Skip to main content

Berkunjung ke Kandang Kuda Saat Mengikuti Program Bei den Trabrennpferden

Lagi-lagi ini merupakan program Wien Xtra yang kami ikuti di Sommerferien lalu. Berkunjung ke kandang kuda, memfasilitasi rasa penasaran anak-anak terhadap kuda. Nama programnya Bei den Trabrennpferden. Informasi kegiatannya kami dapatkan dari brosur bulanan Wien Xtra. Daftar dulu via telepon karena setiap termin memiliki kuota terbatas. Kemudian di hari H, datang di sebuah titik, kemudian pergi menuju lokasi bersama-sama. Mereka menerima pendaftaran berkelompok juga, bisa jadi salah satu alternatif lokasi tujuan program Ausflug untuk anak-anak nih.

Gambar 1. Trabrennpferde


Kalau dari judul dan deskripsi yang kami baca di brosur, di program tersebut kami akan bisa berkunjung ke kandang kuda, memberi makan dan berkenalan dengan kuda-kuda. Tentu saja ini membuat mata si sulung berbinar. Sejak mencoba menunggang kuda di Prater beberapa waktu lalu, ia tertarik untuk berinteraksi dengan kuda. Dari sini lah perjalanan mencari program-program anak yang berkaitan dengan kuda pun bermula. Dan menu belajar kami kali ini adalah mengunjungi kandang dan arena pacuan kuda.

Sesampainya di lokasi, peserta yang sudah datang melalui pendaftaran seperti yang kami lakukan, dibagi ke dalam tiga kelompok. Masing-masing kelompok ditemani oleh satu fasilitator yang bercerita banyak hal. Di sana kami diajak berkeliling ke tiga titik, titik pertama di ruang pertemuan yang terletak di lantai atas. Diajak berkeliling dan menyimak cerita, menapak tilasi sejarah berdirinya tempat tersebut. Bermula dari mulai populernya Einspänner, Zweispänner und Fiakerfahren (serupa kereta kuda atau delman) di Wina, terutama di kawasan Prater-Hauptallee, maka muncullah Wiener Trabrenn Verein pada tahun 1874. Kemudian arena pacuan kuda Krieau berdiri empat tahun setelahnya dan terus berjalan hingga sekarang. Perjalanan yang sudah amat panjang, bukan?

Setelahnya kami diajak turun dan keluar ke tempat terbuka, anak-anak menjajal "tempat duduk" yang biasa ditunggangi para atlet Trabrenn (harness racing). Ada tiga jenis, mulai dari yang edisi lama hingga terbaru, mulai dari yang berat, agak berat hingga ringan. Wah, ini jadi input hal baru bukan hanya untuk anak-anak, juga buat saya, yang familiernya dengan delman. Saya baru menyadari bahwa arena pacuan kuda yang kali sedang kami kunjungi ini adalah arena Trabrenn atau harness racing. Awalnya saya kira ini adalah arena pacuan kuda yang ditunggangi. Nah, si „tempat duduk“nya ini juga cukup unik. Kami berkesempatan mencobanya tanpa kuda. Kalau dirasakan, cukup berat juga rasanya mendorong si „tempat duduk“ ini dengan pengendaranya. Nah, kami juga diajari cara duduk yang tepat. pengemudi harus menaikkan kakinya ke atas menyesuaikan fitur „tempat duduk“.

Gambar 2. Menjajal "tempat duduk"

Lokasi berikutnya adalah yang paling ditunggu anak-anak, kandang kuda. Dari sejak awal datang, mereka sudah bertanya-tanya, "Kudanya dimana ya?", "Kudanya koq belum kelihatan?" Hmmm... Masing-masing kuda diperkenalkan namanya, kemudian kami bisa memberi makan kuda-kuda tersebut dengan apel atau wortel. Saat memberi makan, anak-anak belajar bersabar, tidak tergesa dan baru memberikan makan ke kuda kembali saat kuda selesai mengunyah makanan. Wortel bisa diberikan dengan ukuran utuh, namun untuk apel perlu dipotong setengah agar ukurannya sesuai dengan mulut kuda. Anak-anak menjajal dengan santai, sedangkan saya dilingkupi rasa deg-degan karena terbayang gelinya terlebih dahulu. Begitu pula saat mengelus kepala kuda.  

Gambar 3. Memberi makan dan mengelus kuda

Setelah tiga titik lokasi selesai didatangi, dibuka sesi diskusi dan tanya jawab. Di atas bangku, si sulung menulis jurnal di buku kecil yang sudah dibawanya. Ia ingin tahu nama-nama kuda yang ada di situ. Rangkaian program pun selesai di tengah hari, kami pun berjalan pulang menuju stasiun kereta terdekat. Mendampingi anak-anak berkegiatan, seringkali membawa pengetahuan baru, sekaligus memantik ide-ide untuk aksi kegiatan berikutnya. Merasakan hal serupa juga? Semoga Allah mudahkan dan tuntun langkah kita senantiasa dalam membersamai anak-anak tumbuh berkembang dan mencari jawaban akan rasa ingin tahunya. Aamiin. :)

Gambar 4. Tapal kuda aneka warna, menjadi souvenir yang menarik



Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di