Skip to main content

Rumah Baca dan Jiwa Sosiopreneur

Di hari kemerdekaan ini kakak dan adik menemani ummi mengunjungi Rumah Baca Gang Masjid (RBGM). Rumah baca ini terletak di gang yang bersebelahan dengan Masjid Agung Jombang. Mengendarai motor bersama teman ummi, kami melewati alun-alun Jombang. Disana sedang diadakan upacara detik-detik proklamasi. Suara lantang nan menggetarkan hati menarik perhatian kakak. Pinggiran jalan penuh sesak dengan kendaraan peserta upacara yang terparkir. Beruntung, ada sedikit celah yang cukup disisipi motor yang akan kami parkir.

Hari menjelang terik, kami bertiga berjalan kaki menuju RBGM sedangkan adik terlelap tidur di dekapan ummi. Suasana tampak sepi, hanya ada beberapa remaja yang sedang mengerjakan sesuatu dan mempersilahkan kami masuk ke dalam. Ummi mengamati sekeliling. Rumah baca ini baru saja melakukan inventarisasi. Buku-buk berjejer rapi dan masing-masing jenisnya ditandai dengan pembeda warna. Tak lama, suara khas mba Yusnita, sang pengelola rumah baca pun menyapa kami. Meski baru beberapa kali bertemu, ummi melihat beliau amat ramah pada setiap orang. Mempersilahkan kami masuk, membuka topik obrolan dan mengeluarkan mainan yang menarik perhatian kakak dan adik, hihi…

Kami selalu terpana dengan kisah orang-orang yang berjiwa sosial. Betapa tidak, RBGM ini berdiri karena tergeraknya hati pasangan suami istri Luqman Hakim dan Yusnita saat melihat banyaknya anak dari pedagang kaki lima di alun-alun yang seringkali menjadi pembuat keonaran masjid.Mereka buka rumah baca dengan menyulap ruang tamu menjadi sarana umum. Buku semakin banyak, tempat yang dibutuhkan pun semakin luas. Lambat laun, mereka memutuskan untuk tinggal bersama orangtua sedangkan rumah yang mereka tinggali full menjadi rumah baca. Jangan dikira orang-orang langsung tertarik. Tak jarang terdengar prasangka negatif maupun cibiran meremehkan. Tapi, saat proses yang dijalani adalah sebuah panggilan hati, maka tak ada sakit yang dirasa dari hati. Tetap berjalan meski sedikit, tetap berjalan meski dipandang nyleneh. Karena proses tak akan mengkhianati hasil J

Alunan penuturan mba Yusnita mengalir tersimak oleh kakak. Biarlah cerita itu terekam dalam memorinya, hingga fitrah sosialnya tersemai mengalir lihai. Bahwa semakin cepat kita selesai dengan diri sendiri, akan semakin cepat kita bisa bermanfaat bagi orang lain. Sesampainya di rumah, iseng ummi bertanya, “Kakak mau bikin rumah baca seperti di RBGM?” yang lalu kakak jawab, “Mau Mi…nanti om ajak teman-teman kesini ya, belajar bareng J

Ummi dan teman-teman berkoordinasi untuk acara workshop mendongeng. Kami meminta mba Yusnita sebagai host dan mas Luqman sebagai narasumber. Kakak duduk manis bermain balok susun. Dari situ, terlihat potensi bakat focus kakak yang cukup tinggi. Kakak bermain balok susun dan merangkainya menjadi kereta. Dan ternyata dia membuat dua buah kereta. Katanya satu untuk kakak, satu untuk adik. Potensi emphaty-nya ternyata cukup tinggi.

Sembari ummi berdiskusi, adik asyik menjelajah rak-rak buku. Ditelusurinya aneka buku dan dikeluarkannya satu demi satu. Motorik kasar dan motorik halusnya terasah sekaligus. Koordinasi mata dan tangan pun terlihat cukup baik.

#fitrah sosial
#fokus
#emphaty
#motorikkasar
#motorikhalus


Memberi Kesempatan Belajar, Memantik Inisiatif Diri




Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di