Skip to main content

Mini Project : Serunya Membuat Gunung Meletus di Rumah

[Mini Project]

13 Juli 2016

Serunya Membuat Gunung Meletus di Rumah

Sediakan bahan dan lihatlah mereka berkreasi :)
Percobaan sains ini terinspirasi dari sisa playdough  hasil bermain yang cukup banyak, namun warnanya sudah bercampur. Harapan saya,playdough  dengan warna yang telah bercampur itu merupakan bukti kepuasan anak-anak bermain dan mengeksplorasi. Mengapa bisa sedemikian bercampurnya? Ceritanya saya tuangkan di catatan sebelumnya. Sayang kalau dibuang begitu saja, muncul ide untuk memanfaatkannya terlebih dahulu menjadi badan gunung meletus. Oya, resep playdoughnya juga bisa disimak disini ya. Karena playdoughnya cukup banyak, maka kita membuat 3 buah gunung.  Kami melakukannya di teras depan rumah Yangti dan Yangkung, dan menarik perhatian anak-anak sekitar yang sedang bermain di jalan perumahan. Yang awalnya Cuma bertiga, Ummi, MeGi dan om, maka ditambah anak-anak yang penasaran dan mau ikut bermain. Asyiiiiik, makin rameeeee…
Yuk, bersama-sama kita buat gunung meletusnya.
Bahan :
Playdough
Deterjen cair
Soda kue
Pewarna makanan
Cuka

Alat :
Nampan/Baki/Papan
Botol kecil (kami menggunakan botol y**ult)
Sendok

Cara bermain :
Letakkan botol kecil di atas nampan, selimuti dengan playdough dan bentuk hingga menyerupai gunung.
Masukkan 20 ml deterjen cair, 2 sendok teh soda kue, beberapa tetes pewarna
Teteskan cuka sedikit demi sedikit ke dalam perut gunung
Amati perubahan yang terjadi
Whaaaaw...gunungnya meletus!

Apa yang terlihat?
Sedikit demi sedikit, perlahan tapi pasti, begitu cuka diteteskan, ada busa yang keluar dari perut gunung. Warna busa yang keluar sesuai dengan pewarna makanan yang sudah diteteskan. Nah, kami membuat 3 gunung dalam satu nampan. Jadi kami mencoba bereksperimen nih. Semakin banyak cuka diteteskan, maka akan semakin cepat busa-busa keluar. Wah, ada gunung meletus di rumah! Yeay, alhamdulillah.
Kenapa ya, bisa terjadi demikian?
Ada yang tahu?
Untuk anak usia balita tentu belum bisa menjawab ya, mereka tentu masih terkesima melihat busa warna-warni yang keluar dari perut gunung. Penjelasan sederhana ini buat kakak-kakak yang penasaran ya J
Jadi begini asal muasalnya, campuran soda kue  atau sodium bikarbonat dan cuka merupakan asam lemah. Jika keduanya dicampur, maka akan menghasilkan karbondioksida  yang berbentuk gas. Semakin banyak karbondioksida yang dihasilkan, maka tekanan dalam perut gunung pun semakin besar sehingga lama-kelamaan cairan yang ada di dalamnya akan keluar. Coba bayangkan, kalau semakin banyak soda kue dan cuka yang dimasukkan, apa yang akan terjadi? Yap, akan membuat busa semakin cepat keluar. Kemudian, adanya campuran sabun cair, menyebabkan ikut keluarnya gelembung-gelembung busa kecil dari perut gunung.
Prinsip ini yang juga terjadi saat gunung meletus. Semakin banyak karbondioksida yang terbentuk, semakin besar tekanan, semakin banyak lava, semakin besar pula erupsinya.
Untuk anak berusia 2 tahun seperti MeGi, cukup melihat dan membuat badan gunungnya saja ya. Bahan-bahan seperti deterjen cair dan cuka cukup sensitif di kulit. Bila belum bisa menuang dengan hati-hati, bisa berakibat kulit menjadi gatal-gatal. Percobaan ini aman dipraktikkan anak usia 5 tahun keatas, tentunya tetap dengan pengawasan orang dewasa.
Senang ya belajar sains di rumah. Selanjutnya, bikin apalagi ya?

#griyariset
#miniproject
#ODOPfor99days
#day26


Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di