Skip to main content

Berkunjung ke Bazar Buku Jombang


Kemarin malam akhirnya kami berkesempatan juga mengunjungi bazar buku Jombang. Dua kegiatan yang amat kami nantikan sejak pindah domisili ke Jombang adalah bazar buku dan diskusi parenting. Bukannya apa-apa, dua kegiatan ini dulu menjadi rutinitas kami. Bazar buku di Bandung nyaris tak pernah kami lewatkan. Sedangkan diskusi parenting hampir selalu kami ikuti tiap bulan. Susah move on dari acara-acara kece di Bandung, hihi. Nah, karena kami tidak berlangganan koran dan jarang keluar rumah selain weekend, maka informasi pengadaan bazar buku ini pun nyaris terlewat.

Satu jam sebelum jam tutup kami sampai di lokasi acara. Kakak tampak antusias berjalan dari parkiran ke arah pintu masuk. Sembari berjalan riang, kakak berceloteh akan memilih buku cerita. Lalu tiba-tiba, “Miiii….sandal kakak putus…” Sorot matanya menunjukkan kekecewaan. Maklum, itu adalah sandal favorit kakak. Khawatir antusiasme kakak pada bazar buku menjadi padam karena sandalnya putus, ummi bersegera mencairkan suasana. Kejadian ini sekaligus menjadi aha moment untuk menyemai fitrah keimanannya.

Ummi : “Waaaah… iya ya, sandal kakak putus ya. Itu berarti umurnya sandal kakak sampai segitu…”
Kakak : “Tapi kakak suka sandal ini, Mi. Kakak ngga punya sandal lagi dong?”
Ummi : “Kan masih ada sandal yang ungu kak… Nanti kalau ada rezeki terus pas lewat toko sandal, kita beli sandal yang baru.”
Kakak : Kalau gitu kakak pakai sandalnya satu aja ya, Mi?
Ummi : Boleeeeh, ngga pakai sandal juga boleh. Kita mau jalan-jalan lihat apaaaa?
Kakak : Bukuuuuuu... Kakak ngga pakai sandal aja ya mi. Ngga apa-apa?
Ummi : Ngga apa-apa. Enak malah, jadi lebih gampang jalannya. Yuuuuuuk….
Kakak : Ayooooo Miiii…

Senyum lebar dan suara riangnya datang kembali. Ummi tersenyum lega. Kami pun beranjak masuk ke tempat bazar buku. Kondisi lengang dan sepi kami jumpai disana. Kondisi ini menguntungkan kami, karena kami jadi bisa memilih dengan leluasa dan tenang. Kami berpencar mencari buku kesukaan masing-masing. Bagi ummi, ini sekaligus me time nih J. Melihat-lihat judul buku, mencari hal-hal yang menarik adalah sebuah keasyikan tersendiri. Sekaligus membuka mata dan meluaskan pikiran, betapa luas kesempatan untuk menjadi penulis #eh, aamiin..  Suara kakak terdengar nyaring memanggil ummi. Rupanya kakak menanyakan buku mana yang bagus untuk kakak. Ummi menghampiri kakak, dan meminta kakak memilih. Ternyata pilihan kakak adalah buku siap masuk TK. Nah loh...

Kakak : Mi, buku ini bagus. Kakak mau ya.
Ummi : Iya kak, bagus. Tapi itu buat mas mba yang sudah sekolah.
Kakak : Lho, kakak sudah sekolah kan Mi, sekolah di rumah, gurunya ummi. Ya kan?
Ummi : Iya kak. Cuma maksud ummi, itu buat mas sama mba yang sudah besar, yang sudah bisa membaca dan mengeja huruf. Kita cari buku cerita buat kakak, kayaknya banyak yang bagus-bagus. Gimana?
Kakak pun mengangguk dan mengikuti langkah ummi menuju meja yang lain. Kami memilih buku berjudul “Aku Sayang Kakak dan Adik”, “Aku Sayang Nenek dan Kakek” serta buku aktivitas. Kebetulan ummi mengambil contoh buku cerita yang tanpa segel, kakak membukanya dan duduk manis bersama om. Mengamati gambar demi gambar, mengasah fitrah belajar dan kecerdasan linguistiknya.

Di salah satu sisi bazar buku, ada sebuah panggung berbahan kayu. Kakak penasaran dan menaikinya. Tapi di tengah panggung, kakak khawatir jatuh dan merasa tidak aman. Proses ini melatih kepercayaan diri, kehati-hatian dan motorik kasar kakak. Ummi dan om menyemangati dan menyakinkan hingga kakak berhasil sampai di tepi panggung dengan selamat.

Buku-buku pilihan dan puzzle untuk kakak sudah kami kumpulkan jadi satu. Lima belas menit menjelang jam tutup, kami memilah dan menyeleksi buku yang akan kami beli. Untuk kategori non buku, ada tiga benda. Dua buah puzzle dan satu flashcard. Ummi berpikir ulang, sepertinya flashcard ini bisa dibuat sendiri dengan mencari printable  dan menempelkannya di kardus. Begitupun dengan puzzle. Daripada mengeliminasi sepihak, mari didiskusikan nih dengan kakak. Flashcard dan satu puzzle lolos. Tinggal satu puzzle lagi, berbahan kayu bergambar tata cara wudhu. Bagaimana reaksi kakak?

“Yang ini dibeli aja mi. Ngga usah dibikin. Yang lainnya bisa bikin.”
Hahaha..baiklah. Rupanya kakak sudah bisa mempertimbangkan dengan baik dan bersikukuh dengan keputusannya. Tampak potensi bakat deliberative bersinergi dengan command.  Jadilah satu puzzle tersebut dibeli bersama buku-buku.

Lalu, bagaimana dengan adik? Adik cukup mengamati dari gendongan ummi. Adik yang ummi kira sudah mengantuk sejak sebelum berangkat, ternyata menikmati suasana bazar buku dengan anteng selama ummi melihat dan memilih buku. Belum ada boardbook atau buku bantal yang bisa ummi beli untuk adik, hehe…

Bagi ummi, tak apa suasana bazar buku sepi. Tak apa buku yang tersedia bukanlah buku yang banyak diminati masyarakat. Karena bukan itu tujuan utama ummi. Mengajak mereka untuk akrab dengan dunia literasi sejak dini, menumbuhkan kecintaan dan kebutuhan untuk mencari sumber ilmu, mengapresiasi sebuah karya dan kerja keras penyelenggara adalah poin utama ummi mengajak anak-anak dan keluarga ke bazar buku ini.

#fitrahkeimanan
#fitrahbelajar
#kecerdasanlinguistik
#motorikkasar
#deliberative
#command

Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di