Skip to main content

Karena Mengelola Emosi Membutuhkan Komitmen dan Konsistensi


Kecerdasan emosi merupakan kebutuhan mendasar yang perlu saya kuasai untuk menunjang produktivitas dan menjaga keseimbangan peran. Urgensinya pun semakin mendesak karena juga didukung oleh suami. Karena perolehan badge sepuluhari pertama kemarin masih berwarna-warni, saya memutuskan untuk melanjutkannya di putaran kedua tantangan puasa tahap kepompong ini.
Di pekan kedua ini, giliran suami saya yang mengalami ujian sakit. Beliau radang tenggorokan juga signifikan. Karena tren penularan virus Covid-19 yang masih terus menanjak naik, beliau menolak untuk dibuatkan termin ke Hausarzt. Beliau memilih untuk mengkonsumsi obat yang saya dapatkan sebelumnya dari dokter dan beristirahat total. Tidak ideal memang, karena penyakit yang kami derita belum tentu sama sehingga obat yang diperlukan pun bisa jadi berbeda. Namun suami khawatir dengan kondisi beliau yang kurang fit, beliau menjadi rentan tertular virus Covid-19. Pertimbangan yang cukup mendasar. Setelah kami berdiskusi, saya menyepakati keputusan beliau. Di sini saya merasa bahwa inilah momen untuk taat pada pimpinan. Taat yang diwujudkan dalam bentuk dukungan dan pelayanan penuh untuk kesembuhan beliau.
Bersyukur. Kata ini menjadi kunci saya mengelola emosi di pekan kedua ini. Rumah yang berantakan, jadwal pengerjaan tugas yang sering bergeser, juga  frekuensi di dapur yang lebih panjang dari biasanya merupakan konsekuensi dari proses karantina Corona ini. Ah, semuanya sedang mengalami kondisi penuh ketidakidealan, bukan? Maka kini saatnya melatih diri untuk adaptif pada kondisi yang tidak ideal sehingga kompetensi diri pun semakin meningkat. Ini momen untuk meningkatkan kapasitas diri. Alhamdulillah.


Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di