Skip to main content

Mini Lomba Agustusan


Pagi tadi, kakak mengikuti lomba tujuhbelasan yang diadakan tetangga depan rumah. Kakak berangkat terlebih dahulu, bermain-main, baru kemudian ummi dan adik datang menyusul. Lomba pertama yang diikuti kakak adalah lomba makan kerupuk. Kerupuk diikat menyesuaikan tinggi badan peserta. Peserta lainnya berusia 4 tahun dan 9 tahun, sehingga dalam sekejap kerupuk yang diikat dapat terlahap. Bagaimana dengan kakak? Kerupuk yang tersisa masih banyak, tapi kakak tetap bersikap tenang dan menikmati prosesnya. Tak ada tanda-tanda kakak mengeluh lelah dan meminta menyerah, atau berupaya memegang kerupuk yang diikat tersebut supaya tidak bergerak kesana kemari mengikuti arah angin. Kakak tidak terpengaruh dengan kondisi sekitar, fokus menyelesaikan tantangan yang sedang dihadapinya. Dari proses ini ummi mencatat adanya potensi bakat focus dan responsibility dalam diri kakak.

Acara berlanjut ke lomba menaruh bendera ke botol. Pesertanya hanya dua orang. Di lomba ini, kakak berhasil menuntaskan dengan baik. Menyimak dan mengerjakan instruksi dari awal hingga akhir dan mengkoordinasikannya hingga dapat berjalan runtut. Potensi bakat discipline nampak pada dirinya. Lomba berikutnya adalah membawa kelereng. Kakak menggigit dengan cukup kuat. Sempat beberapa kali kelereng yang dibawanya jatuh, tak membuatnya menyerah dan tak melanjutkan perlombaan. Di lomba ini, kakak tertinggal jauh di belakang teman-temannya. Namun kakak berhasil menyelesaikannya hingga akhir dengan penuh semangat.

Lomba selanjutnya adalah memasukkan paku ke dalam botol. Kali ini paku tidak dililit ke badan dan dimasukkan dengan cara jongkok. Paku ditali dan dililit mengelilingi kepala sehingga peserta memasukkan pakunya dengan cara merunduk. Kakak melatih konsentrasi, kesabaran dan daya tahan dalam permainan ini. Setiap permainan yang kakak jalankan, ummi juga melakukannya. Sehingga ummi dapat merasakan tantangan yang serupa dengan apa yang kakak alami.

Sore tadi, kami juga melihat lomba tujuhbelasan yang diadakan oleh karang taruna. Awalnya kakak ingin berartisipasi dengan menjadi peserta lomba, tapi ternyata peserta lomba relatif bukan anak usia dini, dan perlombaannyapun untuk anak usia sekolah. Sehingga kakak pun cukup menjadi penonton sembari bermain bersama teman-temannya. Awalnya kakak hanya bermain dengan mas Fahri. Mereka menemukan putri malu juga berkejaran kesana kemari. Sesekali memanggil ummi untuk menanyakan hal-hal menarik yang mereka temui. Beberapa saat kemudian, ada beberapa anak yang datang mendekati kakak. Ajak-anak tersebut teman main kakak yang biasa bertemu di masjid. Kakak, ummi terkaget-kaget saat tiba-tiba anak-anak kecil bergantian mendekat dan menghampiri kakak. Mungkin ada potensi bakat includer dan emphaty dalam diri kakak, yang membuat teman-temannya nyaman berada di dekatnya dan mencari keberadaannya.

Adikpun turut merasakan keasyikan mengikuti perlombaan dari dalam gendongan ummi. Saat ummi lomba makan kerupuk, ummi juga sembari menggendong adik. Warna-warni yang kontras, riuh rendah suara kegembiraan turut dirasakan oleh adik. Berulang kali dia tertawa dan menghentakkan kaki menunjukkan ekspresi gembira.

#focus
#discipline
#emphaty
#includer
#responsibility


Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di