Skip to main content

Menyemai Kecintaan dengan Pembiasaan



"Ummi...nanti kalau kakak sudah besar, kakak yang nyuci baju ya. Bajunya kakak, adik, abi sama ummi. Boleh mi?"

"Kyaaaa..tentu saja boleh Nak, sangat boleh sekali. Ummi senang sekali kalau begitu." jawab ummi sembari tersenyum lebar.

Percakapan ini terjadi setelah kami mencuci bersama, yang mana kakak masih mengenakan pakaian basah. Permintaan kakak diatas cukup sebagai bekal ummi untuk berasumsi bahwa bagi kakak, mencuci adalah hal yang menyenangkan. Bagi ummi dan abi, hasil dari proses ini bukanlah pakaian yang tercuci bersih atau proses yang berjalan sempurna. Karena jika hal-hal tersebut menjadi indikator, tentu proses pagi ini masih jauh dari keberhasilan. Karena yang jelas terlihat adalah justru air yang terpercik kemana-mana, baju yang basah dan butuh diganti, juga cucian yang terserak kemana-mana.

Ummi, di hadapanmu ada seorang pembelajar mandiri berusia 3 tahun 3 bulan. Apa kau mengharap cucian yang terbilas sempurna, padahal otot-otot tangan mungilnya bahkan sedang berlatih? Apa kau mengharap dia membantu dan mempersingkat durasi mencucimu, padahal dia ingin memeras baju berulang kali dan itu membuatmu menunggu? Ummi, kau sedang membersamai seorang pembelajar atau seorang robot?


Ummi, jika kau memang sedang membersamai pembelajar, lihatlah binar matanya saat bermain air dan memeras baju sekuat tenaga. Tak ada rasa enggan, malas dan menganggap pekerjaan tersebut adalah sebuah beban. Dia lakukan dengan penuh sukacita. Bukankah pola pikir seperti ini yang akan membawanya menjadi seorang pembelajar tangguh? :)

Dari penawarannya setelah mencuci bersamamu, tak terlihatkah potensi bakat emphaty dan arranger kakak? Jika ummi jeli, dalam sebuah peristiwa, terdapat banyak potensi yang dia perlihatkan.

Sudah beberapa hari ini kami memiliki jam riset. Jam dimana kakak dan ummi duduk bersama-sama belajar sebuah hal. Kakak sering menyebutnya sekolah. Dan kakak sangat bergembira saat diberitahu bahwa l kakak sudah sekolah.

Hari ini ummi ada rapat pengurus majlis ta'lim, maka sejak awal hari ummi sounding ke kakak dan adik perihal ini. Bahwa yang rapat nanti bukan hanya ummi, tapi juga kakak dan adik. Yang terlibat dalam kepengurusan bukan hanya ummi, tapi juga kakak dan adik, sepaket. Kakak menaiki tangga menuju tempat rapat dengan bersemangat. Di tempat rapat, ada beberapa anak kecil yang turut serta. Kakak cepat beradaptasi, tak lama sudah berlarian kejar-kejaran dengan anak lain yang sebaya. Tak lama, mereka lelah dan beristirahat. Satu per satu memegang HP dan asyik terlarut dengan mainan di HP. Kakak yang sedang menjalani proses puasa screen time, membuka buku yang dibawa, dan membaca dengan anteng. Tak sedikitpun merajuk minta membuka HP. Potensi bakat discipline dan responsibilitynya pun nampak.

Keesokan harinya, ummi mengajak adik dan kakak ikut dzikir ma'tsurot. Tidak mudah memang, tapi kami mencoba. Kakak sudah kondusif karena sudah terbiasa. Adik pun sedang dibiasakan. Agar terbiasa mendengar dzikir, agar terbiasa menautkan hati dan pikiran pada Allah dan agar terbiasa mengkondisikan diri di majlis ilmu.

Serupa dengan membiasakan adik makan di kursi makan. Bukan hal yang mudah, tapi jangan menyerah. Kursi makan memang membuat adik terkekang, tapi kita bisa membuat suasana yang lebih menyenangkan. Misalnya, dengan mengajak dia makan sendiri (baby led weaning). Memang akan lebih kotor, lebih banyak pekerjaan setelahnya. Tapi proses makan dirasa menyenangkan oleh adik. Tidak menimbulkan efek traumatis. Mungkin jika menyerah, kemudian mengajak adik makan dengan menggendongnya akan mempersingkat durasi makan dan tidak menimbulkan kotor, tapi apakah fitrah belajar anak terakomodir dengan baik? :)

Ajarkan cinta pada anak-anak. Karena yang cinta pasti akan taat. Taat dengan penuh kesadaran.

#fitrahbelajar
#responsibility
#arranger
#emphaty






Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di