Dikutip dari Wikipedia , bubur sumsum adalah sejenis makanan berupa bubur berwarna putih yang dilengkapi dengan kuah air gula merah. Mengapa dinamakan bubur sumsum? Katanya, dinamakan demikian karena penampakannya yang putih menyerupai warna bagian luar sumsum tulang. Bahan utama bubur ini adalah tepung beras.  Tentu tepung beras dengan kualitas baik. Bagaimana kriterianya? Tentu mengikuti SNI, berikut informasi detilnya : N

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m