Skip to main content

Tantangan 30 Hari Day 11 : Membacakan Buku Anak berjudul “So schoen sind die Jahreszeiten”


Saya suka buku ini! Buku ini termasuk buku yang baru saya pinjam dari perpustakaan menjelang karantina Corona ini. Saat meminjam, saya hanya membacanya cepat. Sepertinya cocok untuk bahan ngobrol bareng anak-anak mengenai musim semi yang saat itu baru saja dimulai. 
Buku ini menceritakan petualangan tiga anak tupai bersaudara, bernama Matz, Fratz dan Lisettchen dalam melewati empat musim.  Ketiga kakak beradik ini memulai petulangan mereka dari musim semi. Mereka berlompatan dari dahan satu ke dahan lainnya, sampai ke pohon sakura, bergerak ke pohon lainnya hingga kemudian bertemu dengan seekor burung. Burung ini kelaparan dan mereka berniat untuk membantunya dengan mencarikan makanan. Namun mereka tak tahu makanan apa yang tepat untuk sang burung. Mereka mencarikan biji pinus, makanan yang biasa mereka gigit setiap harinya. Namun sang burung menolak. Mereka pun mencari makanan lainnya. Tebakan mereka berikutnya jatuh ke madu, sehingga mereka memetik bunga untuk diberikan pada burung. Lagi-lagi sang burung menolak dengan wajah sedih. Ketiga anak tupai ini pun bingung, apa yang bisa mereka lakukan untuk membantu sang burung? Lalu kemudian datanglah sang induk burung dengan membawa cacing. Mereka bertiga tersenyum lega seraya menggumam,
yang kurang lebih artinya, setiap anak (hewan) di seluruh dunia hanya makan makanan yang disukainya. Dan setiap ibu sangat cerdas dan paham persis makanan terbaik untuk anaknya.
Perjalanan mereka berlanjut ke musim panas. Di musim ini mereka bermain-main di hutan lalu turun hujan deras. Mereka berteduh di lubang tempat tinggal tikus dan bertemu beberapa hewan. Mereka berteduh bersama hingga hujan dan gelegar petir mereda. Setelah itu, musim gugur. Di musim ini mereka diajak sang ayah untuk mengumpulkan biji pohon ek untuk persediaan makanan di musim dingin. Sang ibu menjahitkan baju hangat untuk mereka bertiga hingga larut malam ditemani sang ayah. Saat mereka bermain keluar rumah sembari mengenakan baju hangat, mereka berpapasan dengan kelompok burung yang juga mengenakan baju hangat tanpa lengan. Mereka pun bertanya, dan burung-burung itu menjelaskan bahwa mereka perlu mengepakkan sayap sehingga memakai baju hangat demikian.  Di musim salju, mereka bermain seluncuran salju diantar sang ayah. Saat mencoba bermain seluncuran, sang ayah ketagihan, lalu pulanglah sang ayah ke rumah dan diajaknya sang ibu untuk bermain seluncuran berdua. Kejutan! Yang membuat sang ibu bahagia dan ketiga anak tupai itu tertegun. :D

Cerita di buku ini unik sekali. Banyak pesan yang disisipkan di dalamnya. Sesi membacakan buku ini berlangsung 30 menit. Karena Raysa sudah membacanya sendiri terlebih dahulu, maka dia beberapa kali mengetahui lebih dulu jalan ceritanya sebelum saya melanjutkan ke halaman berikutnya. Memasuki putaran sepuluh hari kedua, apa yang saya rasakan? Alhamdulillah bahagia. Saya menjadi belajar beraneka jenis buku dan belajar mengenal lebih spefisik buku seperti apa yang disukai Raysa atau Ahsan. Banyak kosakata baru yang juga saya dapati dari proses ini. Alhamdulillah atas nikmat kesempatan yang Allah berikan. Di hari kesebelas ini saya sematkan badge Excellent! untuk proses hari ini.


Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di