Skip to main content

Target Menulis Saya dalam Tantangan ODOP#99days Semester Kedua

Bismillahirrohmanirrohim…
Menulis sebenarnya bukanlah hal yang saya lakukan dengan keterpaksaan. Bagi diri pribadi, menulis merupakan sebuah kebutuhan dan cara me time saya untuk sejenak melepaskan diri dari kepenatan menjalani aktivitas. Terlebih, saat ini saya sedang berkomitmen untuk membuat dokumentasi pembelajaran anak setiap harinya. Jadi, bukankah antara target tersebut dan ODOP#99days bisa saling bersinergi? Seharusnya demikian. Tapi, hal tersebut belum terjadi saat mengikuti tantangan ODOP#99days semester pertama.
ODOP#99days semester pertama saya lalui dengan terengah-engah dalam mencapai garis. Seharusnya saya bisa mengejar ketertinggalan di semester pendek, namun waktu yang panjang justru melenakan saya untuk menunda-nunda untuk menulis, bersantai dan justru mengambil kesempatan kuliah online dan kesibukan lainnya yang saya jadikan pembenaran ketika tulisan tidak jadi-jadi. Alhasil, waktu terus berlalu dan tulisan yang siap disetor belum bertambah. Menjelang batas akhir semester pertama, kalang kabutlah saya dan terus menulis untuk mengejar setoran. Ah, secara kualitas sangatlah buruk. Ini kebiasaan buruk yang masih saja menghinggapi, deadliner.
Saya memang membutuhkan dukungan lingkungan luar dalam mencapai sebuah target.  Dalam Talents Mapping, bakat INPUT, MAXIMIXER, SIGNIFICANT, dan COMPETITION termasuk tujuh bakat teratas yang membuktikan bahwa saya mutlak membutuhkan komunitas untuk proses belajar. Artinya, bertumbuh bersama teman-teman yang memiliki arah tujuan yang sama, akan membantu saya untuk mencapai target. Karena itu, saya perlu selektif dan skeptis dalam menentukan langkah, dalam komunitas manakah saya memutuskan untuk bergerak bersama sehingga hasil belajar dapat sesuai harapan.
Saya memfokuskan diri untuk mengambil peran hidup sebagai Home Educator dan Fasilitator Keluarga. Dan alhamdulillah dalam tantangan ODOP#99days lalu, tulisan saya didominasi dengan hal-hal seputar peran hidup tersebut. Dan di semester kedua ODOP#99days inipun, saya masih mengambil tema besar itu.
Dalam 99 hari ke depan selama mengikuti ODOP#99days semester kedua ini, saya ingin mengasah ilmu dan mendokumentasikan perjalanan terkait keluarga, perkembangan dan aktivitas anak, serta renungan sebagai seorang hamba, istri dan ibu. Sejalan dengan target pembelajaran saya di tahun 2016 ini adalah berada di KM 1 dengan kompetensi tuntas diri. Yaitu selesai dalam hal manajemen diri, pikiran dan waktu serta terjalinnya komunikasi produktif dalam keluarga.

Semoga Allah mampukan, Aamiin…

#ODOPfor99days
#day101
#griyariset
#risetmicha




Comments

  1. aduh aku mah suka minder kalau baca tulisan teh mesa atau liat timelinenya..
    keren bangeeet...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Justru mesa yang pengen belajar nulis keren kayak teteh. Mengalir gitu bahasanya plus lengkap dengan sitasi-sitasi rujukan. Doakan aku semester dua ini lancar kayak teteh ya, biar ga perlu ikut SP lagi, hiks. Nuhun teh :)

      Delete
  2. Aamiin.
    Mesa sudah jelas sekali mau kemana yaa...

    *lha saya...?
    Apakabar?

    **nangis sediih di pojokan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. mba Lendy lak merendah. Mba mah multitalent. Apa aja juga bisa plus optimal hasilnya. Sukaaa semangat mba Lend <3

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di