Alhamdulillah, terlaksana sudah agenda TPA offline perdana di akhir pekan kemarin. Agenda berjalan dengan lancar atas pertolongan Allah dan keterlibatan dari semua pihak. MasyaAllah tabarakallah...
Pekan lalu, melihat grup tim TPA yang masih belum ada kabar apa-apa, aku mengobrol dengan suami, menyampaikan ide yang terlintas di kepalaku untuk mengadakan TPA offline, minimal untuk anak-anak kami sendiri dan untuk beberapa anak yang proses belajar mengaji kelompoknya via TPA online yang aku ampu.
Gambar 1. Pengumuman undangan kegiatan |
Ide-ide memang kerap menari-nari melintas di pikiranku, apalagi jika berkaitan dengan pendidikan anak. Apakah ini yang dinamakan panggilan hidup? Entahlah. Yang jelas, aku terus bergerak untuk mencari dan mengasah misi hidup yang Allah sematkan padaku. Dan mungkin ini salah satu langkahnya. Maka saat suami menyatakan persetujuannya, aku bergegas membuat e-flyer pengumuman pengadaan TPA offline. E-flyer pun tersebar. Pertanyaan berikutnya, seperti apa agenda kegiatannya? Berapa estimasi jumlah peserta dan pengajar yang akan hadir? Untuk agendanya, aku memikirkan sembari berjalannya waktu, sedangkan untuk estimasi peserta, aku mencoba membuat daftar peserta dan pengajar yang berencana datang kemudian membagikannya di grup WhatsApp. Kemudian aku kembali menjalankan rutinitas harian.
Seperti biasanya dan berlaku pada umumnya, di hari Jum‘at menjelang akhir pekan, ritme aktivitas harianku agak melambat. Tidak se-hectic hari Senin hingga Kamis. Apa pasal? Tak lain dan tak bukan karena Ausbildung di pekan tersebut sudah beres (karena aku sudah menghabiskan jatah praktikum pekanan di hari Senin dan Selasa secara penuh waktu) dan si sulung juga tidak ada jadwal sekolah Indonesia daring. Maka di hari tersebut pikiranku cukup longgar dan sudah bisa menindaklanjuti rencana kegiatan TPA offline.
Satu hal yang ditindaklanjuti terlebih dahulu adalah membuat kelompok belajar. Mengelompokkan santri yang akan hadir berdasar perkembangan belajarnya dan melakukan plotting pengajar ke masing-masing kelompok. Segera aku meminta bantuan sekretaris TPA untuk mendapatkan informasi perihal perkembangan belajar santri yang akan hadir. Kemudian menyampaikan pada PJS ketua dan bendahara TPA seputar pengadaan konsumsi untuk peserta TPA offline. Habis mengaji dan belajar, pasti lapar kan ya, apalagi waktu selesainya tepat sekitar jam makan siang. Alhamdulillah, pasca tektokan dengan dua pihak, insyaAllah konsumsi aman. MasyaAllah tabarakallah, aku terharu dengan ketangkasan tim dan kesediaan mereka untuk berkontribusi langsung.
Terakhir, agenda. Sampai H-1 pun aku masih belum melakukan fiksasi materi apa yang akan disampaikan untuk acara TPA offline. Memang sih, konsep awalnya tidak muluk-muluk, hanya setoran perkembangan mengaji saja. Tapi, jika ditambahkan materi pengayaan, apalagi yang menunjang pembelajaran Al Qur‘an, sepertinya akan jauh lebih bermanfaat dan bermakna. Tapi, apa ya?
Hingga kemudian di kelas Rumah Tajwid yang aku ikuti di hari Sabtu pagi seperti biasanya, ustadzah mengingatkan kami untuk bersungguh-sungguh dalam belajar Al Qur‘an, dan sebisa mungkin ilmu yang sudah kami dapatkan tidak hanya berhenti sampai di diri kami saja, namun juga sebisa mungkin ditularkan di orang-orang sekitar, sehingga menjadi ilmu yang bermanfaat. Aku terpana... Ya Allah Ya Rabbi... Selepas kelas, aku memutuskan untuk membawa materi Makhorijul Huruf di TPA offline. Yang sebenarnya bukan materi baru, yang mana materi tersebut sudah pernah disampaikan bu Levi saat TPA di masjid sebelum pandemi (sekitar tahun 2019) dan oleh ustadz Luthfi di TPA online (sekitar tahun 2021). Maka sesi ini sekaligus pemantapan materi dari sesi-sesi yang sudah ada sebelumnya. Semoga Allah ampuni keterbatasanku dalam menyampaikan materi ini dan memudahkan adik-adik santri memahami penjelasan dariku yang banyak minusnya ini. Huhu... Laa hawla walaa quwwata illa billah.
Gambar 2. Bahan koordinasi dengan pengajar lain |
Maka untuk memudahkan dalam menyamakan persepsi antar pengurus dan pengajar, aku pun membuat e-flyer agenda kegiatan dan pembagian kelompok yang kemudian kubagikan di grup WhatsApp pengajar dan pengurus TPA, beberapa jam sebelum acara dimulai. Setelah membuat susunan acara, aku terpikir bahwa kemungkinan kami juga membutuhkan monitor. Tapi, siapa yang bisa mengoperasikannya? Saat menyampaikannya pada suami, suami pun berinisiatif untuk segera menghubungi pengurus masjid yang sudah terbiasa menjadi operator untuk mengetahui teknis pemakaiannya. Tak berselang lama, kami berganti rencana. Yang semula suami berencana tidak ikut hadir ke masjid karena pekerjaan, beliau memutuskan ikut ke masjid untuk menjadi operator selama aku membawakan materi dan kuis, dan membawa laptop beliau untuk bekerja di sela-sela aktivitas tersebut.
Dan, begini kurang lebih suasana kegiatan TPA offline yang berlangsung hari Ahad kemarin
Gambar 3. Materi pengayaan |
Gambar 5. Antusiasme dalam mengerjakan kuis |
Comments
Post a Comment